Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Sugar Rush dan Kaitannya dengan Perilaku Hiperaktif pada Anak

Myles Bannister

Sugar rush merupakan istilah yang digunakan orang tua untuk menggambarkan kondisi anak yang lebih aktif setelah mengonsumsi makanan atau minuman manis secara berlebihan. Namun, apakah benar bahwa gula dapat membuat perilaku anak menjadi lebih aktif? Simak penjelasan berikut untuk mengetahui lebih lanjut.

Awal Mula Gagasan Sugar Rush

Pada tahun 1973, ahli alergi Benjamin Feingold, M.D., memperkenalkan Feingold Diet yang menganjurkan diet bebas salisilat, pewarna makanan, dan perasa buatan untuk mengatasi perilaku hiperaktif. Meskipun tidak secara khusus menghilangkan gula, diet ini membuat banyak orang tua menghindarinya.

Pada tahun 1978, sebuah studi yang diterbitkan dalam jurnal Food and Cosmetics Toxicology menemukan bahwa anak-anak hiperaktif yang dites toleransi glukosa menunjukkan hipoglikemia reaktif (gula darah rendah). Meskipun penurunan gula darah setelah makan dapat menyebabkan gejala seperti kecemasan, kebingungan, dan mudah tersinggung, belum ada teori lain yang bisa menjelaskan hubungan tersebut.

Penelitian Terbaru Mengenai Gula dan Perilaku Anak

Berbagai penelitian telah mengkaji efek gula terhadap perilaku anak. Berikut adalah aspek-aspek penelitian yang mendukung keabsahan hasilnya:

  • Menentukan jumlah gula dalam makanan.
  • Membandingkan efek gula dengan efek plasebo (tanpa bahan aktif).
  • Melakukan studi double-blind yang melibatkan anak-anak, orang tua, dan peneliti untuk mencegah bias yang tidak disengaja.

Hasil analisis penelitian tersebut yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association menyimpulkan bahwa gula dalam makanan tidak memengaruhi perilaku anak secara signifikan. Namun, penelitian juga mencatat bahwa pada beberapa anak, gula mungkin memiliki sedikit efek. Meskipun demikian, tidak ada bukti yang cukup untuk mendukung klaim mengenai sugar rush seperti yang sering dilaporkan oleh orang tua.

Anak yang Sensitif Terhadap Gula

Teori yang ada menyatakan bahwa sugar rush mungkin terjadi pada beberapa anak yang sensitif terhadap gula. Anak-anak dengan sensitivitas ini cenderung mengalami penurunan perilaku, kemampuan belajar, dan konsentrasi setelah mengonsumsi makanan atau minuman manis dalam jumlah besar.

Hal ini dapat menjelaskan mengapa dalam satu keluarga, beberapa anak bereaksi berbeda terhadap makanan atau minuman manis yang sama. Beberapa anak dapat menjadi hiperaktif sementara yang lain tidak menunjukkan reaksi berlebihan.

Sebagai orang tua, mengurangi konsumsi gula pada anak adalah langkah terbaik yang dapat dilakukan. Konsumsi gula yang berlebihan dapat mengurangi nafsu makan anak terhadap makanan sehat seperti buah dan sayur, serta berkontribusi pada kerusakan gigi. Sebagai pengganti camilan manis, tawarkan anak pisang dan susu cokelat rendah lemak.

Meskipun mengurangi asupan gula tidak akan langsung memengaruhi perilaku anak, hal ini dapat membantu melindungi mereka dari obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.

Sugar Rush dan Persepsi Orang Tua

Banyak orang tua masih percaya bahwa gula dapat membuat anak menjadi hiperaktif. Kepercayaan ini dapat memengaruhi tafsiran mereka terhadap perilaku anak.

Sebuah studi dalam Journal of Abnormal Child Psychology menunjukkan bahwa orang tua yang percaya bahwa perilaku anak dipengaruhi oleh gula cenderung mengaitkan perilaku hiperaktif anak mereka dengan konsumsi makanan atau minuman manis.

Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk secara objektif mengamati perkembangan anak dan berkonsultasi dengan dokter anak jika terdapat kekhawatiran tertentu. Beberapa faktor seperti temperamen anak, gangguan emosi, gangguan belajar, dan masalah tidur dapat berkontribusi pada perilaku hiperaktif.

Menghindari Masalah Kesehatan di Masa Mendatang

Konsumsi gula berlebih pada usia muda dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan di masa depan. Meskipun tidak ada masalah yang besar dalam jangka pendek, penting untuk mengajarkan anak kebiasaan makan yang sehat sejak dini.

Konsumsi gula yang tinggi dapat meningkatkan risiko obesitas dan penyakit kronis seperti diabetes, penyakit jantung, dan kanker seiring bertambahnya usia. Selain itu, kelebihan berat badan juga dapat menyebabkan nyeri sendi, asam urat, dan penyakit hati berlemak.

Mendorong anak untuk mengonsumsi makanan bergizi yang seimbang akan membantu mereka menjaga gaya hidup sehat di masa depan.

Memastikan Nutrisi yang Cukup

Makanan bergizi sangat penting untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak. Namun, beberapa orang tua sering mengabaikan tanda-tanda malnutrisi pada anak-anak.

Studi menunjukkan bahwa mengonsumsi terlalu banyak gula dapat menyebabkan kekurangan nutrisi. Makanan yang kaya gula tidak hanya menggantikan kelompok makanan penting seperti protein, buah-buahan, sayuran, produk susu, dan biji-bijian, tetapi juga mengurangi vitamin penting seperti vitamin B yang berperan dalam metabolisme glukosa.

Anak-anak dalam masa pertumbuhan membutuhkan protein untuk perkembangan otot dan lemak sehat untuk mendukung otak dan sistem saraf mereka. Anak yang lebih sering mengonsumsi soda atau jus daripada susu dapat kehilangan kalsium yang penting untuk pembentukan gigi dan tulang.

Mendorong anak-anak untuk mengembangkan selera makan makanan alami tanpa pemanis akan membantu mereka terbiasa dengan makanan yang sehat dan mencegah penyakit kronis di masa dewasa.

Perlu diingat bahwa makanan yang ditujukan untuk anak-anak sering kali mengandung banyak gula. Beberapa sumber gula termasuk soda, permen, sereal manis, dan fruit punch. Gula juga dapat tersembunyi dalam produk yang terlihat sehat seperti granola bar, yoghurt beraroma, sereal “sehat”, saus pasta, saus tomat, dan saus apel. Penting untuk membaca label makanan dengan teliti untuk menghindari konsumsi gula berlebih.

Referensi

  1. Anonim. Busting the Sugar-Hyperactivity Myth. https://www.webmd.com/parenting/features/busting-sugar-hyperactivity-myth#1. (Diakses pada 16 Desember 2020).
  2. Carson, Erin. Sugar Rush in Children. https://www.hellomotherhood.com/sugar-addiction-in-children-6317968.html. (Diakses pada 16 Desember 2020).
  3. Hartney, Elizabeth. 2020. Too Much Sugar Can Cause Health Problems in Kids. https://www.verywellfamily.com/is-too-much-sugar-harmful-to-kids-22337. (Diakses pada 16 Desember 2020).
  4. Newman, Tim. 2020. Medical myths: Does sugar make children hyperactive?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/medical-myths-does-sugar-make-children-hyperactive#Where-did-this-idea-begin?. (Diakses pada 16 Desember 2020).

About The Author

Penyebab Darah Haid Sedikit dan Cara Mengatasinya

Apusan Darah Tepi: Pengertian dan Fungsi