Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Penyakit Malaria Serebral dan Pengaruhnya pada Tubuh

Myles Bannister

Malaria serebral adalah komplikasi neurologis yang parah dari infeksi Plasmodium falciparum (salah satu dari 4 jenis spesies parasit malaria di Indonesia). Malaria ini bisa parah jika menyerang otak.

Apa Itu Malaria Serebral?

Malaria serebral adalah kondisi ketika sel darah yang dipenuhi parasit memblokir pembuluh darah kecil ke otak. Gangguan ini bisa menyebabkan pembengkakan atau kerusakan otak. Keadaan ini dapat menyebabkan kejang dan koma.

Penyintas penyakit ini memiliki risiko defisit neurologis dan kognitif, gangguan perilaku, serta epilepsi, sehingga menjadi penyebab utama kecacatan saraf pada anak-anak.

Koma berkembang melalui mekanisme yang belum sepenuhnya dipahami. Belum diketahui secara pasti bagaimana parasit intravaskular ini menyebabkan cedera otak.

Mekanisme Cedera Otak pada Malaria Serebral

Satu komplikasi paling berbahaya dan penyebab kematian akibat infeksi Plasmodium falciparum adalah malaria serebral, menyebabkan sekitar 13% dari semua kematian terkait malaria. Keadaan ini paling berbahaya pada anak-anak karena sistem pertahanan tubuh mereka yang belum berkembang sempurna.

Malaria serebral merupakan keadaan darurat medis yang membutuhkan penilaian dan pengobatan klinis segera. Diagnosis memerlukan gejala neurologis dan adanya parasit aseksual dalam apusan darah tepi.

Diagnosis harus membedakan penyebab ensefalopati lain (seperti hipoglikemia, bakteri meningitis, atau ensefalitis virus). Jika glasgow coma scale menunjukkan skor 9 atau kurang, itu menandakan keadaan tidak sadar yang signifikan karena penyebab lain.

Untuk membedakan malaria serebral dari transient postictal coma, ketidaksadaran harus berlangsung minimal 30 menit setelah kejang. Koma menggambarkan prognosis yang lebih buruk. Semua pasien dengan infeksi malaria P. falciparum dan manifestasi neurologis harus dianggap sebagai kasus malaria serebral.

Mekanisme penyakit ini disebabkan oleh kerusakan endotel pembuluh darah akibat sekuestrasi parasit, produksi sitokin inflamasi, dan kebocoran pembuluh darah.

rosetting, yaitu adanya penyatuan sel darah merah yang sehat dengan sel darah merah yang terinfeksi, juga dapat merusak sirkulasi yang sehat. Hal ini menyebabkan hipoksia dan iskemia otak, seperti yang ditandai dengan peningkatan konsentrasi lactate dan alanine bersamaan dengan penurunan kadar aspartate dan adenosine triphosphate.

Ciri-Ciri Penderita Malaria Serebral

Gejala utama malaria serebral adalah penurunan kesadaran dan syok yang sering disertai kejang. Sel pembunuh alami merangsang perekrutan sel T ke otak yang terkena. Ini menunjukkan bahwa respons imun oleh sel pembunuh alami juga mempengaruhi imunitas adaptif dengan mengatur kemampuan limfosit T untuk bergerak ke tempat peradangan sebagai respons terhadap chemotactic stimuli.

Mortalitas tinggi dan pasien yang bertahan mengalami cedera otak yang ditandai dengan gangguan neurokognitif jangka panjang seperti kesulitan berbicara, gangguan memori, rentang perhatian, keterampilan spasial visual, dan executive function yang lebih parah.

Komplikasi umum lain dari malaria serebral seperti kejang, hipoglikemia, dan hiperpireksia, harus dicegah atau dideteksi dan diobati sejak dini. Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa mungkin perlu dikoreksi. Perawatan yang cermat pada pasien yang tidak sadar sangat penting. Perawatan tambahan harus dihindari kecuali jika terbukti aman dan efektif.

Beberapa Gangguan Spesifik yang Bisa Terjadi

Berikut adalah proses berjangkitnya penyakit yang dimulai dari infeksi hingga timbulnya reaksi akhir.

Cognitive Sequelae

Dalam studi prospektif, gangguan kognitif jangka panjang terjadi pada 25% anak-anak. Studi retrospektif melaporkan tingkat 14-24%. Faktor risiko gangguan kognitif termasuk hipoglikemia, kejang, duration of coma, dan hiporefleksia.

Penelitian terbatas tentang immuno-pathogenesis of cognitive impairment. Peningkatan kadar TNF di sistem saraf pusat berhubungan dengan penurunan kognisi jangka panjang.

Gangguan Bicara dan Bahasa

Malaria serebral adalah penyebab utama gangguan bahasa di daerah tropis. Sekitar 11,8% anak-anak yang sembuh mengalami defisit terutama dalam kosa kata, pidato reseptif dan ekspresif, pencarian kata, serta fonologi.

Defisit bahasa sering juga terkait dengan defisit dalam fungsi non-verbal, memori, atau perhatian. Patogenesisnya belum sepenuhnya dipahami; tidak jelas apakah defisit bahasa merupakan bagian dari cedera global atau cedera pada pusat bahasa tertentu. Pencitraan fungsional mungkin dapat membantu memahami lebih lanjut.

Epilepsi

Epilepsi berkembang pada sekitar 10% anak-anak yang terpapar malaria beberapa bulan hingga beberapa tahun setelahnya. Insiden epilepsi meningkat seiring waktu. Epilepsi lobus temporal jarang terjadi pada malaria serebral.

Patogenesis epilepsi belum sepenuhnya dipahami namun kemungkinan akibat cedera hipoksia/iskemik fokal di area zona perbatasan sirkulasi serebral atau cedera iskemik global.

Perilaku dan Gangguan Neuropsikiatri

Pada anak-anak, masalah perilaku meliputi kurangnya perhatian, impulsif, hiperaktif, gangguan perilaku, dan gangguan perkembangan sosial. Perilaku obsesif, perilaku melukai diri sendiri, dan perilaku destruktif juga dapat terjadi.

Gejala biasanya muncul 1-4 bulan setelah terpapar malaria dan patogenesisnya tidak jelas. Pada orang dewasa, sindrom neurologis pasca-malaria dapat terjadi setelah parasit dihilangkan. Patogenesisnya juga tidak jelas. Diperlukan studi lebih lanjut untuk memahami dengan lebih jelas dan memulai studi terapeutik.

Referensi

  1. Anonim. Malaria. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/malaria/symptoms-causes/syc-20351184. (Diakses pada 4 Agustus 2021).
  2. Idro, Richard, Kevin Marsh, Chandy C John, dan Charles RJ Newton. 2011. Cerebral Malaria; Mechanisms Of Brain Injury And Strategies For Improved Neuro-Cognitive Outcome. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3056312/. (Diakses pada 4 Agustus 2021).
  3. FH, Yusuf, Hafiz MY, Shoaib M, dan Ahmed SA. 2017. Cerebral malaria: insight into pathogenesis, complications and molecular biomarkers. https://www.dovepress.com/cerebral-malaria-insight-into-pathogenesis-complications-and-molecular-peer-reviewed-fulltext-article-IDR#ref2. (Diakses pada 4 Agustus 2021).

About The Author

Hyoscine Butylbromide: Indikasi, Efek Samping, Dosis, Cara Pakai, dll

Penyebab Gusi Bengkak saat Hamil dan Cara Mengatasinya