Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Pheochromocytoma: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan, dan lainnya

Myles Bannister

Pheochromocytoma adalah tumor yang tumbuh pada satu atau kedua kelenjar adrenal. Kondisi ini dapat menyebabkan sejumlah gejala yang patut diwaspadai. Berikut adalah informasi selengkapnya mengenai definisi, gejala, penyebab, pengobatan, dan lainnya.

Apa Itu Pheochromocytoma?

Pheochromocytoma adalah tumor jinak yang tumbuh pada kelenjar adrenal. Tumor dapat terbentuk pada salah satu atau kedua kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Tumor dapat menghasilkan hormon yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit kepala, berkeringat, dan serangan panik. Jika tidak diobati, pheochromocytoma dapat menyebabkan kerusakan parah pada organ tubuh dan bahkan dapat mengancam nyawa.

Tanda dan Gejala Pheochromocytoma

Feokromositoma sering kali menyebabkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon secara berlebihan, yang dapat menyebabkan timbulnya beberapa gejala. Beberapa gejala pheochromocytoma meliputi:

  • Hipertensi.
  • Sakit kepala berat secara tiba-tiba.
  • Detak jantung cepat (takikardia).
  • Berkeringat banyak.
  • Gemetar.
  • Wajah pucat.
  • Sesak napas.
  • Serangan panik (panic attack), merasa takut atau gelisah berlebihan secara tiba-tiba.

Beberapa tanda atau gejala pheochromocytoma yang kurang umum meliputi:

  • Kecemasan
  • Sakit perut.
  • Sembelit.
  • Penurunan berat badan.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika Anda mengalami gejala yang mencurigakan atau memiliki faktor risiko tertentu, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter. Beberapa faktor yang perlu diwaspadai meliputi:

  • Kesulitan mengontrol hipertensi dengan pengobatan.
  • Memburuknya hipertensi secara episodik.
  • Memiliki riwayat keluarga dengan feokromositoma.
  • Riwayat keluarga dengan kelainan genetik seperti multiple endocrine neoplasia type 2 (MEN2), penyakit von Hippel-Lindau, dan familial paraganglioma atau neurofibromatosis 1 (NF1).

Penyebab Pheochromocytoma

Pheochromocytoma terjadi karena adanya pertumbuhan tumor pada kelenjar adrenal yang terletak di atas ginjal. Kelenjar adrenal menghasilkan hormon yang mengontrol berbagai fungsi tubuh, termasuk metabolisme dan tekanan darah. Pheochromocytoma dapat melepaskan hormon dalam jumlah yang lebih tinggi dari biasanya, menyebabkan hipertensi yang dapat merusak organ tubuh seperti jantung, otak, paru-paru, dan ginjal. Kebanyakan pheochromocytoma bersifat jinak dan hanya sebagian kecil yang bersifat kanker, yang dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya.

Faktor Risiko Pheochromocytoma

Orang dengan kelainan genetik tertentu memiliki risiko lebih tinggi terkena pheochromocytoma. Beberapa kelainan genetik tersebut meliputi:

  • Multiple endocrine neoplasia type 2 (MEN 2), kelainan yang menyebabkan tumor pada lebih dari satu bagian sistem endokrin dalam tubuh.
  • Penyakit von Hippel-Lindau, penyakit yang menyebabkan tumor pada berbagai bagian tubuh seperti sistem saraf pusat, sistem endokrin, pankreas, dan ginjal.
  • Neurofibromatosis 1 (NF1), kondisi genetik yang menyebabkan tumor pada kulit, bintik-bintik kulit berpigmen, dan tumor saraf optik.
  • Sindrom paraganglioma, kelainan bawaan yang menyebabkan feokromositoma atau paraganglioma.

Diagnosis Pheochromocytoma

Mendiagnosis pheochromocytoma bisa menjadi sulit karena kejadian yang jarang dan manifestasi yang berbeda pada setiap orang. Namun, ada beberapa tes yang dapat dilakukan untuk mengesampingkan atau mengonfirmasi keberadaan pheochromocytoma, antara lain tes darah atau urine untuk melihat kadar hormon yang tidak normal, tes pencitraan seperti CT scan atau MRI untuk melihat keberadaan tumor, dan tes genetik jika tumor dikonfirmasi. Tes ini dapat membantu dokter membuat diagnosis yang lebih pasti.

Pengobatan Pheochromocytoma

Perawatan utama untuk pheochromocytoma adalah operasi untuk mengangkat tumor. Sebelum operasi dilakukan, dokter mungkin akan meresepkan obat tekanan darah tertentu untuk mengendalikan gejala dan menurunkan risiko hipertensi selama operasi.

Terdapat beberapa cara pengobatan pheochromocytoma, antara lain:

1. Obat-obatan

Sebelum operasi, pasien mungkin akan diberikan obat selama beberapa hari untuk membantu mengendalikan hipertensi. Obat-obatan ini termasuk alfa blocker dan beta blocker.

2. Operasi

pada kebanyakan kasus, tumor dan kelenjar adrenal yang terkena akan diangkat melalui operasi minimal invasif.

3. Perawatan Kanker

Jika tumor bersifat kanker atau telah menyebar, terapi radiasi, terapi target, atau kemoterapi dapat dilakukan.

Komplikasi Pheochromocytoma

Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan pada berbagai organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak. Hal ini dapat menyebabkan penyakit jantung, gagal ginjal, stroke, atau gangguan saraf mata.

Pencegahan Pheochromocytoma

Tidak ada cara khusus untuk mencegah pheochromocytoma karena penyakit ini banyak dipengaruhi oleh faktor genetik. Namun, pengobatan dini dan tepat dapat membantu mengendalikan gejala dan mencegah komplikasi yang lebih serius.

Referensi

  1. Anonim. 2020. Pheochromocytoma. https://www.webmd.com/cancer/what_is_pheochromocytoma#1. (Diakses pada 30 Oktober 2020)
  2. Anonim. 2020. Pheochromocytoma and Paraganglioma: Risk Factors. https://www.cancer.net/cancer-types/pheochromocytoma-and-paraganglioma/risk-factors. (Diakses pada 30 Oktober 2020)
  3. Healthline Editorial Team. 2017. Pheochromocytoma. https://www.healthline.com/health/pheochromocytoma#causes-and-risk-factors. (Diakses pada 30 Oktober 2020)
  4. Johnson, Jon.2019. What’s to know about pheochromocytoma?. https://www.medicalnewstoday.com/articles/318203#treatment. (Diakses pada 30 Oktober 2020)
  5. OncoLink Team. 2019. All About Pheochromocytoma. https://www.oncolink.org/cancers/pheochromocytoma/all-about-pheochromocytoma. (Diakses pada 30 Oktober 2020)

About The Author

10 Kulit Buah dan Sayuran Ini Tinggi Khasiat, Jangan Dibuang!

Cefoperazone: Manfaat, Dosis, Efek Samping