Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Oximeter: Fungsi, Aturan Penggunaan, dan Cara Membaca Hasil

Myles Bannister

Oximeter atau sering disebut pulse oximeter adalah alat untuk mengukur tingkat saturasi oksigen atau kadar oksigen dalam darah. Di masa pandemi COVID-19, isolasi mandiri memerlukan alat ini untuk mendeteksi kadar oksigen tubuh. Kapan waktu yang tepat pemakaian alat ini dan cara penggunaannya? Simak penjelasan selengkapnya berikut.

Apa Itu Oximeter?

Oximeter adalah alat untuk mengukur kadar oksigen dalam darah. Alat ini berfungsi dengan menjepit jari atau bagian lain tubuh.

Seperti mengukur tekanan darah atau suhu tubuh, mengetahui kadar oksigen dalam tubuh penting untuk melihat kesehatan tubuh. Oleh karena itu, oximeter dapat digunakan di rumah untuk memantau kondisi tubuh terkait paru-paru atau jantung.

Fungsi Oximeter

Oximeter berguna untuk memeriksa fungsi jantung memompa oksigen ke seluruh tubuh dan bagaimana paru-paru menukar gas dalam tubuh. Selain itu, alat ini bisa:

  • Mendiagnosis gejala sesak napas.
  • Mengukur kadar oksigen dalam darah.
  • Mengukur kadar oksigen dalam darah saat menggunakan oksigen tambahan.
  • Menunjukkan kebutuhan oksigen saat berolahraga.

Oximeter juga digunakan untuk masalah jantung seperti serangan jantung dan gagal jantung, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), kanker paru-paru, COVID-19, asma, serta radang paru-paru (pneumonia) seperti pada pasien COVID-19. Dokter juga merekomendasikan oximeter untuk memantau tingkat oksigen saat tidur bagi penderita sleep apnea atau mendengkur parah. Oximeter juga memberikan umpan balik tentang efektivitas intervensi pernapasan seperti terapi oksigen dan ventilator. Beberapa dokter menggunakan oximeter untuk menilai keamanan aktivitas fisik pada orang dengan masalah jantung atau pernapasan, atau saat tes stres. Pada kasus bayi di ruang NICU (neonatal intensive care unit), oximeter diperlukan untuk memantau penurunan saturasi oksigen.

Manfaat lain penggunaan oximeter adalah memberikan ketenangan pikiran kepada penderita kondisi pernapasan atau kardiovaksular kronis, menilai kebutuhan oksigen tambahan, memantau tingkat saturasi oksigen saat menggunakan anestesi, dan menunjukkan efek samping berbahaya dari obat yang memengaruhi pernapasan atau saturasi oksigen.

Cara Kerja Oximeter

Oximeter bekerja dengan melewatkan cahaya merah dan inframerah melalui pembuluh kapiler yang berdenyut. Rasio cahaya merah dan inframerah yang ditransmisikan memberikan ukuran saturasi oksigen darah.

Alat ini bekerja dengan prinsip bahwa darah teroksigenasi berwarna merah lebih terang dibanding darah terdeoksigenasi yang biru-ungu.

Oximeter mengukur intensitas warna merah dengan dan tanpa oksigen dalam darah. Denyut nadi terdeteksi dan intensitas warna yang terdeteksi saat denyut nadi tidak ada dikurangi. Intensitas warna yang tersisa mewakili darah merah beroksigen yang ditampilkan di layar sebagai persentase saturasi oksigen dalam darah.

Cara Pakai Oximeter

Agar hasil yang akurat, perhatikan langkah-langkah berikut sebelum menggunakan alat ini:

  • Pengukuran dilakukan setidaknya selama 5 menit.
  • Jika alat ini digunakan pada jari, letakkan tangan di dada.
  • Pastikan emitters dan detectors berlawanan dan cahaya tidak mencapai detectors kecuali melalui jaringan. Masukkan jari sepenuhnya ke dalam alat. Pada anak dan bayi, gunakan alat sesuai ukuran.

