Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Stroke Non-Hemoragik: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Myles Bannister

Stroke non-hemoragik (SNH) atau stroke iskemik adalah jenis stroke yang paling umum. Stroke adalah kondisi darurat medis yang harus segera ditangani. Berikut penjelasan lengkap mengenai gejala hingga penanganan penyakit SNH.

Apa itu Stroke Non-Hemoragik?

Secara umum, stroke dibagi menjadi dua jenis: stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik. Stroke jenis ini lebih ringan dibandingkan dengan stroke hemoragik. Namun, keduanya merupakan kondisi darurat medis yang harus segera ditangani.

Perbedaan stroke iskemik dan hemoragik terletak pada gangguan di pembuluh darah di otak.

SNH terjadi ketika pembuluh darah di otak tersumbat oleh gumpalan darah atau penumpukan plak. Sedangkan stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak atau sekitarnya melemah dan pecah, menyebabkan gangguan pada otak.

Stroke non-hemoragik adalah jenis stroke paling umum, dengan jumlah kasus mencapai 87% dari keseluruhan kasus stroke.

Gejala Stroke Non-Hemoragik

Stroke jenis ini ditandai dengan beberapa gejala, seperti:

  • Mati rasa atau lemah pada wajah, lengan, atau kaki (biasanya terjadi di satu sisi tubuh).
  • Kebingungan mendadak, kesulitan berbicara dan memahami lawan bicara.
  • Kesulitan melihat dengan satu atau kedua mata.
  • Kesulitan berjalan.
  • Pusing, hilang keseimbangan dan koordinasi tubuh.
  • Sakit kepala berat tanpa sebab yang jelas.

Kapan Harus ke Dokter?

Stroke adalah kondisi darurat medis yang harus segera ditangani. Penyumbatan otak yang berlangsung beberapa menit saja dapat menyebabkan kerusakan pada otak. Segera hubungi penyedia layanan kesehatan jika Anda atau anggota keluarga mengalami gejala stroke iskemik seperti yang disebutkan di atas.

Penyebab Stroke Non-Hemoragik

Secara umum, penyebab stroke non-hemoragik adalah kondisi tersumbatnya pembuluh darah di otak akibat gumpalan darah atau bekuan darah. Bekuan darah umumnya terbentuk akibat aterosklerosis.

Aterosklerosis adalah kondisi di mana plak menumpuk di pembuluh darah dan menyebabkan darah tidak dapat mengalir ke organ vital. Selain itu, gumpalan darah yang bergerak melalui pembuluh darah dan menempel pada plak juga dapat menyebabkan penyumbatan.

Penyebab lainnya adalah pembuluh darah arteri karotid yang tersumbat, yaitu arteri yang terletak di leher dan memasok darah ke otak.

Faktor Risiko

Selain penyebab di atas, terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko terkena stroke non-hemoragik, antara lain:

  • Tekanan darah tinggi.
  • Diabetes.
  • Aterosklerosis.
  • Penyakit arteri karotis, yaitu adanya plak pada arteri karotis.
  • Atrial fibrilasi.
  • Tingkat LDL atau kolesterol jahat tinggi dan HDL atau kolesterol baik rendah.
  • Obesitas.
  • Usia di atas 55 tahun.
  • Memiliki riwayat TIA (transient ischaemic attack) atau serangan stroke ringan yang terjadi sementara.
  • Kurang gerak (yang dapat memicu tekanan darah tinggi, penumpukan kolesterol, dan obesitas).

Diagnosis Stroke Non-Hemoragik

Pemeriksaan fisik dan riwayat keluarga dapat membantu diagnosis penyakit ini. Dokter juga dapat melihat gejala untuk memperkirakan di mana penyumbatan terjadi.

Selain itu, dokter mungkin akan menyarankan tes gula darah apabila Anda mengalami gejala seperti kebingungan dan bicara cadel, karena kondisi ini juga dapat mengindikasikan gula darah rendah.

Pemeriksaan yang biasanya dilakukan untuk mendukung diagnosis penyakit ini adalah:

  • CT scan kepala (cranial CT scan). Pemeriksaan ini dapat membantu membedakan antara stroke iskemik dan masalah lain yang dapat menyebabkan kematian jaringan otak, seperti tumor atau pendarahan otak.
  • MRI. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan kapan stroke ini dimulai.
  • Elektrokardiogram (EKG). Tes untuk menguji irama jantung yang abnormal; dilakukan untuk mengetahui penyebab stroke.
  • Ekokardiografi. Tes ini dilakukan untuk memeriksa adanya pembekuan atau kelainan pada jantung. Tes ini juga dilakukan untuk menemukan penyebab stroke.
  • Angiografi. Pemeriksaan untuk melihat arteri mana yang tersumbat dan seberapa parah penyumbatan tersebut.
  • Tes darah. Tes ini dilakukan untuk memeriksa kadar kolesterol dan masalah pembekuan darah.

