Vaksin tetanus direkomendasikan oleh WHO sebagai pencegahan tetanus, penyakit serius yang belum memiliki obat penyembuhan. Tetanus adalah penyakit langka namun serius yang perlu diwaspadai.
Apa Itu Vaksin Tetanus?
Vaksin tetanus mencegah penyakit tetanus yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Infeksi ini memengaruhi sistem saraf dan menyebabkan kontraksi otot di seluruh tubuh.
Tetanus menyebabkan 1-2 kematian dalam setiap 10 kasus. Bakteri penyebabnya umumnya masuk melalui goresan atau luka dan ditemukan pada debu, tanah, atau pupuk kandang.
Tujuan Pemberian Vaksin Tetanus
Pemberian vaksin tetanus direkomendasikan oleh WHO untuk mencegah infeksi tetanus. Banyak orang yang tidak menerima vaksin dengan benar atau sama sekali. Vaksinasi tetanus adalah cara terbaik untuk mencegah penyakit ini.
Jenis Vaksin Tetanus
- Vaksin DTaP: melindungi anak-anak dari difteri, tetanus, dan batuk rejan
- Vaksin DT: melindungi anak-anak dari difteri dan tetanus
- Vaksin Tdap: melindungi praremaja, remaja, dan orang dewasa dari tetanus, difteri, dan batuk rejan
- Vaksin Td: melindungi praremaja, remaja, dan orang dewasa dari tetanus dan difteri
Siapa yang Harus Menerima Vaksin Tetanus?
Semua orang, termasuk bayi, anak-anak, praremaja, remaja, dan orang dewasa, harus menerima vaksin ini. Bayi dan anak di bawah usia 7 tahun menerima DtaP atau DT, sedangkan yang usia di atas 7 tahun hingga dewasa mendapatkan Tdap dan Td.
Kapan Vaksin Tetanus Diberikan?
Vaksin ini diberikan secara berkelanjutan dan juga kepada ibu hamil. Berikut adalah waktu pemberian vaksin:
Anak-Anak
Vaksin DTaP diberikan dengan interval berikut:
- Usia 2 bulan
- Usia 4 bulan
- Usia 6 bulan
- Usia 15-18 bulan
- Usia 4-6 tahun
Pada usia sekitar 11 atau 12 tahun, anak harus mendapatkan suntikan Tdap. Selanjutnya, individu harus mendapatkan suntikan Td setiap 10 tahun.
Dewasa
Orang dewasa yang tidak pernah menerima atau tidak menjalani vaksin tetanus lengkap harus mendapatkan vaksin Tdap. Selanjutnya, mereka harus mendapatkan vaksin Td setiap 10 tahun.
Ibu Hamil
Ibu hamil direkomendasikan untuk menerima suntikan Tdap guna melindungi bayi dari batuk rejan atau pertusis. Suntikan biasanya diberikan antara minggu 27 hingga 36 kehamilan, namun tidak masalah jika diberikan kapan saja. Tdap aman diberikan selama kehamilan.
Prosedur Vaksin Tetanus
Dokter akan melakukan pemeriksaan kesehatan sebelum memberikan vaksin. Pemberian vaksin biasanya dilakukan melalui injeksi pada bagian atas lengan pada orang dewasa dan di paha bagian atas pada bayi.
Jenis dan ukuran jarum yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan ukuran pasien. Setelah pemberian vaksin, Anda dapat kembali beraktivitas setelah beristirahat.
Efek Samping Vaksin Tetanus
Pemberian vaksin tetanus dapat menyebabkan efek samping seperti nyeri, kemerahan, demam ringan, sakit kepala, kelelahan, nyeri sendi, menggigil, mual, muntah, diare, ruam dan pembengkakan kelenjar. Efek samping yang parah seperti reaksi alergi harus segera ditangani oleh dokter.
Kontraindikasi Vaksin Tetanus
Beberapa kondisi kontraindikasi yang harus dihindari sebelum mendapatkan vaksin tetanus antara lain alergi terhadap vaksin ini, memiliki sindrom Guillain Barre, riwayat kejang, atau memiliki kondisi terkait sistem saraf. Diskusikan dengan dokter jika memiliki kondisi ini sebelum mendapatkan vaksin.
Harga Vaksin Tetanus
Harga vaksin tetanus dapat bervariasi tergantung merek dan rumah sakit yang menyediakannya.
Referensi
- Anonim. 2018. Tetanus (Lockjaw). https://www.vaccines.gov/diseases/tetanus. (Diakses 3 Januari 2019).
- Anonim. 2019. Tetanus Vaccination. https://www.cdc.gov/vaccines/vpd/tetanus/index.html. (Diakses 3 Januari 2019).
- Anonim. Tetanus Toxoid Solution. https://www.webmd.com/drugs/2/drug-52860/tetanus-toxoid-injection/details. (Diakses 3 Januari 2019).
- Christiano, Donna. How Often Should You Get a Tetanus Shot and Why’s It Important?. https://www.healthline.com/health/how-long-does-a-tetanus-shot-last. (Diakses 3 Januari 2019).
- Johnson, Jon. 2018. What are the side effects of the tetanus shot?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/323784.php#side-effects. (Diakses 3 Januari 2019).
About The Author