Hal penting yang perlu diketahui adalah beberapa gangguan lingkungan seperti getaran, gerakan berlebihan, dan cahaya lampu inframerah panas dapat menyebabkan pembacaan yang salah. Selain itu, tangan yang dingin, kuku diwarnai, dan penggunaan pewarna intravaskular seperti methylthioninium chloride, dapat mengurangi pembacaan saturasi.

Cara Membaca Hasil Oximeter

Nilai ‘SpO2’ pada pulse oximeter menunjukkan persentase oksigen dalam darah seseorang.

Saturasi oksigen di atas 95 persen dianggap normal bagi kebanyakan orang sehat. Saturasi 92 persen menunjukkan potensi kekurangan oksigen dalam jaringan tubuh atau hipoksemia.

Saturasi oksigen di bawah 95 persen mungkin menandakan tubuh tidak memiliki cukup oksigen dalam darah untuk memenuhi kebutuhan. Hal ini bisa disebabkan oleh masalah jantung atau paru-paru. Kondisi ini mengharuskan Anda menggunakan oksigen tambahan.

Berbagai faktor dapat memengaruhi hasil oximeter, seperti sirkulasi darah yang buruk, penggunaan cat kuku, kuku panjang atau kotor, penggunaan tembakau, jenis sensor pulse oximeter yang digunakan (klip jari vs. perekat), ketebalan kulit, suhu kulit, dan warna kulit. Penelitian menunjukkan bahwa kulit gelap (pada orang Afrika-Amerika) mungkin mendapatkan pengukuran yang kurang akurat.

Kaitan Antara Kadar Oksigen dan COVID-19

Banyak penderita COVID-19 memiliki kadar oksigen yang rendah dalam darah, meski merasa sehat. Hal ini dapat terjadi karena radang pada paru-paru yang dapat dilihat melalui rontgen dada. Kadar oksigen yang rendah dapat menjadi tanda peringatan bahwa perawatan medis diperlukan.

Namun, ada kondisi yang disebut happy hypoxia pada penderita COVID-19, di mana terjadi pneumonia dengan saturasi di bawah 95%, namun tidak menunjukkan gejala sesak, bahkan penderita dapat beraktivitas seperti biasa. Happy hypoxia ini berbahaya karena tubuh tidak menyadarinya saat saturasi oksigen di bawah normal sehingga dapat menjadi pembunuh diam-diam.

Tingkat oksigen yang diukur dengan pulse oximeter bukanlah satu-satunya cara untuk mengetahui seberapa sakit seseorang. Beberapa orang yang merasa sangat sakit memiliki kadar oksigen yang baik, sementara beberapa orang yang merasa baik-baik saja dapat memiliki kadar oksigen yang buruk.

Kadar oksigen mungkin rendah jika seseorang mengalami sesak napas, bernapas lebih cepat dari biasanya, atau terlalu sakit untuk beraktivitas seperti biasa. Segera hubungi dokter jika memiliki gejala-gejala ini. Beberapa orang dengan penyakit paru-paru kronis atau sleep apnea mungkin memiliki kadar normal sekitar 90%.

Referensi

  1. Anonim. 2021. What Is Pulse Oximetry?. https://www.webmd.com/lung/pulse-oximetry-test. (Diakses pada 7 Juli 2021).
  2. Anonim. Oxygen Levels, Pulse Oximeters, and COVID-19. https://www.health.state.mn.us/diseases/coronavirus/pulseoximeter.html. (Diakses pada 7 Juli 2021).
  3. Gotter, Ana. 2017. Pulse Oximetry. https://www.healthline.com/health/pulse-oximetry. (Diakses pada 7 Juli 2021).
  4. Knott, Laurence. 2020. Pulse Oximetry. https://patient.info/doctor/pulse-oximetry. (Diakses pada 7 Juli 2021).
  5. Schiffman, George. 2021. Oximetry. https://www.medicinenet.com/oximetry/article.htm. (Diakses pada 7 Juli 2021).
  6. Villines, Zawn. 2017. Why do we use pulse oximetry?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/318489#Who-can-benefit-from-pulse-oximetry. (Diakses pada 7 Juli 2021).

About The Author

Hypercapnia, Kelebihan Karbon Dioksida di Dalam Pembuluh Darah

Impaksi Gigi Bungsu: Ciri-Ciri, Penyebab, Pengobatan, dll