Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Trauma Otak: Penyebab, Gejala, Penanganan

Myles Bannister

Kerusakan pada otak dapat disebabkan oleh faktor internal maupun eksternal. Salah satu kerusakan otak yang dapat terjadi akibat faktor eksternal disebut trauma otak atau cedera otak traumatis. Kondisi ini bisa ringan dan pulih dengan sendirinya atau menjadi berat dan berisiko tinggi untuk kesehatan. Berikut adalah hal-hal yang perlu Anda ketahui tentang trauma otak!

Apa Itu Trauma Otak?

Trauma otak atau cedera otak traumatis adalah kerusakan otak yang diakibatkan oleh pukulan atau guncangan keras di kepala atau objek yang menembus jaringan otak. Gejala trauma otak dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahannya, yaitu ringan, sedang, atau berat.

Trauma otak ringan dapat memengaruhi sel-sel otak sementara waktu. Sedangkan trauma otak sedang hingga berat dapat menyebabkan kondisi yang lebih serius seperti memar, sobeknya jaringan otak, pendarahan, dan kerusakan fisik pada otak.

Trauma otak dapat menyebabkan komplikasi jangka panjang, koma, bahkan kematian.

Penyebab Trauma Otak

Penyebab trauma otak secara umum adalah pukulan atau guncangan keras pada kepala. Berikut beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya cedera otak traumatis:

  • Jatuh dari tempat yang lebih tinggi, seperti dari tempat tidur, tangga, terpeleset, atau jatuh lainnya.
  • Tabrakan akibat kecelakaan lalu lintas.
  • Cedera olahraga, seperti sepak bola, tinju, hoki, baseball, dan olahraga berat serta ekstrim lainnya.
  • Ledakan dan cedera pertempuran, terutama pada anggota militer yang bertugas di medan pertempuran.
  • Tindakan kekerasan, seperti pemukulan, luka tembak, atau luka tusukan yang merusak tengkorak dan jaringan otak.

Trauma otak dapat terjadi pada siapa saja, namun beberapa kelompok orang mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena trauma otak, seperti anak-anak usia 0-4 tahun, lansia di atas 60 tahun, usia 15-24 tahun, dan laki-laki.

Gejala Trauma Otak

Otak merupakan organ paling berpengaruh dalam tubuh. Kerusakan pada otak dapat memberikan efek pada fisik dan psikologis seseorang. Berikut adalah gejala trauma otak yang umum muncul:

  • Muntah
  • Lesu
  • Sakit kepala
  • Kebingungan
  • Lumpuh
  • Kehilangan kesadaran
  • Pupil membesar
  • Perubahan penglihatan
  • Keluarnya cairan dari telinga atau hidung
  • Kehilangan keseimbangan
  • Nadi melambat
  • Napas melambat
  • Tekanan darah meningkat
  • Telinga berdering
  • Gangguan kognitif
  • Perubahan emosi
  • Kesulitan bicara
  • Kesulitan menelan
  • Mati rasa atau kesemutan
  • Wajah pucat dan mata sayu
  • Kehilangan kontrol usus dan kandung kemih

Gejala yang muncul pada setiap orang dapat berbeda-beda. Semakin parah kondisi trauma, semakin banyak dan parah juga gejala yang mungkin muncul.

Jika Anda atau anggota keluarga Anda mengalami gejala yang mengindikasikan trauma otak atau cedera otak traumatis, segera periksakan kondisi Anda ke rumah sakit terdekat.

Diagnosis Trauma Otak

Diagnosis trauma otak dimulai dengan pemeriksaan sistematis di ruang gawat darurat. Pemeriksaan fungsi jantung dan paru umumnya menjadi yang pertama dilakukan. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan fisik menyeluruh dan neurologis.

