Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Seksisme, Diskriminasi Gender yang Jarang Disadari

Myles Bannister

Seksisme adalah prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atau kelompok berdasarkan jenis kelamin atau gender. Ini sering memengaruhi perempuan dan menjadi akar penyebab ketidakadilan gender. Simak penjelasan selengkapnya mengenai definisi, jenis, dan contohnya.

Apa Itu Seksisme?

Seksisme adalah prasangka atau diskriminasi terhadap seseorang atau kelompok berdasarkan jenis kelamin atau gender. Hal ini sering terjadi pada perempuan dan anak perempuan, dan menjadi akar penyebab ketidakadilan gender di seluruh dunia. Hal ini terjadi karena di sebagian besar budaya, laki-laki memiliki kekuasaan dan status yang lebih tinggi daripada perempuan.

Tindakan seksisme mencakup semua yang merendahkan satu jenis kelamin atau gender. Seksisme dapat disampaikan melalui berbagai cara, seperti perilaku, ucapan, tulisan, gambar, gerak tubuh, hukum dan kebijakan, serta praktik dan tradisi.

Jenis Seksisme

Prasangka berdasarkan jenis kelamin atau gender dapat memiliki berbagai jenis. Beberapa lebih jelas dan mudah diketahui, sementara yang lain lebih halus. Jenis-jenis seksisme antara lain:

1. Hostile Sexism

Jenis ini juga disebut seksisme bermusuhan, yang mengacu pada keyakinan dan perilaku yang dengan terang memusuhi sekelompok orang berdasarkan jenis kelamin atau gender. Contoh dari hostile sexism adalah misoginis, yang merupakan kebencian yang ekstrem terhadap wanita.

Orang dengan pandangan yang bermusuhan dan seksis mungkin menganggap perempuan sebagai manipulatif, pembohong, dan menggunakan rayuan untuk mengontrol pria.

Pandangan tersebut mungkin juga berlaku bagi siapa pun yang memiliki sifat feminin dan siapa saja yang mengekspresikan gendernya dengan cara yang diasosiasikan dengan feminitas.

Orang-orang dengan seksisme yang bermusuhan ingin mempertahankan dominasi laki-laki atas perempuan dan orang-orang dengan jenis kelamin lain yang terpinggirkan.

Mereka sering kali menentang kesetaraan gender dan mungkin juga menentang hak-hak LGBTQIA+, dengan alasan melihat hal ini sebagai ancaman terhadap laki-laki dan sistem yang menguntungkan mereka.

Contoh seksisme bermusuhan dalam masyarakat meliputi:

  • Menggunakan bahasa atau hinaan seksis.
  • Berkomentar yang mengancam atau agresif berdasarkan jenis kelamin seseorang.
  • Melecehkan atau mengancam seseorang karena melanggar norma gender, secara online atau offline.
  • Memperlakukan orang sebagai bawahan berdasarkan jenis kelamin atau gender dan menghukumnya ketika melanggar.
  • Terlibat dalam serangan fisik atau seksual.
  • Meyakini bahwa beberapa korban kekerasan seksual menginginkannya karena perilaku atau pakaian mereka.

2. Benevolent Sexism

Benevolent sexism alias seksisme yang baik mencakup pandangan dan perilaku yang membingkai perempuan sebagai sosok yang polos, bersih, peduli dan mengayomi, rapuh, dan membutuhkan perlindungan, serta cantik.

Sebuah penelitian pada tahun 2020 menemukan bahwa orang-orang yang percaya pada dominasi manusia atas alam, dan yang melihat wanita lebih erat hubungannya dengan alam daripada pria, cenderung menunjukkan seksisme yang baik hati.

Beberapa contoh seksisme yang baik hati antara lain:

  • Mengedepankan nilai seorang wanita pada perannya sebagai ibu, istri, atau pacar.
  • Memfokuskan perhatian dan pujian terhadap penampilan seseorang daripada karakter mereka yang lain.
  • Mempercayai bahwa orang tidak boleh melakukan sesuatu untuk dirinya sendiri, seperti mengelola uang atau mengendarai kendaraan, karena jenis kelaminnya.
  • Mendukung kebijakan yang mempersulit perempuan untuk bekerja, memiliki kemandirian, atau menyimpang dari peran gender tradisional.
  • Asumsi bahwa seseorang adalah perawat, asisten, atau sekretaris (bukan dokter, eksekutif, atau manajer) berdasarkan jenis kelaminnya.

