Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Tetanus: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan dan Pencegahan

Myles Bannister

Dalam review artikel ini, saya akan membuat konten ini menjadi lebih ringkas dan mudah dibaca tanpa mengubah makna asli atau markup HTML yang ada. Berikut ini adalah revisi artikel yang telah saya lakukan:

Salah satu jenis penyakit yang umum dan perlu diwaspadai adalah tetanus. Pelajari lebih lanjut tentang penyakit tetanus mulai dari penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan, hingga pencegahannya.

Apa Itu Tetanus?

Tetanus adalah infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani. Bakteri ini menghasilkan racun yang menyerang otak dan sistem saraf, menyebabkan kekakuan otot. Jika bakteri menginfeksi luka, racunnya akan menyerang saraf yang mengontrol gerakan otot.

Bakteri Clostridium tetani dapat ditemukan di tanah, debu, kotoran hewan dan manusia, permukaan kulit, dan alat-alat berkarat seperti paku, kawat berduri, dan jarum. Bakteri ini tahan terhadap panas, antiseptik, dan dapat bertahan hidup selama bertahun-tahun.

Tetanus dapat menyebabkan kejang otot yang parah, kesulitan bernapas, dan bahkan berakibat fatal. Meskipun ada pengobatan tetanus, namun pengobatannya tidak efektif. Pencegahan tetanus yang terbaik adalah dengan mendapatkan vaksin.

Menurut WHO, jumlah kematian akibat tetanus di seluruh dunia pada 1997 sekitar 275.000 dan pada 2011 sekitar 14.132 kasus.

Prevalensi tetanus masih lebih tinggi di tempat dengan sumber daya rendah dibandingkan negara maju, dengan tingkat kematian antara 20% hingga 45%. Jumlah kematian berbeda-beda tergantung pada ketersediaan sumber daya di bidang kesehatan.

Jenis Tetanus

Tetanus terdiri dari beberapa jenis, berikut ini di antaranya:

1. Tetanus Umum

Jenis paling umum, dengan lebih dari 80% kasus terkena infeksi ini. Gejala awal yang paling umum adalah kejang otot rahang (lockjaw). Kondisi ini melibatkan kejang pada otot lain di leher, badan, dan anggota tubuh utama lainnya.

Komplikasi dan perawatan penyakit ini bervariasi tergantung pada tingkat kekebalan sebelumnya, jumlah racun dalam tubuh, usia, dan kesehatan tubuh.

2. Tetanus Lokal

Jenis ini hanya menyerang otot di sekitar lokasi infeksi atau luka. Kejang cenderung ringan dan berlangsung beberapa minggu, meskipun dalam beberapa kasus dapat berkembang menjadi tetanus umum karena penurunan kekebalan tubuh.

3. Tetanus Sefalik

Jenis ini biasanya terjadi setelah mengalami cedera pada kepala seperti fraktur tengkorak, luka robek, atau cabut gigi. Gejala yang umum termasuk kelumpuhan saraf wajah, yang menyebabkan lockjaw, Bell’s palsy, atau kelopak mata atas yang terkulai (ptosis). Jenis tetanus ini sering berkembang menjadi tetanus umum dan cenderung lebih serius, dengan risiko kematian sekitar 15 hingga 30 persen.

4. Tetanus Neonatal

Jenis ini dapat menyerang bayi yang belum divaksinasi yang terpapar bakteri Clostridium tetani melalui tali pusar yang terinfeksi. Gejalanya berlangsung selama seminggu dan lebih dari 70 persen berisiko kematian. Tetanus neonatal merupakan penyebab utama kedua penyakit yang bisa dicegah dengan vaksin pada anak-anak di seluruh dunia.

Penyebab Tetanus

Tetanus disebabkan oleh spora bakteri Clostridium tetani yang menghasilkan racun. Bakteri menginfeksi luka pada kulit dan tumbuh menjadi bentuk aktif yang menghasilkan racun tetanospasmin. Racun ini merusak saraf yang mengendalikan otot dan menyebabkan kekakuan dan kejang otot, gejala utama tetanus.

Penyakit ini biasanya terjadi ketika seseorang belum divaksinasi atau tidak mendapatkan suntikan booster selama 10 tahun terakhir. Tetanus tidak menular dari orang ke orang.

Faktor Risiko Tetanus

Bakteri Clostridium tetani lebih cenderung menginfeksi luka tertentu pada kulit, seperti luka yang terkontaminasi kotoran atau ludah, luka tusukan, luka bakar, cidera akibat tekanan atau benturan, luka dengan jaringan mati, membersihkan luka yang dangkal, prosedur pembedahan, gigitan serangga, infeksi gigi, fraktur terbuka, luka dan infeksi kronis, penggunaan obat intravena, dan suntikan intramuskular.

Masa inkubasi tetanus biasanya antara 3 hingga 21 hari, tetapi dapat berkisar satu hari hingga beberapa bulan tergantung pada jenis luka. Sebagian besar kasus terjadi dalam 14 hari. Faktor risiko dan prognosis dapat bervariasi tergantung pada tingkat keparahan luka dan kesehatan umum individu.

Gejala Tetanus

Tanda dan gejala tetanus biasanya muncul sekitar 7 hingga 10 hari setelah infeksi awal. Gejala tetanus juga dapat muncul selama 4 hari hingga 3 minggu, bahkan berbulan-bulan dalam beberapa kasus.

