Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Hoarding Disorder: Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, Komplikasi, dll

Myles Bannister

Hoarding disorder adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang menimbun barang, baik yang berharga maupun tidak. Seiring waktu, kondisi ini membuat rumah menjadi berantakan. Simaklah gejala, penyebab, dan pengobatannya di bawah ini!

Apa Itu Hoarding Disorder?

Hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental di mana seseorang menimbun banyak barang, termasuk surat kabar, majalah, barang rumah tangga, pakaian, dan lainnya. Beberapa orang dengan gangguan mental ini bahkan menimbun hewan.

Gangguan penimbunan barang dapat menyebabkan kekacauan yang berbahaya dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Selain itu, kondisi ini juga dapat menimbulkan stres, rasa malu, dan kehidupan yang tidak sehat serta tidak aman.

Jenis Hoarding Disorder

Terdapat beberapa jenis gangguan penimbunan barang yang mungkin dialami seseorang, antara lain:

  • Animal hoarding: ditandai dengan seseorang menimbun banyak hewan peliharaan, melebihi kemampuan dirinya dalam merawatnya.
  • Compulsive shopping: terlalu asyik dengan berbelanja dan membeli barang yang tidak diperlukan.
  • Object hoarding: menimbun barang tertentu seperti kertas, buku, pakaian, atau bahkan sampah.

Tanda dan Gejala Hoarding Disorder

Penderita gangguan penimbunan barang akan merasa sangat perlu untuk menyelamatkan barang-barang yang orang lain anggap tidak berharga. Seiring waktu, ruang untuk menyimpan barang-barang menjadi terbatas, sehingga barang-barang tersebut sering berserakan.

Gejala lain yang mungkin dialami penderita hoarding disorder meliputi:

  • Tidak mampu membuang barang, meskipun tidak digunakan.
  • Stres yang berlebihan saat harus membuang barang.
  • Merasa tidak yakin di mana meletakkan barang-barang.
  • Hidup di lingkungan yang tidak dapat digunakan karena berantakan.
  • Tidak percaya kepada orang lain yang menyentuh barang-barangnya.
  • Khawatir membutuhkan barang di masa depan.
  • Menghindari teman dan keluarga.
  • Emosi yang terbebani, seperti merasa kewalahan atau malu dengan barang-barangnya atau situasi tempat tinggalnya.
  • Merasa bertanggung jawab atas barang-barang dan menganggap benda mati memiliki perasaan.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda mengalami gejala gangguan penimbunan barang yang berat, kronis, atau disertai gejala lain yang mengganggu aktivitas sehari-hari, sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter. Selain itu, jika gejala-gejala tersebut menyebabkan kecemasan berlebihan, rasa malu, masalah hubungan sosial yang signifikan, atau lingkungan yang tidak sehat atau tidak aman, segera temui dokter.

Penyebab Hoarding Disorder

Penyebab pasti dari gangguan penimbunan barang masih belum diketahui. Namun, faktor-faktor berikut dikaitkan dengan gangguan ini:

  • Keyakinan bahwa barang-barang dapat berguna atau berharga di masa depan.
  • Mendapatkan barang-barang secara gratis atau lebih terjangkau dari biasanya.
  • Barang-barang memiliki nilai sentimental.
  • Barang-barang terlihat tak tergantikan, unik, atau sempurna.
  • Barang-barang menjadi pengingat yang penting untuk seseorang, tempat, waktu, atau peristiwa yang ingin diingat.

Meskipun penyebab pasti belum diketahui, ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko seseorang mengalami atau memperburuk gejala gangguan penimbunan barang, antara lain:

  • Riwayat keluarga yang suka menimbun barang-barang.
  • Cedera otak.
  • Pengalaman yang sangat traumatis, seperti penyakit serius atau kehilangan orang yang dicintai.
  • Gangguan mental lain, seperti gangguan obsesif kompulsif (OCD).

Gangguan penimbunan barang juga dapat menjadi gejala dari kondisi lain, seperti OCD, gangguan kepribadian obsesif-kompulsif, ADHD, atau depresi. Selain itu, terdapat pula hubungan antara gangguan penimbunan dengan gangguan makan pica, psikosis, demensia, sindrom Prader-Willi, dan autisme.