Jenis Stroke Non-Hemoragik

Jika dibedakan berdasarkan terbentuknya gumpalan darah yang menyebabkan penyumbatan dan area di mana gangguan pasokan darah dimulai, stroke ini dibedakan menjadi:

1. Stroke Emboli

Stroke emboli adalah stroke iskemik yang gumpalan darah atau bekuan darahnya terbentuk di suatu tempat di dalam tubuh (paling umum adalah jantung) dan kemudian gumpalan tersebut menyebar hingga ke otak.

Ketika sampai di otak, bekuan darah ini akan menuju pembuluh darah yang cukup kecil dan menyumbatnya. Bekuan darah tersebut akan bersarang di pembuluh darah dan menyebabkan stroke. Bekuan darah pada stroke emboli disebut embolus.

2. Stroke Trombotik

Stroke trombotik disebabkan oleh bekuan darah yang terbentuk di arteri yang memasok darah ke otak. Bekuan darah yang terbentuk disebut trombus. Umumnya trombus terbentuk akibat kondisi seperti kolesterol tinggi dan aterosklerosis.

Terdapat dua jenis stroke trombotik, yaitu:

  • Stroke trombotik besar. Stroke yang terjadi pada arteri yang lebih besar di otak. Paling umum penyebabnya adalah aterosklerosis yang dikombinasikan dengan pembekuan darah cepat.
  • Stroke trombotik kecil. Stroke yang terjadi pada arteri yang sangat kecil. Penyebabnya jarang diketahui, namun kondisi ini terkait erat dengan tekanan darah tinggi.

Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan baik, komplikasi yang dapat terjadi adalah kerusakan otak hingga kematian.

Pengobatan Stroke Non-Hemoragik

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan sebagai pengobatan stroke jenis ini, yaitu:

1. Obat-obatan

Terapi dengan obat penghilang gumpalan darah harus dilakukan paling tidak dalam 4,5 jam pertama. Obat dapat diberikan melalui vena. Lebih cepat obat diberikan, semakin baik. Penanganan yang cepat dilakukan untuk meningkatkan peluang bertahan hidup dan mengurangi potensi komplikasi.

Pemberian injeksi tPA (tissue plasminogen activator) mungkin diberikan. Pemberian tPA dianggap sebagai pengobatan standar emas untuk stroke. Pemberian tPA juga dapat dilakukan dengan cara mengirim langsung obat ini ke otak, metode ini disebut trombolisis intra-arterial.

2. Bedah

Pada dasarnya, tPA membantu pasien pulih sepenuhnya dari stroke. Namun, terdapat juga beberapa kondisi di mana pasien harus menjalani prosedur untuk menghapus bekuan darah yang menyumbat sepenuhnya.

Penggunaan kateter digunakan untuk mengarahkan perangkat ke pembuluh darah dan mengambil bekuan darah yang menyumbat. Prosedur ini biasanya dilakukan jika gumpalan darah berukuran besar dan tidak dapat sepenuhnya larut dengan tPA.

Pencegahan Stroke Non-Hemoragik

Risiko stroke non-hemoragik dapat dikurangi dengan melakukan beberapa langkah, antara lain:

  • Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, termasuk pemeriksaan tekanan darah dan kadar kolesterol, untuk mendeteksi dini risiko stroke.
  • Olahraga secara teratur. Saat kita bergerak aktif, risiko penyakit seperti diabetes, obesitas, kolesterol tinggi, dan kondisi terkait stroke juga lebih rendah.
  • Menerapkan pola makan sehat untuk jantung dengan mengonsumsi lebih banyak sayuran, buah-buahan, biji-bijian, lemak sehat, dan protein tanpa lemak.
  • Menjaga berat tubuh ideal.
  • Hindari atau berhenti merokok.
  • Tahu riwayat kesehatan keluarga.
  • Mendapatkan cukup tidur dan mengelola stres.

About The Author

Membedakan Gatal Biasa dengan Gatal Akibat Diabetes

Sehat! 6 Resep Kue Kering yang Modern dan Sederhana