Keloid adalah jaringan parut yang muncul setelah mengalami luka. Kondisi ini adalah hal yang normal pada tubuh karena jaringan parut adalah cara tubuh memperbaiki kulit yang terluka. Namun, keloid dapat mengganggu penampilan kulit dan membuat banyak orang ingin menghilangkannya.
Apa Itu Keloid?
Keloid adalah kumpulan jaringan parut yang menutupi bekas luka akibat cedera, operasi, atau jerawat. Area tubuh yang sering mengembangkan jaringan parut termasuk dada bagian atas, bahu, dan punggung atas. Jaringan parut juga dapat terbentuk pada area lain di tubuh, termasuk otot jantung setelah serangan jantung.
Terbentuknya keloid adalah cara tubuh menyembuhkan luka pada kulit. Jaringan parut terbentuk seiring waktu dan akan terlihat seperti jaringan sehat yang normal.
Keloid biasanya timbul sebagai benjolan timbul, halus, atau keras, dan berwarna kemerahan, yang dapat mengganggu penampilan kulit. Jaringan parut ini juga bisa lebih besar dari ukuran luka dan sering muncul di dada, bahu, cuping telinga, dan pipi.
Kulit ini dapat terbentuk dalam berbagai cara, termasuk sebagai bekas luka hipertrofik yang paling sering terjadi. Bekas luka hipertrofik mungkin akan memudar seiring waktu.
Sementara bekas luka kontraktur biasanya terjadi pada jaringan yang mengalami luka bakar. Bekas luka ini dapat membatasi pergerakan.
Gejala Keloid
Tanda dan gejala keloid dapat berbeda pada setiap individu, namun berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala yang umum ditemukan:
1. Keloid Berkembang Perlahan
Tanda dan gejala biasanya muncul setelah tiga hingga 12 bulan atau lebih. Namun, ada juga kasus di mana keloid dapat tumbuh dengan cepat dan ukurannya menjadi tiga kali lipat dalam beberapa bulan.
2. Bekas Luka Berwarna Merah Muda, Merah, atau Ungu
Jika keloid muncul di daun telinga, biasanya berbentuk bulat atau oval dan tampak ungu. Jika muncul di dada, kaki, atau lengan, jaringan parut biasanya terangkat ke permukaan kulit dan berwarna merah muda atau merah.
3. Terasa Lembut, Keras, atau Kenyal
Jika disentuh, bekas luka mungkin terasa berbeda dari kulit di sekitarnya. Sebagai contoh, di daun telinga, bekas luka biasanya terasa lembut, kenyal, atau kencang.
4. Terasa Gatal dan Sakit
Keloid yang sedang tumbuh dapat terasa gatal dan menyakitkan. Jaringan parut yang terjadi di dada biasanya terasa lunak. Gejala ini biasanya hilang setelah keloid berhenti tumbuh.
5. Keloid Tetap di Tempat
Sebagian besar keloid tetap diam dan tidak bergerak. Namun, pada leher, perut, atau telinga, jaringan parut ini dapat menggantung atau memiliki tangkai sehingga dapat digerakkan ketika disentuh.
6. Warna Gelap
Setelah keloid berhenti tumbuh, biasanya akan terlihat lebih gelap dari kulit di sekitarnya. Batas keloid juga biasanya lebih gelap dari bagian pusatnya.
Kapan Harus ke Dokter?
Keloid biasanya bukan kondisi medis yang serius dan tidak memerlukan perawatan medis. Namun, jika keloid mengganggu penampilan atau terus bertambah besar, disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit atau bedah plastik.
Proses perawatan melibatkan biopsi kulit untuk memastikan bahwa benjolan tersebut bukan tumor. Tes ini harus dilakukan sebelum memulai pengobatan apa pun untuk memastikan bahwa benjolan tersebut bukan kanker.
Apakah Keloid Permanen?
Jaringan parut tidak permanen di tubuh. Setelah pemulihan, bekas luka perlu dirawat untuk mengembalikan penampilan yang lebih baik dan menghindari ketidaknyamanan.
