Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Kateter Urine: Jenis, Fungsi, Cara Pemasangan, Komplikasi, dll

Myles Bannister

Kateter urine adalah peralatan medis untuk pasien dengan masalah pada saluran kemih atau kandung kemih. Perawat memasang, melepas, dan membersihkannya secara rutin untuk mencegah infeksi. Baca lebih lanjut untuk informasi tentang definisi kateter urine, jenis, siapa yang membutuhkannya, cara pemasangan, cara pembersihan, dan komplikasi.

Apa Itu Kateter Urine?

Kateter adalah saluran urine dari kandung kemih ke kantong urine. Alat medis ini hadir dalam berbagai ukuran dan jenis. Kateter bisa terbuat dari karet, plastik PVC (polyvinyl chloride), atau silikon.

Kateter urine biasanya digunakan ketika pasien tidak bisa mengosongkan kandung kemih. Jika kandung kemih tidak dikosongkan, urine bisa menumpuk dan menekan ginjal. Tekanan itu bisa menyebabkan gagal ginjal dan kerusakan permanen pada ginjal.

Pasien biasanya menggunakan kateter sampai mereka bisa buang air kecil sendiri. Namun, pasien lanjut usia, orang dengan cedera permanen, atau penyakit parah mungkin perlu menggunakan kateter dalam jangka waktu yang lebih lama atau bahkan permanen.

Jenis Kateter Urine

Terdapat tiga jenis kateter utama, yaitu indwelling catheters, kateter eksternal, dan kateter jangka pendek. Berikut penjelasannya:

1. Indwelling Catheters

Indwelling catheters atau kateter tetap adalah kateter yang tetap berada di dalam kandung kemih. Kateter ini juga dikenal sebagai kateter Foley. Jenis ini bisa digunakan dalam jangka waktu pendek maupun panjang.

Petugas medis biasanya memasukkan kateter urine yang tetap di dalam kandung kemih melalui uretra. Terkadang, petugas medis juga bisa memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui lubang kecil di perut. Jenis kateter ini dikenal sebagai kateter suprapubik.

Balon kecil di ujung kateter diisi dengan air agar kateter tidak keluar dari tubuh. Balon ini bisa dikempiskan saat kateter akan dilepas.

2. Kateter Eksternal (Kateter Kondom)

Kateter kondom adalah kateter yang diletakkan di luar tubuh. Kateter ini biasanya digunakan oleh pria yang tidak memiliki masalah retensi urine tetapi memiliki cacat fungsional atau mental yang serius, seperti demensia.

Kateter kondom menutupi kepala penis seperti kondom. Ada selang tipis yang mengarah dari kondom ke kantong urine.

Kateter ini biasanya lebih nyaman dan memiliki risiko infeksi yang lebih rendah daripada kateter tetap. Kateter kondom biasanya perlu diganti setiap hari, tetapi ada merek tertentu yang dirancang untuk penggunaan yang lebih lama.

3. Kateter Jangka Pendek (Kateter Intermiten)

Seseorang mungkin hanya membutuhkan kateter untuk jangka waktu pendek setelah operasi sampai kandung kemih kosong. Setelah itu, kateter harus dilepas. Petugas medis menyebutnya kateter masuk dan keluar.

Jika kateter digunakan di rumah, pasien akan dilatih untuk menggunakan kateter sendiri atau dengan bantuan pengasuh. Pemasangan kateter bisa dilakukan melalui uretra atau melalui lubang yang dibuat di perut bagian bawah untuk kateterisasi.

Kondisi Medis yang Memerlukan Kateter Urine

Kateter adalah saluran urine yang dirancang untuk keperluan medis. Dokter bisa merekomendasikan menggunakan kateter jika pasien mengalami kondisi medis berikut:

  • Retensi urine atau kesulitan buang air kecil
  • Inkontinensia urine atau sulit mengontrol buang air kecil sehingga urine keluar tanpa disadari
  • Tidak bisa mengontrol kapan buang air kecil

Alasan seseorang tidak bisa buang air kecil sendiri bisa menjadi akibat dari hal-hal seperti:

  • Pemblokiran aliran urine karena batu kandung kemih atau ginjal, pembekuan darah dalam urine, atau pembesaran kelenjar prostat yang parah
  • Operasi pada kelenjar prostat
  • Operasi di area genital, seperti perbaikan patah tulang pinggul atau histerektomi
  • Cedera tulang belakang
  • Spina bifida (kelainan perkembangan tulang belakang sejak lahir)
  • Cedera pada saraf kandung kemih
  • Tumor dalam saluran kemih atau organ reproduksi
  • Gangguan fungsi mental, seperti demensia
  • Penggunaan obat yang merusak kemampuan otot kandung kemih untuk mengeluarkan urine

Cara Pemasangan Kateter Urine

Kateter adalah alat medis yang bisa dipasang oleh perawat atau petugas medis sesuai instruksi dokter. Kateter dimasukkan melalui uretra sampai mencapai kandung kemih. Lalu, kantong urine dipasang untuk menampung urine.