Diagnosis Hoarding Disorder

Gangguan penimbunan barang merupakan gejala utama dari gangguan mental ini. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan kriteria diagnostik yang tercantum dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5), antara lain:

  • Menyulitkan diri sendiri untuk membuang barang yang dianggap memiliki nilai atau kegunaan terbatas oleh orang lain.
  • Menimbun barang-barang hingga mengganggu penggunaan ruangan.
  • Tidak disebabkan oleh kondisi medis umum atau gangguan kejiwaan lainnya.
  • Keinginan untuk menyimpan barang dan kesulitan untuk membuangnya.
  • Tidak dapat dijelaskan dengan gangguan kejiwaan lainnya, seperti depresi mayor, skizofrenia, atau OCD.

Pengobatan Hoarding Disorder

Banyak penderita gangguan penimbunan barang yang tidak mendapatkan pengobatan karena kurangnya wawasan, sumber daya yang terbatas, atau rasa malu. Jika mencari pengobatan, biasanya dilakukan oleh mereka yang berusia 50 tahun ke atas dan terapi serta penggunaan obat-obatan menjadi pilihan pengobatannya.

Beberapa pengobatan untuk gangguan penimbunan barang meliputi:

1. Psikoterapi

Terapi perilaku kognitif khusus untuk gangguan penimbunan barang telah terbukti efektif. Terapi ini membantu penderita mengubah pola berpikir dan pengambilan keputusan tentang barang-barang mereka. Terapi ini meliputi:

  • Wawancara klinis dan penilaian fungsional perilaku.
  • Psikoedukasi untuk meningkatkan pemahaman tentang gangguan.
  • Kolaborasi dengan psikolog untuk menetapkan tujuan perawatan.
  • Terapi kognitif untuk mengidentifikasi distorsi kognitif dan mengembangkan fleksibilitas dan restrukturisasi kognitif yang adaptif.
  • Meningkatkan keterampilan organisasi dan pemecahan masalah.
  • Panduan dalam merapikan dengan memilah harta dan mempraktikkan keterampilan pengambilan keputusan.
  • Pencegahan paparan dan respons terhadap barang-barang serta jenis percobaan perilaku lainnya.

2. Obat-obatan

Belum ada obat-obatan yang secara khusus digunakan untuk mengobati gangguan penimbunan barang. Namun, obat antidepresan seperti SSRI dan SNRI dapat membantu mengurangi gejala, terutama pada penderita yang juga memiliki gangguan kesehatan mental lain seperti OCD. Penggunaan obat psikostimulan dan penambah kognitif juga sedang diteliti sebagai alternatif pengobatan.

Komplikasi Hoarding Disorder

Gangguan penimbunan barang dapat menyebabkan komplikasi-komplikasi berikut:

  • Penincreased risk of falling.
  • Cedera atau terperangkap akibat barang-barang yang terjatuh atau tergeser.
  • Konflik dalam hubungan keluarga.
  • Perasaan kesepian dan isolasi sosial.
  • Membahayakan kesehatan karena keadaan lingkungan yang tidak sehat.
  • Bahaya kebakaran.

Demikianlah penjelasan mengenai hoarding disorder, yaitu gangguan kesehatan mental di mana seseorang menimbun barang yang tidak digunakan atau bahkan tidak berfungsi sama sekali.

Referensi

  1. Anonim. 2018. Hoarding Disorder. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17682-hoarding-disorder (Diakses pada 6 Desember 2021).
  2. Deibler, Marla. What Is Hoarding?. https://www.verywellmind.com/what-is-hoarding-disorder-2510602#treatment (Diakses pada 6 Desember 2021).
  3. Huizen, Jennifer. 2019. What is hoarding disorder?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/314338#What-is-OCD (Diakses pada 6 Desember 2021).
  4. Mayo Clinic Staff. 2018. Hoarding disorder. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/hoarding-disorder/symptoms-causes/syc-20356056 (Diakses pada 6 Desember 2021).

About The Author

8 Manfaat Kopi Hijau dan Efek Sampingnya

Penyebab Tangan dan Kaki Bayi Dingin, dari yang Ringan hingga Serius