Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Parestesia: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Myles Bannister

Apa Itu Parestesia?

Parestesia adalah kondisi di mana terjadi sensasi panas, seperti tertusuk jarum, dan mati rasa atau kebas pada area tangan dan kaki. Parestesia dapat muncul secara tiba-tiba, dengan atau tanpa rasa nyeri. Ada dua jenis parestesia, yaitu parestesia sementara dan parestesia kronis.

Parestesia sementara terjadi hanya sesaat dan akan hilang dengan sendirinya tanpa perlu penanganan khusus. Namun, parestesia kronis merupakan gejala suatu penyakit yang memerlukan penanganan medis.

Penyebab Parestesia

Parestesia disebabkan oleh gangguan atau trauma pada jaringan saraf. Parestesia sementara dapat disebabkan oleh tekanan pada saraf atau sirkulasi darah yang terhambat. Contohnya adalah duduk bersila terlalu lama atau tidur dengan kepala bertumpu pada satu tangan.

Penyebab parestesia kronis dapat berupa neuropati atau radikulopati. Neuropati terjadi akibat kerusakan pada sistem saraf, terutama pada mereka yang menderita gula darah tinggi. Sedangkan radikulopati terjadi akibat tekanan, peradangan, dan iritasi pada sistem saraf. Radikulopati umumnya terjadi pada mereka yang menderita penyempitan saluran saraf tulang belakang atau hernia nukleus pulposus.

Beberapa faktor lain yang dapat menyebabkan parestesia di antaranya adalah cedera saraf, stroke, multiple sclerosis, rheumatoid arthritis, carpal tunnel syndrome, gangguan autoimun, diabetes, gangguan hati, gangguan ginjal, hipotiroidisme, kelainan sumsum tulang belakang, tumor otak, penyakit Lyme, HIV, kekurangan vitamin B1, B6, B12, E, kelebihan vitamin D, kemoterapi, dan konsumsi alkohol.

Ciri dan Gejala Parestesia

Tanda dan gejala parestesia meliputi mati rasa atau kebas, sensasi tertusuk-tusuk jarum, sensasi terbakar, kaku pada area tubuh yang kesemutan, dan tubuh terasa lemah. Gejala ini terjadi pada area tubuh yang mengalami parestesia, seperti tangan dan kaki. Parestesia sementara akan hilang dengan sendirinya setelah beberapa saat, sedangkan parestesia kronis memerlukan penanganan medis.

Diagnosis Parestesia

Jika parestesia berlangsung lama dan sering, sebaiknya Anda memeriksakan diri ke dokter untuk memastikan penyebabnya. Proses diagnosis parestesia meliputi anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan neurologis, CT Scan atau MRI, dan tes darah.

Pengobatan Parestesia

Pengobatan parestesia tergantung pada penyebabnya. Jika parestesia merupakan gejala suatu penyakit saraf, pengobatan penyakit tersebut adalah langkah utama. Namun, parestesia kronis tidak dapat sepenuhnya dihilangkan karena kerusakan saraf yang sudah terjadi. Beberapa obat yang digunakan untuk meredakan gejala parestesia meliputi antidepresan trisiklik, kortikosteroid, dan fenitoin, gabapentin, pregabalin.

Akan tetapi, obat-obatan tersebut memiliki efek samping seperti rasa kantuk, mulut kering, infeksi sendi, nyeri, kerusakan urat saraf, mual, pusing, dan gangguan seksual. Sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter sebelum menggunakan obat parestesia.

Pada kasus parestesia sementara, langkah pencegahan yang dapat dilakukan antara lain menghindari posisi tubuh yang memicu tekanan pada saraf, menghindari gerakan tubuh berulang, melakukan gerakan ringan, menjaga asupan nutrisi dan vitamin yang baik untuk saraf, dan istirahat yang cukup.

Itulah informasi mengenai parestesia yang penting untuk diketahui. Semoga bermanfaat!

About The Author

8 Manfaat Jahe untuk Ibu Hamil

8 Manfaat Tomat untuk Diet