Berikut prosedur pemasangan kateter urine yang benar:

  • Prosedur anestesi. Pasien berbaring dan diberikan anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan selama pemasangan kateter.
  • Lumasi selang. Selang kateter dilumasi dengan pelumas supaya mudah dimasukkan ke dalam uretra.
  • Memasukkan selang. Selang kateter steril dimasukkan melalui uretra sampai mencapai kandung kemih sekitar 5 sentimeter.
  • Selang kateter siap digunakan. Setelah kateter terpasang, pasien bisa dengan mudah mengosongkan kandung kemih tanpa perlu mengeluarkannya dengan otot. Kateter urine memungkinkan kandung kemih dikosongkan dan urine mengalir ke dalam kantong urine.

Cara Membersihkan Kateter Urine

Tersedia kateter sekali pakai dan kateter yang bisa digunakan lebih dari sekali. Kateter yang bisa digunakan berulang harus selalu dibersihkan untuk mengurangi risiko infeksi saluran kemih (ISK), sementara kateter sekali pakai tersedia dalam kemasan steril sehingga hanya perlu membersihkan tubuh sebelum memasukkan kateter.

Merawat dan membersihkan kateter urine jangka panjang bertujuan untuk menghindari risiko ISK serta masalah seperti penyumbatan.

Berikut langkah-langkah untuk membersihkan kateter urine:

  • Cuci area tempat kateter dimasukkan. Cuci kulit di sekitar area tempat kateter masuk ke tubuh menggunakan sabun dan air setiap hari.
  • Cuci tangan. Cuci tangan menggunakan sabun dan air hangat sebelum dan setelah menyentuh peralatan kateter.
  • Tetap terhidrasi. Pastikan Anda tetap terhidrasi dengan baik, yaitu dengan minum cukup air agar urine tetap berwarna pucat. Ini membantu mencegah infeksi.
  • Hindari sembelit. Tetap terhidrasi dan konsumsi makanan tinggi serat (seperti buah dan sayuran) untuk menghindari sembelit.
  • Hindari kerutan pada kateter. Hindari kerutan atau lipatan pada kateter dan pastikan posisi kantong urine selalu berada di bawah kandung kemih. Ini memastikan aliran urine tidak terhalangi.
  • Rutin kosongkan kantong urine. Kosongkan kantong urine setidaknya setiap delapan jam atau setiap kali kantong sudah penuh.
  • Bersihkan kantong urine. Gunakan botol plastik yang berisi campuran cuka dan air atau campuran pemutih dan air untuk membersihkan kantong urine.

Komplikasi Kateter Urine

Indwelling urinary adalah penyebab utama infeksi saluran kemih (ISK). Oleh karena itu, sangat penting membersihkan kateter secara rutin untuk mencegah infeksi.

Tanda dan gejala infeksi saluran kemih meliputi:

  • Demam
  • Merasa tidak enak badan
  • Sakit kepala
  • Urine keruh karena nanah
  • Sensasi terbakar pada uretra atau daerah genital
  • Bocornya urine dari kateter
  • Adanya darah dalam urine
  • Urine berbau tidak sedap
  • Nyeri punggung bagian bawah dan pegal-pegal

Komplikasi lain dari penggunaan kateter meliputi:

  • Reaksi alergi terhadap bahan yang digunakan dalam kateter, seperti lateks
  • Batu kandung kemih
  • Adanya darah dalam urine
  • Cedera pada uretra
  • Kerusakan ginjal (terutama saat kateter digunakan dalam jangka waktu yang lama)
  • Infeksi saluran kemih, ginjal, atau darah (septikemia)

Referensi

  1. Anonim. 2020. Urinary catheter. https://www.nhs.uk/conditions/urinary-catheters/ (Diakses pada 13 Mei 2020)
  2. Anonim. 2019. Urinary catheters. https://medlineplus.gov/ency/article/003981.htm (Diakses pada 13 Mei 2020)
  3. Anonim. Tanpa tahun. What is a catheter used for?. http://www.poiesismedical.com/what-is-a-catheter-used-for/ (Diakses pada 13 Mei 2020)
  4. Cafasso, Jacquelyn. Urinary Catheters. https://www.healthline.com/health/urinary-catheters (Diakses pada 13 Mei 2020)
  5. Lillis, Charlotte. 2019. Uses and types of urinary catheter. https://www.medicalnewstoday.com/articles/324187 (Diakses pada 13 Mei 2020)
  6. Yates, Ann. 2017. Urinary catheters 5: teaching patients how to use a catheter valve. https://www.nursingtimes.net/clinical-archive/continence/urinary-catheters-5-teaching-patients-how-to-use-a-catheter-valve-10-04-2017/ (Diakses pada 13 Mei 2020)

About The Author

Memahami Perbedaan Baby Blues dan Depresi Postpartum Lebih Dalam

Badan Lesu dan Kurang Bertenaga? Minum Susu Cokelat Saja