Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Sinusitis Kronis: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Myles Bannister

Sinusitis kronis adalah kondisi ketika rongga di sekitar saluran hidung terinfeksi dan meradang selama tiga bulan atau lebih. Kondisi ini membuat sulit bernapas dan area di sekitar mata mungkin terasa nyeri akibat pembengkakan. Simak gejala, penyebab, dan cara pengobatannya di bawah ini.

Apa Itu Sinusitis Kronis?

Sinusitis kronis adalah peradangan dan pembengkakan pada sinus yang disebabkan oleh infeksi. Sinus adalah rongga kecil yang saling terhubung melalui saluran udara di dalam tulang tengkorak.

Sinus dapat terinfeksi ketika tersumbat dan dipenuhi cairan atau lendir. Kondisi ini memerlukan berbagai jenis perawatan, dan dalam kasus parah yang tidak merespons metode lain, pembedahan mungkin diperlukan.

Gejala Sinusitis Kronis

Gejala sinusitis kronis dan sinusitis akut memiliki tanda yang serupa, tetapi sinusitis akut adalah infeksi sementara pada sinus yang sering terjadi saat pilek, sedangkan gejala sinusitis kronis berlangsung setidaknya 12 minggu.

Tanda dan gejala umum dari kondisi ini meliputi:

  • Kotoran tebal dan berubah warna dari hidung.
  • Lendir yang mengalir di bagian belakang tenggorokan (drainase postnasal).
  • Hidung tersumbat sampai menyebabkan sulit bernapas.
  • Rasa sakit, nyeri, dan bengkak di sekitar mata, pipi, hidung, atau dahi.
  • Penurunan fungsi indra penciuman dan perasa.
  • Telinga terasa sakit.
  • Nyeri pada rahang dan gigi bagian atas.
  • Batuk.
  • Sakit tenggorokan.
  • Bau mulut.
  • Kelelahan.

Kapan Waktu yang Tepat untuk ke Dokter?

Konsultasi dengan dokter diperlukan jika kondisi tidak merespons perawatan yang dilakukan dan memiliki gejala sinusitis kronis selama lebih dari 10 hari. Tindakan medis harus segera dilakukan jika kondisi ini dibarengi dengan:

  • Demam.
  • Pembengkakan atau kemerahan di sekitar mata.
  • Sakit kepala parah.
  • Pembengkakan dahi.
  • Kebingungan.
  • Penglihatan ganda.
  • Leher menjadi kaku.

Penyebab Sinusitis Kronis

Virus yang masuk melalui saluran pernapasan atas dapat memicu sinus menghasilkan lendir berlebih, sehingga terjadi penumpukan dan penyumbatan pada saluran hidung. Hal ini mendorong bakteri atau kuman semakin berkembang di rongga sinus dan menyebabkan infeksi.

Penyebab umum kondisi ini meliputi:

  • Polip hidung. Pertumbuhan jaringan ini dapat memblokir saluran hidung atau sinus.
  • Deviasi septum nasal. Septum (dinding di antara lubang hidung) yang bengkok dapat membatasi atau memblokir saluran sinus, sehingga membuat gejala sinusitis lebih buruk.
  • Kondisi medis lainnya. Komplikasi kondisi seperti fibrosis kistik, HIV, dan penyakit lain yang berhubungan dengan sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan penyumbatan hidung.
  • Infeksi saluran pernapasan. Infeksi pada saluran pernapasan dapat mengentalkan membran sinus dan menghambat drainase lendir.
  • Rhinitis alergi. Peradangan yang terjadi akibat alergi dapat memblokir sinus.

Faktor Risiko

Seseorang berisiko lebih tinggi terkena kondisi ini jika memiliki:

  • Deviasi septum nasal.
  • Polip hidung.
  • Asma.
  • Sensitivitas aspirin.
  • Infeksi gigi.
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh seperti HIV/AIDS atau fibrosis kistik.
  • Rhinitis alergi atau jenis alergi lainnya.
  • Paparan reguler terhadap polutan seperti asap rokok.

Diagnosis Sinusitis Kronis

Sinusitis kronis didiagnosis ketika gejala infeksi sinus sudah berlangsung selama lebih dari 12 minggu. Beberapa langkah yang bisa dilakukan dokter untuk menentukan penyebabnya, antara lain:

  • Melihat kondisi sinus. Sebuah selang tipis dengan kamera kecil dimasukkan melalui hidung untuk memungkinkan dokter melihat bagian dalam sinus.
  • Tes pencitraan. Gambar yang diambil menggunakan CT scan atau MRI dapat menunjukkan detail sinus.
  • Tes alergi. Jika dokter mencurigai alergi memicu sinusitis kronis, Anda mungkin disarankan untuk tes kulit alergi.
  • Mengambil sampel dari hidung dan sinus (cultures). Prosedur ini pada umumnya tidak diperlukan untuk mendiagnosis sinusitis kronis.

Pengobatan Sinusitis Kronis

Beberapa pakar berpendapat bahwa kondisi ini mungkin merupakan gangguan peradangan yang mirip dengan asma dan alergi. Berikut beberapa obat dan opsi perawatan sinusitis kronis:

  • Nasal corticosteroids. Semprotan hidung ini membantu mencegah dan mengobati peradangan.
  • Saline nasal irrigation. Semprotan hidung atau larutan ini mengurangi penumpukan cairan dan menghilangkan iritasi dan alergi.
  • Kortikosteroid oral atau injeksi. Obat-obatan ini digunakan untuk meredakan peradangan dari sinusitis parah, terutama jika Anda juga memiliki polip hidung.
  • Aspirin desensitization. Jika Anda memiliki reaksi terhadap aspirin yang menyebabkan sinusitis, Anda dapat diberikan dosis aspirin yang lebih besar untuk meningkatkan toleransi.
  • Antibiotik. Jika dokter mencurigai infeksi sebagai penyebab sinusitis, ia mungkin merekomendasikan antibiotik.
  • Imunoterapi. Jika alergi berkontribusi pada sinusitis, suntikan alergi yang membantu mengurangi reaksi tubuh terhadap alergen tertentu dapat diberikan.
  • Operasi. Dalam kasus yang resisten terhadap pengobatan, bedah sinus endoskopi fungsional mungkin bisa menjadi pilihan.

Komplikasi Sinusitis Kronis

Meski sinusitis kronis tidak berbahaya, dalam beberapa kasus, kondisi ini dapat mengindikasikan kondisi mendasar yang serius.

Komplikasi sinusitis kronis yang jarang terjadi, di antaranya:

  • Masalah penglihatan.
  • Infeksi.

Pencegahan Sinusitis Kronis

Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko sinusitis kronis, di antaranya:

  • Hindari infeksi saluran pernapasan atas. Mencuci tangan dengan sabun dan air secara rutin, terutama sebelum makan.
  • Mengelola alergi.
  • Hindari asap rokok dan udara tercemar.
  • Gunakan pelembap udara.

Referensi

  1. Anonim. Chronic sinusitis. (https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chronic-sinusitis/symptoms-causes/syc-20351661). Diakses pada 28 Juli 2020.
  2. Villines, Zawn. What to know about chronic sinusitis. (https://www.medicalnewstoday.com/articles/320569#treatments). Diakses pada 28 Juli 2020.

About The Author

Mengenal P-Spot, Zona Erotis yang Dimiliki oleh Pria

Mengenal Flexitarian, Diet Semi-Vegetarian Tapi Boleh Makan Daging