Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Spirometri: Fungsi, Prosedur, Persiapan, Hasil, dan Lainnya

Myles Bannister

Spirometri adalah metode pemeriksaan untuk menilai fungsi paru-paru. Pemeriksaan ini mengukur udara yang Anda hirup, udara yang Anda hembuskan, dan kecepatan napas Anda. Simak penjelasan lengkap mengenai fungsi paru-paru dan cara membaca hasil spirometri.

Mengapa Prosedur Spirometri Dilakukan?

Dokter mungkin menyarankan pemeriksaan ini jika Anda memiliki tanda atau gejala kondisi paru-paru kronis seperti:

  • Asma.
  • Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
  • Bronkitis kronis.
  • Emfisema.
  • Fibrosis paru.

Dokter menggunakan metode ini untuk memantau kondisi seseorang yang sedang menjalani pengobatan untuk kondisi paru-paru kronis. Pemeriksaan ini juga dapat mengevaluasi efek obat yang digunakan.

Selain itu, spirometri adalah tes standar untuk orang-orang yang akan menjalani pembedahan atau yang memiliki masalah kesehatan tertentu seperti rheumatoid arthritis.

Pada beberapa kasus, pemeriksaan ini juga bisa disarankan jika Anda mengalami batuk terus-menerus, sesak napas, atau jika Anda perokok aktif yang berusia di atas 35 tahun.

Persiapan Sebelum Menjalani Spirometri

Ikuti petunjuk dokter dan tanyakan apakah Anda harus menghindari inhaler atau obat lain sebelum tes. Persiapan lainnya termasuk:

  • Kenakan pakaian longgar yang tidak mengganggu pernapasan Anda.
  • Hindari makan berlebihan sebelum tes untuk memudahkan pernapasan.

Prosedur Spirometri

Pemeriksaan ini sederhana dan tidak membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan hasilnya. Anda akan duduk selama pemeriksaan dan hidung akan dipasangi klip untuk mencegah keluarnya udara.

Sebelum memulai pemeriksaan, Anda akan diminta untuk beberapa latihan pernapasan. Saat siap untuk diuji, Anda akan diminta untuk:

  • Menarik napas dalam-dalam agar paru-paru terisi penuh udara.
  • Menghembuskan napas secepat dan sekuat mungkin ke alat spirometri. Pastikan Anda mengosongkan paru-paru sepenuhnya.

Pemeriksaan ini biasanya dilakukan 3 kali untuk hasil yang maksimal. Dalam beberapa kasus, tes mungkin perlu diulang setelah 15 menit mengonsumsi obat bronkodilator untuk melihat respons paru-paru terhadap obat.

Untuk memantau gangguan pernapasan, spirometri biasanya dilakukan setiap 1-2 tahun pada orang dengan PPOK atau asma yang terkontrol dengan baik.

Orang dengan gangguan pernapasan yang lebih parah atau yang tidak terkontrol dengan baik mungkin perlu menjalani tes lebih sering.

Membaca Hasil Spirometri

Pemeriksaan ini mengukur aliran udara dari waktu ke waktu. Ada dua nilai hasil yang menggambarkan kondisi paru-paru:

  • Forced Vital Capacity (FVC) adalah jumlah total udara yang dapat dikeluarkan pada kapasitas penuh.
  • Forced expiratory volume (FEV) adalah jumlah udara yang bisa dikeluarkan dari paru-paru dalam satu detik. Hasil ini membantu dokter menilai tingkat keparahan masalah pernapasan. Pembacaan FEV-1 yang lebih rendah menunjukkan obstruksi yang lebih signifikan.

Pembacaan FVC yang lebih rendah dari normal menunjukkan adanya keterbatasan pernapasan. Informasi ini membantu dokter menentukan langkah pengobatan selanjutnya. Hasil tes spirometri normal bervariasi tergantung pada faktor-faktor seperti usia, tinggi badan, jenis kelamin, dan ras.

Obstruktif atau Restriktif

Pemeriksaan ini mengukur jumlah udara yang dapat Anda hirup dalam satu detik dan total volume udara yang dapat dikeluarkan dalam satu kali napas.

Hasilnya akan dibandingkan dengan nilai normal berdasarkan usia, tinggi badan, dan jenis kelamin. Dari sana, akan dapat diketahui apakah paru-paru berfungsi dengan baik.

Pemeriksaan ini juga akan menunjukkan apakah ada gangguan paru-paru yang bersifat obstruktif, restriktif, atau kombinasi keduanya.

  • Penyakit saluran napas obstruktif adalah kondisi di mana pernapasan terpengaruh oleh penyempitan saluran udara, tetapi udara yang ditahan di paru-paru tetap normal (seperti pada penderita asma atau PPOK).
  • Penyakit paru restriktif adalah kondisi di mana jumlah udara yang dapat Anda hisap berkurang karena paru-paru tidak dapat berkembang sepenuhnya (seperti pada penderita fibrosis paru).

Apakah Spirometri Menimbulkan Efek Samping?

Pemeriksaan ini adalah prosedur yang aman. Beberapa orang mungkin merasa pusing, gemetar, atau lelah setelahnya. Tes ini dapat meningkatkan tekanan di kepala, dada, perut, dan mata saat Anda mengeluarkan napas.

Tes ini mungkin perlu ditunda atau dihindari jika Anda memiliki kondisi yang dapat memburuk akibat aktivitas ini. Misalnya, spirometri mungkin tidak aman jika Anda mengalami angina tidak stabil, serangan jantung, tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol, atau operasi di kepala, dada, perut, atau mata.

Langkah Selanjutnya

Jika hasil tes menunjukkan ketidaknormalan, dokter mungkin merekomendasikan tes lain untuk memastikan apakah gangguan ini disebabkan oleh masalah pernapasan atau tidak. Tes lain yang mungkin dilakukan adalah rontgen dada, rontgen sinus, atau tes darah.

Tes darah dapat mengukur kadar hemoglobin dalam darah, yang memengaruhi penyerapan oksigen.

Seiring itu, dokter juga akan memeriksa kondisi yang sering terjadi bersamaan dengan gangguan pernapasan seperti heartburn, demam, dan sinusitis.

Akhirnya, spirometri adalah tes fungsi paru yang paling sederhana dan umum digunakan, tetapi tes lain mungkin diperlukan untuk diagnosis akhir.

Referensi

  1. Anonim. Spirometry. https://www.mayoclinic.org/tests-procedures/spirometry/about/pac-20385201. Diakses pada 19 Maret 2021.
  2. Anonim. Spirometry. https://www.nhs.uk/conditions/spirometry/. Diakses pada 19 Maret 2021.
  3. Cirino, Erica. 2020. Spirometry: What to Expect and How to Interpret Your Results. https://www.healthline.com/health/spirometry. Diakses pada 19 Maret 2021.
  4. Higuera, Valencia. 2017. Spirometry: What to expect. https://www.medicalnewstoday.com/articles/317268. Diakses pada 19 Maret 2021.

About The Author

12 Fungsi Tulang Hasta pada Manusia dan Anatomi Lengkap

Bahaya! Minum Kopi dengan Batasan Ini Setiap Hari