Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Sindrom Patah Hati: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Myles Bannister

Sindrom patah hati adalah gejala mirip serangan jantung yang terjadi akibat perasaan emosional yang kuat setelah mengalami peristiwa traumatis. Sindrom patah hati terjadi saat seseorang mengalami perasaan sangat sedih atau emosional, seperti melalui perpisahan, perceraian, atau kematian orang yang dikasihi. Hal ini menyebabkan lonjakan hormon stres yang berdampak pada kesehatan jantung.

Sindrom patah hati dikenal juga dengan nama Takotsubo cardiomyopathy, apical ballooning syndrome, dan stress-induced cardiomyopathy. Sindrom ini mengakibatkan kelemahan atau disfungsi jantung sementara, tetapi biasanya tidak menyebabkan kerusakan permanen.

Gejala sindrom patah hati terjadi setelah mengalami peristiwa yang membuat sedih atau stres secara tiba-tiba. Gejala gejala tersebut bisa berlangsung selama beberapa menit, jam, atau beberapa hari, dan biasanya akan membaik seiring berjalannya waktu.

Beberapa gejala sindrom patah hati meliputi nyeri dada, sesak napas, tekanan darah rendah, lemas, kebingungan, pingsan, pusing, mual, detak jantung tidak teratur, dan syok kardiogenik.

Bila gejalanya semakin parah atau mengganggu kehidupan sehari-hari, penting untuk berkonsultasi dengan dokter umum atau terapis. Untuk mendiagnosis sindrom patah hati, sejumlah pemeriksaan seperti riwayat medis, pemeriksaan fisik, elektrokardiogram, dan tes darah dapat dilakukan. Perawatan akan disesuaikan dengan kondisi individu dan mungkin melibatkan penggunaan obat-obatan untuk menjaga kesehatan jantung serta mengelola stres secara efektif.

Untuk mencegah sindrom patah hati, penting untuk mengelola stres secara umum. Hal ini meliputi menjaga hubungan yang positif dengan orang-orang terdekat, melakukan meditasi, dan mengonsultasikan masalah kesehatan mental ke profesional jika diperlukan.

About The Author

Mindful Living, Kiat Sukses Hidup Bahagia

Manfaat Air Cucian Beras untuk Wajah dan Kulit