Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Penyakit Pikun: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Myles Bannister

Pikun adalah kondisi yang umumnya terjadi pada orang berusia lanjut. Lantas, apakah ilustrasi di atas menjadi pertanda bahwa usia muda pun bisa mengalami pikun? Memang, apa itu pikun dan apa bedanya pikun dengan pelupa? Simak informasinya berikut ini!

Apa Itu Pikun?

Pikun adalah istilah untuk menggambarkan kondisi di mana terjadi penurunan fungsi kognitif dan daya ingat otak. Awalnya, istilah pikun digunakan sebagai nama lain dari demensia (senile dementia). Namun seiring berjalannya waktu, para dokter sepakat untuk mengatakan bahwa pikun adalah salah satu gejala demensia.

Proses penuaan ditengarai menjadi pemicu seseorang menjadi pikun. Itu sebabnya, kita kerap menjumpai orang-orang berusia lanjut yang mengalami gangguan daya ingat yang satu ini.

Penyebab Pikun

Kendati orang berusia lanjut menjadi kelompok usia yang paling umum mengalami pikun, faktanya kondisi ini tak melulu berkaitan dengan proses penuaan. Pada intinya, penyebab pikun adalah kerusakan sistem persinyalan otak sehingga mengakibatkan gangguan ingatan, daya pikir (kognitif), hingga emosi.

Lalu, bagaimana bisa sistem persinyalan otak tersebut mengalami kerusakan? Berikut ini adalah faktor penyebab pikun akibat adanya gangguan atau kerusakan pada sistem persinyalan otak:

1. Penyakit Huntington: Defisiensi otak akibat penyakit ini menyebabkan penurunan fungsi kognitif otak dan fungsi otak dalam mengontrol gerakan tubuh.

2. Penyakit Parkinson: Degenerasi saraf otak yang mengakibatkan ketidakseimbangan neurotransmitter otak dan perubahan perilaku.

3. Alzheimer: Penyakit gangguan fungsi otak yang identik dengan perkembangan plak beta amiloid.

4. Multiple Sclerosis: Rusaknya sel otak dan sel saraf tulang belakang yang disebabkan oleh serangan sistem imun pada mielin.

5. Creutzfeldt-Jakob: Penyakit yang merusak sel otak dan menyebabkan hilang ingatan dan perubahan perilaku.

6. Wernicke-Korsakoff Syndrome: Kondisi di mana seseorang mengalami sejumlah komplikasi yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B1 atau tiamin serta kebiasaan mengonsumsi alkohol.

7. Demensia Vaskular: Penyebab pikun yang diakibatkan oleh sejumlah kondisi medis seperti stroke, tumor otak, dan cedera kepala.

8. Demensia Chronic Traumatic Encephalopaty (CTE): Kondisi trauma pada kepala akibat cedera berkepanjangan yang disebabkan oleh benturan keras.

9. Infeksi: Infeksi pada otak seperti ensefalitis dan meningitis, serta penyakit akibat infeksi lainnya seperti HIV/AIDS.

Penyebab pikun juga meliputi penumpukan cairan di rongga otak, kurangnya jumlah hormon tiroid, kurangnya pasokan oksigen di dalam darah, kekurangan vitamin B1 dan B12, keracunan karbon monoksida, dan penyalahgunaan narkoba.

Ciri dan Gejala Pikun

Ciri-ciri pikun meliputi sering lupa menaruh barang, sering menanyakan hal yang sama, sering lupa urutan rutinitas sehari-hari, sering tersesat di jalan atau tempat yang sudah familiar, dan sering kebingungan.

Diagnosis Pikun

Prosedur pemeriksaan untuk mendiagnosis pikun meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti tes urin, tes darah, tes memori, tes wicara, dan pemeriksaan terhadap otak menggunakan teknologi pencitraan.

Pengobatan Pikun

Gejala pikun dapat diatasi dengan mengkonsumsi obat perangsang hormon tiroid, memperbanyak asupan vitamin B1 dan B12, melakukan operasi pengangkatan tumor otak (jika diperlukan), memberikan obat-obatan khusus, terapi kognitif (cognitive stimulation therapy), serta melaksanakan pola hidup sehat.

Selain pengobatan medis, mengelola pikun dapat dilakukan dengan menuliskan catatan, meminta bantuan orang-orang terdekat, konseling, dan menerapkan pola hidup sehat.

Pikun dan Pelupa Berbeda

Pikun dan pelupa adalah dua kondisi yang berbeda. Lupa adalah kondisi normal yang terjadi pada siapa pun, sedangkan pikun merupakan kondisi yang lebih kompleks dengan gejala yang lebih parah serta menyebabkan perubahan perilaku.

Referensi

  1. Shiel Jr, William C. (2018). Medical Definition of Dementia. MedicineNet. https://www.medicinenet.com/script/main/art.asp?articlekey=2940 [diakses pada 19 Agustus 2019]
  2. Dickinson et al. NCBI (2017). Cognitive stimulation therapy in dementia care: exploring the views and experiences of service providers on the barriers and facilitators to implementation in practice using Normalization Process Theory. International Psychogeriatrics, 29(11), pp.1869-1878. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28701238 [diakses pada 19 Agustus 2019]
  3. What is Dementia? Symptoms, Types, and Diagnosis. National Institute of Aging. https://www.nia.nih.gov/health/what-dementia-symptoms-types-and-diagnosis [diakses pada 19 Agustus 2019]
  4. About Dementia. NIH. https://www.nhs.uk/conditions/dementia/about/ [diakses pada 19 Agustus 2019]

About The Author

Limfoma: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Bagus untuk Diet, Berapa Banyak Kalori dalam Satu Buah Apel?