Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Penyebab Muncul Keputihan Setelah Berhubungan Intim?

Myles Bannister

Anda merasakan muncul keputihan setelah berhubungan intim? Banyak wanita mengalami hal yang sama setelah berhubungan seksual. Mengapa ini terjadi? Mari kita simak ulasannya di bawah ini!

Apa Itu Keputihan?

Keputihan adalah cairan putih atau bening yang keluar dari vagina. Keputihan adalah hal normal pada wanita. Rahim, serviks, dan vagina memproduksi cairan keputihan untuk membersihkan dan melumasi vagina, serta melawan infeksi dan bakteri buruk.

Keputihan yang keluar dari vagina adalah hal normal, termasuk setelah berhubungan seksual. Namun, perubahan jumlah, konsistensi, warna, atau aroma dapat menandakan adanya infeksi atau masalah lain pada area reproduksi.

Apakah Normal Mengalami Keputihan Setelah Berhubungan Intim?

Setelah berhubungan seksual, Anda akan mengalami keputihan. Keputihan ini bisa berupa lendir atau lebih kental. Apapun konsistensinya, keputihan setelah berhubungan intim adalah hal yang normal dan merupakan bagian dari aktivitas seksual.

Keputihan setelah berhubungan intim adalah respon tubuh terhadap rangsangan seksual dan membantu melumasi vagina. Selain itu, keputihan setelah berhubungan seksual membantu menjaga keseimbangan pH di area vagina.

Namun, Anda perlu tahu bahwa keputihan yang sehat dan normal memiliki ciri-ciri berikut:

  • Berwarna putih atau bening
  • Teksturnya tebal dan lengket
  • Konsistensinya licin dan basah
  • Tidak berbau menyengat dan mengganggu

Jika Anda mengalami keputihan dengan bau menyengat atau warna tidak biasa (hijau atau abu-abu), sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter.

Penyebab Keputihan Setelah Berhubungan Intim

Ada beberapa alasan mengapa keputihan muncul setelah berhubungan seksual, antara lain:

1. Ejakulasi Wanita

Tidak hanya pria, wanita juga bisa mengalami ejakulasi selama berhubungan seksual. Ejakulasi pada wanita terjadi ketika cairan keluar melalui uretra.

Tidak semua wanita mengalami ini. Para peneliti masih belum yakin tentang mekanisme ejakulasi wanita. Menurut Journal of Sexual Medicine, sekitar 10-54 persen wanita pernah mengalami ejakulasi saat berhubungan seksual.

Jadi, tidak perlu khawatir jika Anda mengalaminya karena ini adalah respon tubuh yang normal.

2. Gairah Seksual

Gairah seksual meningkatkan aliran darah ke area genital. Akibatnya, pembuluh darah melebar untuk meningkatkan suplai darah.

Pada wanita, pelebaran pembuluh darah menyebabkan pembengkakan pada labia, klitoris, dan jaringan sekitar vagina. Selain itu, kelenjar dalam vagina menghasilkan cairan bening dan encer yang melumasi vagina selama penetrasi seksual.

Cairan ini menyebabkan keputihan semakin terlihat. Keputihan menjadi lebih kental dan berwarna bening atau putih susu.

3. Perubahan Siklus Menstruasi

Hubungan seksual saat perubahan siklus menstruasi dapat menyebabkan keputihan. Ini terjadi karena ketidakseimbangan hormon.

Pada awal dan akhir siklus menstruasi, keputihan berwarna putih dan kental. Saat ovulasi, keputihan yang keluar dari vagina umumnya bening dan cair.

Mendekati akhir menstruasi, keputihan yang keluar bisa berwarna cokelat saat darah tercampur.

4. Infeksi Jamur Vagina

Infeksi jamur vagina terjadi ketika jamur Candida berkembang biak secara berlebihan di vagina, yang dikenal juga sebagai kandidiasis vagina.

Infeksi jamur ini dapat menyebar saat berhubungan seksual. Jika Anda mengalami keputihan yang kental, putih, dan menggumpal setelah berhubungan seksual, itu bisa menjadi indikasi adanya infeksi jamur vagina.

5. Vaginosis Bakterialis

Vaginosis bakterialis terjadi ketika bakteri normal di vagina tumbuh secara berlebihan. Ini bisa terjadi saat pH di vagina terganggu saat berhubungan seksual.

Umumnya, vaginosis bakterialis terjadi pada wanita yang aktif secara seksual, tetapi bisa juga terjadi tanpa berhubungan seksual.

Gejala vaginosis bakterialis antara lain keputihan berwarna putih kekuningan atau abu-abu, bau tidak sedap setelah berhubungan seksual, nyeri saat buang air kecil, dan jumlah keputihan lebih banyak dari biasanya.

