Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

6 Ciri-Ciri Orang Tua Overprotektif, Dampak Buruk, dan Cara Mengatasi

Myles Bannister

Orang tua overprotektif pada dasarnya bertujuan baik, namun pola asuh seperti ini memberikan banyak dampak buruk daripada kebaikannya. Selengkapnya ketahui ciri orang tua yang memberikan perlindungan berlebihan pada anak, dampak, hingga cara mengatasinya berikut ini!

Apa Itu Orang Tua Overprotektif?

Orang tua yang overprotektif menunjukkan perilaku melindungi yang berlebihan pada anak. Ini bertujuan membentengi anak-anak dari rasa sakit fisik, mental, atau emosional.

Orang tua dengan pola asuh ini terobsesi dengan keamanan fisik anak-anaknya, meskipun tinggal di lingkungan yang relatif aman. Tingkat perlindungan melebihi tingkat risiko yang sebenarnya.

Mereka juga fokus menjaga kesehatan emosional anak-anak dengan membantu mereka mengatasi kesulitan dan meredam stres dalam kehidupan sehari-hari.

Ciri-Ciri Orang Tua Overprotektif

Orang tua yang terlalu protektif merupakan kategori pola asuh yang cukup luas, beberapa orang tua mungkin dipicu oleh rasa takut akan cedera, sementara yang lain mungkin khawatir anak tidak akan berhasil tanpa perhatiannya yang terus-menerus.

Terlepas dari alasan yang berbeda, ada beberapa tanda dan ciri dari pola asuh yang terlalu melindungi anak.

Berikut ini ciri-ciri orang tua proteksi:

1. Mengontrol pilihan anak

Jika orang tua terus-menerus membuat keputusan besar dan kecil untuk anak tanpa membiarkannya memikirkan pilihan sendiri, itu mungkin menandakan orang tua yang terlalu protektif.

Jika anak ingin mencoba sesuatu yang baru, orang tua yang memberikan perlindungan berlebihan mungkin akan tetap bersikeras dengan apa yang Anda inginkan, menahan keinginan anak, menunjukkan ketidakpercayaan, dan menganggap Anda lebih tahu.

2. Merasa takut anak cedera

Jika Anda memperingatkan anak untuk menjaga jari-jarinya setiap kali mereka menutup pintu lemari atau terkesiap ketika kadang-kadang tersandung kedua kaki mereka sendiri, itu tandanya Anda khawatir tentang keselamatannya.

Tentu saja, tidak ada yang ingin permainan berakhir dengan tangisan, tetapi jatuh, terbentur, dan goresan adalah bagian dari masa kanak-kanak. Selama anak tidak dalam bahaya, orang tua harus mencoba menahan diri secara perlahan untuk tidak terlalu melindungi anak.

3. Melindungi anak dari kegagalan

Orang tua mungkin tidak tahan untuk membantu anak dari nilai yang buruk atau ego yang terluka. Oleh karena itu, ia meminta guru anak untuk melakukan panggilan cepat yang kemungkinan indikasi masalah pola asuhan yang lebih besar.

Anak-anak akan menjadi tangguh jika orang tua memberinya kesempatan untuk bersemangat kembali. Namun, jika anak dibatasi ruang ekspresinya tidak akan benar-benar berkembang sampai anak belajar mengatasi kegagalannya.

4. Berlebihan menghadapi kegagalan

Jika Anda terkadang marah atas nilai buruk atau kecewa ketika anak ditolak dari suatu kesempatan, mungkin Anda perlu menarik napas dalam-dalam dan membiarkannya saja.

Menanggapi secara berlebihan terhadap kegagalan anak sesekali tidak akan membantu Anda atau anak beradaptasi dan tumbuh.

5. Fokus yang intens pada pencapaian

Jika terlalu fokus pada pencapaian anak kemungkinan membuat Anda tidak meluangkan waktu untuk merayakan prestasi dan menikmati momen-momen yang lebih sederhana, Anda dan anak mungkin melewatkannya.

Orang tua dapat menjadwalkan kursus dan mendaftarkan anak untuk semua kegiatan, tetapi terlalu fokus pada akademisi dan pencapaian dapat merusak kesehatan mental dan emosional anak.

6. Hadiah ekstrem dan aturan ketat

Menggunakan hadiah aneh untuk memotivasi anak-anak dan hukuman keras untuk menghalangi mereka adalah tanda umum lain dari pengasuhan yang terlalu protektif.

Anda ingin anak Anda termotivasi oleh dorongan internal mereka sendiri dan bersemangat dengan pengalaman baru—tidak bergantung pada suap dan takut akan ancaman.

Dampak Pola Asuh Overprotektif

Meskipun bertujuan untuk membuat anak tetap aman, tetapi pola asuh yang berlebihan memberi perlindungan kepada anak justru memberikan dampak buruk pada kesehatan mental anak.

Berikut beberapa dampak pola asuh overprotektif:

1. Anak suka berbohong

Jika anak merasa terkekang oleh pola asuh orang tua, mungkin anak mulai bisa berbohong.

Apabila anak merasa tidak mampu menghadapi tekanan dari harapan yang tidak realistis atau aturan yang ketat, anak mungkin memutarbalikkan kebenaran untuk memanipulasi hasil dan mengubah respons yang orang tua antisipasi.

