Apa Itu Maladaptive Daydreaming
Menurut Sigmund Freud, melamun adalah cara seseorang meredakan konflik. Fantasi dalam melamun adalah campuran keinginan dan standar sosial. Melamun sering diidentikkan dengan pikiran yang mengembara.
Pada beberapa orang, melamun bisa terjadi dengan berlebihan. Kondisi ini disebut Maladaptive Daydreaming (MD).
MD adalah kondisi susah konsentrasi dan sering melamun yang berlebihan hingga menggantikan interaksi dengan manusia di sekitarnya. Konsep ini diperkenalkan oleh Eli Somer Ph.D pada tahun 2002. Pengalaman menyakitkan atau trauma bisa memicu terjadinya MD.
Dalam penelitian, Somer menemukan responden yang menggunakan lamunan sebagai cara menghindar dari situasi yang sulit. Meski begitu, perlu penelitian lanjutan untuk memastikan teori ini.
Bagi penderita MD, kondisi ini membuat mereka tidak produktif karena cenderung menghabiskan waktu untuk membangun mimpi dalam lamunannya.
Sejauh ini belum ada penelitian apakah kondisi ini berhubungan dengan ketidakseimbangan mental. Tapi, terdapat teori yang menghubungkan MD dengan dissociative personality disorder, yakni kondisi seseorang tidak beriringan dengan sekelilingnya secara fisik maupun emosi.
Penyebab Maladaptive Daydreaming
Beberapa kondisi kesehatan juga bisa menjadi penyebab sering melamun, seperti:
- Tekanan darah rendah
- Kadar gula darah rendah
- Kelelahan
- Diabetes
- Gangguan hormon tiroid
- Dehidrasi
- Kurang tidur
- Gangguan psikosomatis yang menimbulkan keluhan fisik
Selain itu, sering melamun dan susah konsentrasi juga bisa disebabkan oleh kurangnya oksigen ke otak, di mana hal ini membuat otak memerintahkan tubuh untuk istirahat.
Tips Mengatasi Maladaptive Daydreaming
Untuk mengetahui penyebab sering melamun, perlu pemeriksaan langsung dan lanjutan oleh dokter. Berikut beberapa tips yang mungkin dapat membantu mengatasi susah konsentrasi dan sering melamun:
1. Mengurangi kelelahan
Peningkatan tidur dan menggunakan stimulan seperti kafein dapat membantu mengatasi kelelahan di siang hari.
2. Menyadari gejala-gejalanya
Memberi tahu orang lain tentang gejala-gejala dapat membantu mengganggu MD.
3. Identifikasi dan hindari pemicu
Membuat catatan harian tentang kapan insiden MD terjadi dapat membantu mengidentifikasi aktivitas atau rangsangan yang memicunya.
4. Terapi
Teknik terapi seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu mengidentifikasi pemicu dan penyebab sering melamun. Seorang terapis mungkin juga menyarankan teknik koping yang bermanfaat.
5. Obat
Tidak semua penderita MD memerlukan obat, namun obat seperti fluvoxamine dapat membantu mengatasi gejalanya.
Sebuah studi kasus menunjukkan bahwa fluvoxamine membantu mengatasi MD, namun penelitian lebih lanjut masih diperlukan.
Tips mengatasi MD lainnya:
- Penuhi kecukupan cairan tubuh.
- Konsumsi makan makanan bergizi dengan tepat waktu.
- Hindari stres dengan melakukan meditasi dan yoga.
- Hindari aktivitas fisik terlalu berat.
- Hindari begadang atau tidur terlalu malam.
Gejala Maladaptive Daydreaming
Belum ada cara untuk memastikan gejala MD. Namun, dari beberapa penelitian bisa disimpulkan beberapa gejala terkait MD, antara lain:
- Lamunan rumit dan detail.
- Gerakan berulang ketika melamun.
- Terkadang penderita berbicara, tertawa, menangis, dan membuat ekspresi.
- Seseorang bisa membutuhkan waktu berjam-jam melamun dan mengalami kesulitan tidur.
Melamun adalah kondisi yang normal, namun jika terlalu sering melamun, hal itu mengganggu aktivitas dan produktivitas sehari-hari.
Diagnosis Maladaptive Daydreaming
Saat ini tidak mungkin untuk secara resmi mendiagnosis Maladaptive Daydreaming. MD 14 poin dikembangkan untuk membantu menentukan apakah seseorang mengalami gejala kondisi tersebut. Namun, skala hanya sebagai indikasi dan bukan diagnosis formal.
Tidak ada bukti cukup bahwa Maladaptive Daydreaming dapat digolongkan sebagai kondisi kejiwaan, namun memiliki beberapa kesamaan. Orang dengan gangguan identitas disosiatif dapat kehilangan kontak dengan kenyataan.
Orang yang mengalami Maladaptive Daydreaming sadar bahwa lamunan mereka bukan kenyataan.