6. Infeksi Menular Seksual (IMS)

Risiko infeksi menular seksual meningkat saat berhubungan seksual. Kondisi ini bisa menyebabkan keputihan yang tidak normal.

Penyakit menular seksual yang dapat menyebabkan keputihan, antara lain:

  • Gonore. Gejala penyakit ini antara lain keputihan berwarna putih, jumlah keputihan lebih banyak dari biasanya, pendarahan vagina di luar masa menstruasi, dan nyeri saat buang air kecil. Penyakit ini juga bisa tidak menimbulkan gejala.
  • Klamidia. Penyakit ini menyebabkan keputihan berwarna kuning-putih, nyeri saat buang air kecil, dan pendarahan di luar masa menstruasi. Kadang-kadang klamidia tidak menimbulkan gejala.
  • Trikomoniasis. Penyakit ini menyebabkan keputihan dengan bau tidak sedap dan bisa berwarna putih, bening, hijau, atau kuning. Penderitanya juga bisa mengalami nyeri, kemerahan, dan perasaan terbakar di area vagina.

Cara Mengatasi Keputihan Setelah Berhubungan Intim

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi keputihan setelah berhubungan seksual, antara lain:

1. Kompres dengan Air Es

Anda bisa mengompres area genital dengan air es atau duduk di bak mandi air hangat untuk mengurangi rasa gatal dan sakit akibat keputihan.

Anda bisa duduk di bak mandi yang berisi sedikit air atau menutupi area genital dan rektal saat mandi duduk.

2. Hindari Penggunaan Produk Pewangi Kewanitaan

Aroma khas pada area kewanitaan adalah hal yang normal. Tidak perlu menggunakan produk pewangi atau sabun khusus.

Jika Anda mengalami keputihan yang lebih banyak dan aroma yang tidak biasa, sebaiknya hindari penggunaan sabun dan produk pewangi kewanitaan.

Penggunaan sabun dan produk pewangi bisa mengganggu bakteri normal di vagina dan meningkatkan risiko infeksi bakteri dan jamur yang lebih serius.

3. Membersihkan Area Kewanitaan dengan Benar

Membersihkan diri setelah berhubungan seksual melindungi pria dan wanita dari infeksi menular seksual. Bilas area kewanitaan dengan air hangat setelah berhubungan seksual.

Hindari penggunaan bedak, sabun, atau semprotan pewangi karena bisa meningkatkan risiko infeksi.

Setelah itu, Anda juga disarankan untuk buang air kecil untuk mengurangi risiko infeksi uretra.

4. Melakukan Pemeriksaan ke Dokter

Jika Anda mengalami nyeri, perasaan terbakar, keputihan lebih kental dan putih, sebaiknya periksakan diri ke dokter.

Infeksi bakteri dan jamur bisa terjadi pada pria dan wanita, jadi Anda disarankan untuk memeriksakan diri bersama dengan pasangan untuk mendapatkan pengobatan yang tepat.

5. Menggunakan Obat Sesuai Petunjuk Dokter

Jika keputihan setelah berhubungan seksual tidak normal, Anda mungkin perlu pengobatan khusus. Dokter umumnya akan memberikan antibiotik atau antijamur.

Antibiotik atau antijamur tersebut bisa berupa gel atau krim yang dimasukkan ke vagina atau tablet yang diminum. Pastikan untuk menggunakan obat sesuai petunjuk dokter agar pengobatan efektif.

Keputihan setelah berhubungan seksual adalah hal yang normal dan sehat sebagai mekanisme tubuh untuk melumasi vagina. Namun, ada keputihan yang tidak normal dan bisa menjadi tanda infeksi bakteri atau jamur. Oleh karena itu, penting untuk menjaga kebersihan area kewanitaan setelah berhubungan seksual.

Referensi

  1. Anonim. 2021. Things You Should (and Shouldn’t) Do After Sex. https://www.webmd.com/sex-relationships/ss/slideshow-sexual-hygiene. Diakses pada 11 April 2023.
  2. Cleveland Clinic. 2022. Vaginal Discharge. https://my.clevelandclinic.org/health/symptoms/4719-vaginal-discharge. Diakses pada 11 April 2023.
  3. Eske, Jamie. 2020. What Can Cause Discharge After Sex? https://www.medicalnewstoday.com/articles/discharge-after-sex. Diakses pada 11 April 2023.
  4. Nunez, Kirsten. 2019. What Causes White Discharge During or After Sex? https://www.healthline.com/health/white-discharge-during-sex. Diakses pada 11 April 2023.

About The Author

Lingkar Kepala Bayi: Manfaat Pengukuran, Cara Mengukur, Nilai Normal

Ileus Paralitik: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan dll.