Gejala utama tetanus adalah kejang otot dan kekakuan. Kekakuan terutama terjadi pada otot rahang yang menyebabkan lockjaw. Kejang otot kemudian menyebar ke leher, tenggorokan, wajah, dan anggota tubuh lainnya.

Sulit bernapas dapat terjadi karena kekakuan otot di leher dan dada. Pada kasus yang parah, tulang belakang dapat melengkung ke belakang karena tekanan otot punggung yang terserang. Gejala lainnya dapat mencakup kejang pada otot perut dan tungkai.

1. Tetanus Umum

Gejala umum yang muncul adalah trismus (kekakuan otot rahang), opistotonus (punggung melengkung), risus sardonicus (wajah meringis), kesulitan menelan, kekakuan punggung dan leher, otot yang kaku, sulit bernapas, dan gelisah. Kejang terpicu oleh rangsangan eksternal seperti kebisingan, cahaya, atau sentuhan.

2. Tetanus Lokal

Jenis ini jarang terjadi dan gejalanya hanya muncul pada area infeksi atau luka. Kejang cenderung ringan dan berlangsung beberapa minggu, meskipun dalam beberapa kasus, tetanus lokal dapat berkembang menjadi tetanus umum jika kekebalan tubuh menurun.

3. Tetanus Sefalik

Gejala tetanus sefalik ditandai dengan kelumpuhan saraf wajah yang biasanya terjadi sebagai akibat dari cedera kepala atau infeksi telinga tengah.

4. Tetanus Neonatal

Jenis ini umum terjadi pada bayi yang belum divaksinasi yang terinfeksi melalui tali pusat yang terkontaminasi. Gejala tetanus neonatal meliputi lekas marah, kesulitan mengisap atau menyusu, kekakuan otot, wajah meringis, punggung melengkung, dan kejang parah yang dipicu oleh rangsangan suara, cahaya, dan sensorik.

Komplikasi Tetanus

Tetanus yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan komplikasi yang berisiko jiwa, termasuk patah tulang akibat kejang otot, pneumonia aspirasi, laringospasme, kejang tetanik, emboli paru, gagal ginjal akut, dan kematian akibat gagal pernapasan atau pneumonia.

Diagnosis Tetanus

Diagnosis tetanus biasanya didasarkan pada gejala yang ditunjukkan oleh penderita, seperti kekakuan otot dan kejang yang menyakitkan. Tes laboratorium jarang digunakan untuk mendiagnosis tetanus.

Untuk memastikan diagnosis dan membedakannya dengan penyakit lain yang memiliki gejala serupa, dokter mungkin akan melakukan tes laboratorium untuk memeriksa infeksi bakteri lain, infeksi virus, atau kondisi neurologis lainnya.

Pengobatan Tetanus

Belum ada pengobatan yang efektif untuk tetanus, namun pengobatan dapat membantu mengendalikan gejala dan mencegah komplikasi yang lebih parah. Perawatan yang diberikan meliputi pemberian vaksin tetanus, antitoksin tetanus, antibiotik untuk mengobati infeksi, obat penenang untuk mengontrol kejang otot, dan obat lainnya seperti magnesium sulfat dan beta blocker untuk mengatur aktivitas otot yang tidak terkendali.

Pencegahan Tetanus

Tetanus dapat dicegah dengan mendapatkan vaksinasi yang rutin. Anak-anak disarankan mendapatkan vaksin DTaP pada jadwal yang ditentukan. Orang dewasa yang belum diimunisasi atau tidak mendapatkan suntikan booster dalam 10 tahun terakhir disarankan mendapatkan vaksin Tdap. Kebersihan yang baik pada luka dan menjaga area luka tetap bersih juga dapat membantu mencegah infeksi tetanus.

Vaksinasi

Vaksinasi rutin dengan vaksin tetanus dapat diberikan kepada anak-anak dengan vaksin difteri, tetanus, dan pertusis. Vaksin harus diberikan pada usia 2, 4, 6, 15-18 bulan, dan 4-6 tahun. Vaksin booster harus diberikan setiap 10 tahun.

Vaksin Booster

Vaksin booster tetanus biasanya diberikan dalam kombinasi dengan vaksin difteri, seperti vaksin Td. Remaja dianjurkan mendapatkan vaksin Tdap antara usia 11 dan 12 tahun dan vaksin booster Td setiap 10 tahun sesudahnya.

Jika bepergian ke daerah yang endemik tetanus atau jika memiliki luka yang rentan terhadap tetanus, penting untuk mendapatkan vaksinasi dan pemeriksaan status vaksinasi secara teratur.

Jika anak belum divaksinasi tetanus, konsultasikan dengan dokter tentang rencana vaksinasi yang tepat.

Efek Samping Vaksin

Suntikan vaksin mungkin terasa sedikit menyakitkan, tetapi rasa sakit tersebut seharusnya tidak menghentikan seseorang untuk mendapatkan vaksin atau vaksin booster. Efek samping yang lebih serius sangat jarang terjadi, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan tertentu harus berkonsultasi dengan dokter sebelum mendapatkan vaksin tetanus.

Demikianlah ulasan lengkap tentang tetanus, mulai dari penyebab, gejala, diagnosis, pengobatan, hingga pencegahannya. Dengan informasi ini, semoga pembaca dapat lebih paham tentang pentingnya vaksinasi dan menjaga kebersihan luka untuk mencegah penyakit tetanus.

About The Author

Inamid: Fungsi, Efek Samping, Dosis, Aturan Pakai, dll

Baclofen: Fungsi, Dosis, Efek Samping