Berikut adalah tes yang biasanya dilakukan untuk diagnosis cedera otak traumatis:

  • Glasgow Coma Scale, tes yang dilakukan untuk menilai tingkat keparahan awal cedera dengan memeriksa kemampuan pasien mengikuti petunjuk dan menggerakkan mata serta anggota tubuhnya. Skala ini memiliki rentang 3-15, semakin tinggi angka, semakin ringan cederanya.
  • Mengumpulkan informasi tentang cedera dan gejala yang terjadi. Dokter akan menanyakan beberapa pertanyaan terkait cedera, seperti bagaimana cedera terjadi, berapa lama hilang kesadaran, adakah cedera di bagian tubuh lain, dan lain-lain.
  • CT scan, tes pencitraan untuk mengungkap perdarahan, pembekuan darah, kerusakan jaringan otak, dan pembengkakan jaringan otak.
  • MRI, tes pencitraan untuk mendapatkan gambaran terperinci otak. Tes ini dilakukan saat kondisi pasien stabil atau telah membaik dari cedera.
  • Pemantauan tekanan intrakranial, pemantauan untuk mengetahui peningkatan tekanan dalam tengkorak yang dapat menyebabkan kerusakan tambahan pada otak.

Penanganan Trauma Otak

Penanganan trauma otak disesuaikan dengan keparahan cedera. Berikut adalah langkah yang mungkin dilakukan untuk menangani cedera otak traumatis:

1. Penanganan Cedera Otak Ringan

Trauma otak ringan dapat diatasi dengan istirahat dan obat penghilang rasa sakit untuk mengatasi gejala. Aktivitas fisik dan berpikir sebaiknya dibatasi untuk menghindari kondisi yang lebih parah. Pasien dapat kembali beraktivitas seperti biasa setelah mendapat izin dari dokter.

2. Perawatan Darurat Segera

Perawatan ini dilakukan untuk cedera otak traumatis sedang hingga berat. Perawatan berfokus pada memastikan pasien mendapatkan cukup oksigen dan pasokan darah, menjaga tekanan darah, dan mencegah cedera lanjutan pada kepala dan leher.

Pasien dengan trauma otak berat juga mungkin mengalami cedera lain yang perlu ditangani. Perawatan bertujuan untuk meminimalkan kerusakan tambahan akibat peradangan, pendarahan, dan perburukan pasokan oksigen ke otak.

3. Obat-obatan

Obat-obatan juga mungkin diberikan untuk membatasi kerusakan tambahan pada otak. Beberapa jenis obat yang umum diberikan adalah:

  • Diuretik, obat untuk meningkatkan produksi urin dan mengurangi jumlah cairan dalam jaringan.
  • Obat anti-kejang, diberikan jika trauma otak berpotensi menimbulkan kejang.
  • Obat penginduksi koma, digunakan ketika pembuluh darah yang terkompres oleh peningkatan tekanan dalam otak tidak mampu memasok nutrisi dan oksigen yang cukup ke sel otak.

4. Operasi

Tindakan operasi mungkin diperlukan dalam beberapa kasus trauma otak. Operasi dilakukan untuk menghapus darah beku di otak, memperbaiki tulang tengkorak yang patah, atau membuka jendela di tengkorak untuk menghilangkan tekanan dalam.

Referensi

  1. Anonim. 2019. Traumatic brain injury. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/traumatic-brain-injury/symptoms-causes/syc-20378557. (Diakses 15 Mei 2019).
  2. Anonim. 2019. Basic Information about Traumatic Brain Injury. https://www.cdc.gov/traumaticbraininjury/basics.html. (Diakses 15 Mei 2019).
  3. Anonim. 2019. Traumatic Brain Injury. https://www.aans.org/en/Patients/Neurosurgical-Conditions-and-Treatments/Traumatic-Brain-Injury. (Diakses 15 Mei 2019).

About The Author

Penyebab Anak Kurus (Tidak Selalu Penyakit)

15 Ciri-Ciri Dehidrasi yang Jarang Anda Sadari, Ternyata Bahaya!