Proses perawatan sangat penting untuk memastikan bahwa jaringan terluka dapat pulih dengan baik dan memiliki mobilitas yang normal. Jika tidak diobati dengan benar, keloid dapat menyebabkan hilangnya gerakan dan kontraktur sendi.
Penyebab Keloid
Setelah kulit terluka, sel-sel tubuh akan memperbaikinya dengan membentuk jaringan parut. Pada beberapa orang, jaringan parut terus terbentuk setelah luka sembuh. Penyebab terbentuknya jaringan parut ini beragam, salah satunya akibat cedera.
Berikut adalah beberapa jenis cedera pada kulit yang dapat menyebabkan keloid:
- Luka robek
- Luka tusukan
- Luka bakar
- Bekas luka bedah
- Jerawat parah
- Cacar air
- Gigitan serangga
- Bekas suntikan
- Tindikan
- Tato
Faktor Risiko Keloid
Siapa saja dapat mengembangkan jaringan parut, namun ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko terbentuknya keloid setelah luka. Faktor-faktor risiko ini termasuk:
1. Keturunan Dari Etnis Afrika, Asia, atau Hispanik
Keloid adalah kondisi kulit yang lebih sering terjadi pada orang keturunan Cina di Asia. Di Amerika Serikat, keloid lebih umum pada orang keturunan Afrika dan Hispanik.
2. Riwayat Keluarga dengan Keloid
Sekitar sepertiga orang yang mengembangkan keloid memiliki anggota keluarga dengan keloid, seperti ibu, ayah, saudara perempuan, saudara laki-laki, atau anak. Hal ini lebih umum pada orang keturunan Afrika atau Asia.
3. Usia
Orang berusia antara 10 dan 30 tahun berisiko mengembangkan keloid. Kebanyakan orang mulai mengembangkan keloid pada usia 20-an. Namun, keloid jarang ditemukan pada anak-anak dan orang tua.
Diagnosis Keloid
Dokter spesialis kulit dapat mendiagnosis keloid hanya dengan melihat kondisi kulit. Dokter juga dapat melakukan pemeriksaan fisik dan meninjau riwayat medis dan pribadi pasien untuk menyingkirkan kemungkinan penyakit atau kondisi lainnya.
Jika jaringan parut terlihat seperti pertumbuhan kulit yang mengkhawatirkan, dokter kulit mungkin akan melakukan biopsi kulit. Tes ini melibatkan pengambilan sampel kecil jaringan dari keloid untuk diperiksa di laboratorium. Biopsi kulit juga dapat dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan tumor ganas.
Pengobatan Keloid
Berbagai bentuk pengobatan tersedia untuk mengatasi keloid, namun tidak semua pengobatan efektif untuk semua orang. Oleh karena itu, penting untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai keefektifan pengobatan dan mendapatkan perawatan yang tepat untuk keloid.
Pilihan perawatan keloid termasuk penggunaan obat topikal, suntikan kortikosteroid, krioterapi, radioterapi, terapi laser, dan operasi. Berikut adalah penjelasan mengenai pengobatan keloid:
1. Ekstrak Bawang Merah
Terkadang dokter menyarankan penggunaan ekstrak bawang merah untuk mencegah terbentuknya bekas luka setelah operasi atau penghilangan tato dengan laser. Ekstrak bawang merah memiliki sifat anti-inflamasi dan dapat membunuh bakteri.
2. Kortikosteroid
Dokter mungkin akan memberikan suntikan kortikosteroid sebagai pengobatan pertama untuk keloid dan pengobatan kedua untuk bekas luka hipertrofik. Suntikan kortikosteroid yang umum digunakan adalah triamcinolone acetonide.
Jadwal dan dosis suntikan kortikosteroid bervariasi, tetapi biasanya dilakukan 3 hingga 4 suntikan setiap 3 hingga 4 minggu. Beberapa orang mungkin memerlukan lebih dari empat suntikan.
Beberapa dokter juga memberikan suntikan triamcinolone acetonide bersamaan dengan krioterapi untuk mengurangi ketebalan keloid dan mengurangi rasa gatal.