3. Ambivalent Sexism

Jenis ini merupakan kombinasi dari seksisme yang baik dan bermusuhan. Orang dengan ambivalent sexism mungkin memiliki pandangan yang berbeda terhadap wanita, bergantung pada situasinya. Mereka dapat melihat wanita sebagai sosok yang baik, bersih, dan polos dalam satu situasi, namun melihat mereka sebagai manipulatif atau penipu dalam situasi lain.

Beberapa peneliti meyakini bahwa hostile sexism dan benevolent sexism saling mendukung sebagai bagian dari suatu sistem. Benevolent sexism memberikan perlindungan bagi perempuan tapi juga membatasi peran mereka, sementara hostile sexism menargetkan mereka yang melanggar peran tersebut.

Beberapa contoh seksisme ambivalen dalam masyarakat antara lain:

  • Menjunjung perilaku feminin tradisional dan mengutuk perilaku yang dianggap “tidak seperti wanita”, dalam laporan media misalnya.
  • Membedakan antara wanita baik dan wanita buruk berdasarkan cara mereka berpakaian.
  • Menggaji seseorang karena penampilannya yang menarik, namun memecatnya jika tidak merespons rayuan seksual.

4. Internalized Sexism

Internalized sexism mengacu pada keyakinan seksisme yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri. Seseorang biasanya mengadopsi keyakinan ini tanpa disadari sebagai hasil dari paparan terhadap perilaku seksisme atau pendapat orang lain.

Internalized sexism dapat menyebabkan perasaan tidak mampu, ketidakberdayaan, keraguan diri, dan rasa malu.

Penelitian telah menunjukkan bahwa wanita yang bekerja di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika mungkin memiliki tingkat internalized sexism yang lebih rendah. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa stereotip seksisme memengaruhi kinerja akademik.

Beberapa contoh internalized sexism antara lain:

  • Membuat lelucon yang merendahkan tentang jenis kelamin seseorang.
  • Merasa malu terkait aspek kewanitaan, seperti menstruasi atau anatomi wanita.
  • Menghubungkan harga diri dengan sejauh mana wanita diinginkan oleh pria.
  • Merasa penting untuk sesuai dengan ideal gender, bahkan jika itu merugikan diri sendiri, misalnya dengan menerapkan diet ketat.

5. Institutional Sexism

Institutional sexism merujuk pada seksisme yang melekat dalam suatu organisasi dan institusi, seperti pemerintah, sistem hukum, sistem kesehatan, sistem pendidikan, lembaga keuangan, dan media.

Ketika kebijakan, prosedur, sikap, atau undang-undang membentuk atau memperkuat seksisme, itu adalah institutional sexism.

Institutional sexism sudah terjadi secara luas, dan dapat bersifat hostile (bermusuhan), benevolent (baik hati), atau ambivalent. Salah satu indikator paling jelas adalah ketidakseimbangan gender di antara para pemimpin politik dan eksekutif bisnis. Ketimpangan ini lebih jelas terlihat pada wanita yang memiliki anak dan wanita dengan latar belakang etnis tertentu seperti kulit hitam, latina, Pribumi, Asia, dan kepulauan Pasifik.

6. Interpersonal Sexism

Interpersonal sexism terjadi selama interaksi dengan orang lain. Jenis ini dapat terjadi di tempat kerja, dalam hubungan, di keluarga, dan dalam interaksi dengan orang asing.

Contoh-contoh seksisme antarpribadi dalam masyarakat antara lain:

  • Meminta seseorang untuk lebih sopan.
  • Mengevaluasi seseorang berdasarkan sejauh mana penampilannya sesuai dengan stereotip feminitas, seperti penampilan perawakan dan penurut.
  • Berkomentar yang tidak pantas tentang penampilan seseorang.
  • Terlibat dalam perhatian atau sentuhan seksual tanpa izin.
  • Menggunakan alasan bahwa anak laki-laki akan menjadi anak laki-laki untuk membenarkan perilaku seksisme.

Referensi

  1. Leonard, Jayne. 2021. 6 types of sexism, examples, and their impact. https://www.medicalnewstoday.com/articles/types-of-sexism#what-is-sexism (Diakses pada 10 September 2021)
  2. Masequesmay, Gina. Tanpa Tahun. Sexism. https://www.britannica.com/topic/sexism. (Diakses pada 10 September 2021)
  3. Villines, Zawn. 2021. What is sexism?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/what-is-sexism (Diakses pada 10 September 2021)

About The Author

Apakah Aman Ibu Hamil Mengonsumsi Minyak Ikan?

Mengobati Congek secara Alami di Rumah