2. Anak tidak siap menghadapi kehidupan

Dampak pola asuh overprotektif dapat membuat anak tidak siap menghadapi apa yang mungkin akan terjadi dalam hidupnya.

Hal tersebut karena anak-anak sudah sangat terbiasa dengan orang tua yang membuat rencana dan menyelesaikan kekacauan sehingga anak mungkin tidak sanggup menghadapi kesulitan kecil dan besar.

3. Anak-anak memiliki ketakutan

Jika orang tua menghentikan anak dari kegiatan yang mungkin berdampak negatif tetapi relatif tidak berbahaya, anak mungkin menjadi terlalu takut untuk mencoba hal-hal baru.

Anak yang terbiasa dengan pola asuh seperti itu mungkin akan membuat anak merasa khawatir akan terluka atau ditolak dan pada akhirnya menghindar dari pengalaman.

4. Selalu bergantung dan tidak percaya diri

Jika anak selalu mengharapkan orang tua untuk ikut campur dalam hal apa pun, anak mungkin tidak akan mengembangkan harga diri yang dibutuhkan untuk menjadi pembela bagi diri sendiri.

Jika orang tua melakukan segalanya untuk anaknya, seperti tugas dasar hingga mengerjakan PR sekolah, anak mungkin mulai mengharapkan orang tua melakukan hal-hal sederhana lainnya yang dapat dan harus dilakukan anak sendiri.

Alih-alih menghadapi tantangan baru, anak akan cenderung menunggu orang lain untuk menyelesaikan masalah.

5. Khawatir dan kecemasan

Kekhawatiran adalah bentuk pemikiran negatif yang berulang, disfungsional, dan kaku yang biasanya menjadi tanda utama gangguan kecemasan. Anak-anak yang mendapatkan perlindungan yang berlebihan rentan terhadap kekhawatiran dan kecemasan.

Orang tua yang terlalu protektif mungkin mengasuh anaknya secara berlebihan karena pengalaman mereka sendiri terhadap ancaman, meningkatkan persepsi bahaya, serta meningkatkan kepekaan terhadap kesulitan anak.

Cara Mengatasi Orang Tua yang Overprotektif

Kemungkinan ada banyak orang tua yang terlalu protektif, yang hanya ingin anaknya merasa bahagia dengan pencapaian atau prestasi.

Orang tua dapat belajar dari kesalahan masa lalu, menyesuaikan pola asuh sambil tetap memberikan cinta dan dukungan, dan mengembangkan hubungan yang lebih sehat dengan anak-anak.

Berikut ini cara mengatasi orang tua yang overprotektif:

1. Melakukan percakapan terbuka dengan anak

Pastikan komunikasi tetap terbuka dengan anak, terlepas dari usianya. Berbicara terbuka untuk ide dan bersedia mendengar keinginan dan harapan anak, bahkan jika itu berbeda dari keinginan Anda.

2. Mendapatkan inspirasi dari orang lain

Berbicara dengan orang tua lain di lingkaran pertemanan atau komunitas Anda dengan gaya pengasuhan yang efektif. Mintalah ide atau gagasan dari mereka dan sekaligus bertukar cerita.

Namun, tidak ada orang tua yang sempurna dan tidak ada kiat utama pengasuhan anak yang terbaik untuk semua anak dalam setiap situasi.

3. Membiarkan anak berekspresi

Jika anak sedang bereksperimen dengan teman-temannya, biarkan itu terjadi dan biarkan dampaknya mengikuti.

Selama anak aman, biarkan alam memberikan pengalaman kepada anak. Naluri orang tua untuk menutup mata dan melihat bagaimana anak bereaksi. Anak mungkin akan memberikan kejutan bagi Anda terkait perkembangannya.

5. Berkonsultasi dengan seorang profesional

Jika Anda mengalami kesulitan untuk mengubah cara yang berlebihan, cari bantuan profesional untuk membantu Anda. Terapi bisa menjadi cara yang baik untuk memanfaatkan motivasi Anda dan menemukan cara mendidik anak yang lebih baik.

Itulah penjelasan tentang ciri-ciri orang tua protektif, dampak buruknya, hingga bagaimana cara mengatasinya. Jika Ayah atau Bunda merasa memiliki ciri-ciri tersebut, Anda dapat mempertimbangkan untuk memperbaiki pola asuh Anda. Semoga informasi ini bermanfaat, teman Sehat!

Referensi

  1. Arzt, Nicole. 2020. Overprotective Parents: Signs, Examples, & Impact on Mental Health. https://www.choosingtherapy.com/overprotective-parents/ (Diakses pada 24 Desember 2021)
  2. Barth, Lauren. 2020. Overprotective Parents: How to Let Go and Raise Independent Kids. https://www.healthline.com/health/parenting/overprotective-parents (Diakses pada 24 Desember 2021)
  3. Li, Pamela. 2021. Causes, Signs and Effects of Overprotective Parents. https://www.parentingforbrain.com/overprotective-parents/ (Diakses pada 24 Desember 2021)

About The Author

10 Penyebab Pantat Gatal

Manfaat Bawang Merah untuk Kesehatan