3. Bleomycin
Beberapa dokter mungkin akan menyuntikkan bleomycin ke dalam keloid untuk menghentikan produksi kolagen di daerah terluka. Namun, hanya sedikit penelitian yang meneliti efek suntikan bleomycin pada penampilan keloid. Namun, penelitian juga menunjukkan bahwa bleomycin dapat mengurangi gejala seperti kemerahan, gatal, dan rasa sakit yang terkait dengan keloid.
4. Imiquimod
Obat keloid ini tersedia dalam bentuk krim dengan kekuatan 5%. Dokter dapat meresepkan krim imiquimod atau salep untuk keloid setelah operasi. Namun, obat topikal ini belum menunjukkan hasil yang konsisten dalam uji klinis untuk mengobati dan mencegah pembentukan keloid.
5. Interferon
Interferon juga mempengaruhi produksi kolagen dan dapat disuntikkan ke jaringan yang terluka. Studi klinis menunjukkan bahwa suntikan interferon dapat mengurangi ukuran keloid sekitar 50% dalam sembilan hari. Suntikan interferon juga dapat memperbaiki kondisi dan ukuran bekas luka hipertrofik. Namun, penggunaan interferon jarang dilakukan karena harganya mahal dan bukti efektivitasnya belum cukup kuat.
6. Botulinum Toxin A
Beberapa dokter dapat menyuntikkan botulinum toxin A (botox) untuk mencegah dan mengobati keloid selama beberapa tahun.
7. Krioterapi
Krioterapi melibatkan penggunaan nitrogen cair untuk mendinginkan jaringan di bawah suhu beku. Perawatan ini dapat meningkatkan penampilan keloid. Beberapa penelitian melaporkan bahwa satu kali krioterapi dapat mengurangi ukuran keloid sekitar 51%, tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa krioterapi lebih efektif digabungkan dengan pengobatan lain, seperti suntikan kortikosteroid.
8. Radioterapi
Radioterapi bisa digunakan bersamaan dengan perawatan lain untuk mengurangi risiko kekambuhan keloid setelah operasi. Radioterapi juga dapat membantu menghambat pertumbuhan sel dan mencegah penumpukan kolagen pada jaringan luka.
Perlu diingat, penggunaan radioterapi pada keloid di leher atau dada dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker tiroid atau payudara akibat radiasi.
9. Terapi Laser
Ada dua jenis terapi laser yang digunakan untuk mengobati jaringan parut, yaitu terapi laser ablasi dan terapi laser non-ablasi. Terapi laser ablasi digunakan untuk meratakan jaringan parut, sedangkan terapi laser non-ablasi dapat menghambat peredaran darah di jaringan parut, yang pada akhirnya membunuh jaringan abnormal.
Studi menunjukkan bahwa terapi laser efektif untuk bekas luka bedah, bekas luka hipertrofik, dan keloid. Terapi ini dapat meredakan kemerahan, gatal, menghaluskan, dan mengurangi ketebalan keloid.
10. Perawatan Silikon
Pasien dapat menggunakan perawatan silikon untuk mengatasi keloid. Setelah menggunakan perawatan berbasis silikon, keloid dapat mengecil, elastisitas kulit meningkat, warna keloid memudar, dan kekencangan kulit berkurang pada bekas luka hipertrofik dan keloid.
Perawatan silikon tersedia dalam bentuk lembaran gel silikon dan krim yang dapat dioleskan pada bekas luka selama 12 jam sehari. Perawatan ini dapat dilakukan selama 12 hingga 24 minggu untuk hasil yang maksimal.
11. Terapi Tekanan
Pemakaian perban pada jaringan parut dapat memberikan tekanan pada keloid. Tekanan mekanis juga dapat mengurangi peredaran darah ke jaringan parut, sehingga membantu mengurangi ketebalan jaringan tersebut.
Meskipun perawatan ini mungkin tidak nyaman karena harus digunakan setidaknya 23 jam per hari selama 6 bulan, namun penelitian menunjukkan bahwa terapi tekanan hanya memberikan perbaikan yang sedikit pada keloid