Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS) adalah penyakit plasenta yang mempengaruhi kehamilan kembar identik. TTTS merupakan salah satu jenis komplikasi yang umum terjadi pada kehamilan kembar. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut.
Apa itu Twin to Twin Transfusion Syndrome?
TTTS adalah kondisi kehamilan di mana janin kembar berbagi satu plasenta dan jaringan pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrisi untuk perkembangan di dalam rahim. Kondisi kehamilan ini juga dikenal sebagai monochorionic.
TTTS menyebabkan pembuluh darah di dalam plasenta tidak terbagi secara merata dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam pertukaran darah antara janin. Satu janin mengalami kekurangan gizi dan kegagalan organ, sedangkan janin yang lain mengalami komplikasi penyakit jantung akibat menerima terlalu banyak darah.
Penyebab Twin to Twin Transfusion Syndrome
Penyebab pasti TTTS belum diketahui, namun kelainan selama pembelahan sel telur ibu setelah pembuahan diduga menyebabkan kelainan plasenta yang akhirnya mengakibatkan kondisi ini.
Beberapa faktor yang mungkin berperan dalam terjadinya TTTS antara lain:
- Pembagian plasenta secara tidak merata oleh janin kembar.
- Jenis dan jumlah pembuluh darah penghubung (anastomosis) dalam plasenta.
- Perubahan tekanan di dalam rahim seperti pada kasus polyhydramnios (peningkatan volume cairan ketuban) atau kontraksi rahim selama persalinan.
Diagnosis Twin to Twin Transfusion Syndrome
Dokter dapat mencurigai adanya TTTS berdasarkan hasil USG prenatal. Untuk memastikan diagnosis, dokter dapat melakukan pengujian lebih rinci untuk mengukur volume cairan ketuban, pengisian kandung kemih, dan aliran darah pada kedua janin.
Kondisi seperti peningkatan cepat volume cairan ketuban dan pembesaran rongga rahim meningkatkan risiko persalinan prematur dan pemendekan serviks pada ibu.
Prognosis TTTS juga dipengaruhi oleh kondisi kardiovaskular pada janin, sehingga pemeriksaan terperinci pada jantung janin juga termasuk dalam diagnosis.
Tahapan diagnosis TTTS meliputi:
- Tahap I: Perbedaan volume cairan ketuban yang signifikan pada kantung janin masing-masing.
- Tahap II: Ketidakmampuan melihat kandung kemih janin yang lebih kecil dengan USG.
- Tahap III: Aliran darah abnormal melalui tali pusat atau pembuluh janin di sekitar jantung.
- Tahap IV: Akumulasi cairan abnormal di lebih dari satu rongga tubuh (hidrops), yang dapat terjadi pada satu atau kedua janin.
- Tahap V: Kematian satu atau kedua janin kembar.
Bahaya Twin to Twin Transfusion Syndrome pada Kehamilan
TTTS dapat menyebabkan berbagai masalah pada kehamilan, antara lain volume air ketuban yang tidak normal, perbedaan ukuran janin, gagal jantung, pembengkakan jaringan lunak, gagal ginjal, hingga kematian janin.
Karena pembuluh darah yang menghubungkan sirkulasi kedua janin melintasi plasenta bersama, jika satu janin meninggal, janin lainnya berisiko mengalami kematian atau kerusakan organ yang signifikan.
Tingkat risiko juga mencakup kemungkinan hingga 40% dari berbagai bentuk cedera otak pada janin yang selamat. Jika tidak ditangani dengan cepat, kondisi ini dapat menyebabkan kematian janin.
Penanganan Twin to Twin Transfusion Syndrome
Penyelamatan salah satu atau kedua janin atau nyawa ibu membutuhkan tindakan operasi. Namun, jika tidak ada masalah pada ibu dan janin, dokter dapat memantau kondisinya dan memberikan pengobatan yang tidak melibatkan tindakan operatif.
Selama penanganan, kondisi pembekuan darah ibu harus terus dipantau secara intensif sambil memeriksa kondisi janin yang masih hidup. Tindakan operasi tidak diperlukan hingga janin mencapai usia di mana ia dapat bertahan hidup di luar kandungan.
Tindakan penanganan yang mungkin dilakukan oleh dokter antara lain:
1. Memantau kondisi kehamilan
Pada kasus yang tidak terlalu parah, pembedahan mungkin tidak diperlukan. Dokter akan menggunakan ultrasound dan ekokardiografi janin untuk memantau kondisi janin dalam kandungan. Jika kondisi ibu atau janin memburuk, persalinan prematur menjadi pilihan terbaik.
2. Amnioreduksi (pengurangan cairan ketuban)
Jika kondisi janin hanya sedikit terpengaruh oleh TTTS, dokter mungkin merekomendasikan amnioreduksi untuk mengalirkan kelebihan cairan ketuban dari kantung janin penerima dan meningkatkan aliran darah.
Jika amnioreduksi tidak efektif, pasien dapat memilih jalur operasi bedah menggunakan teknik selective fetoscopic laser photocoagulation (SFLP).
3. Selective fetoscopic laser photocoagulation (SFLP)
Jika kondisi janin terpengaruh oleh TTTS, SFLP dapat direkomendasikan oleh dokter. Prosedur ini melibatkan pembuatan sayatan kecil di perut ibu dan memasukkan trocar, sebuah alat logam ke dalam rahim.
Setelah itu, dokter bedah menggunakan fetoskop melalui trocar untuk melihat semua koneksi pembuluh darah pada permukaan plasenta yang dimiliki oleh janin kembar.
Setelah semua koneksi pembuluh darah abnormal teridentifikasi, laser digunakan untuk menutup dan memutus secara permanen pembuluh darah tersebut. Setelah operasi, dokter bedah membuang kelebihan cairan ketuban melalui trocar yang ditempatkan sebelumnya.
Sebagian besar pasien perlu menjalani perawatan di rumah sakit selama satu hari sampai kondisi stabil. USG dan ekokardiografi janin kemudian diulang sekitar lima hari setelah operasi untuk memantau kondisi janin.
Referensi
- Anonim. 2012. [Twin to Twin Transfusion Syndrome](https://rarediseases.org/rare-diseases/twin-twin-transfusion-syndrome/). Diakses pada 21 Agustus 2019.
- Anonim. 2019. [Twin to Twin Transfusion Syndrome](https://www.cincinnatichildrens.org/service/f/fetal-care/conditions/twin-twin-transfusion-syndrome). Diakses pada 21 Agustus 2019.
- Anonim. [TTTS](https://fetus.ucsf.edu/ttts). Diakses pada 21 Agustus 2019.
- Anonim. [Twin to Twin Transfusion Syndrome (TTTS)](https://www.hopkinsmedicine.org/health/conditions-and-diseases/twintotwin-transfusion-syndrome-ttts). Diakses pada 21 Agustus 2019.