Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Myles Bannister

Waspada! Trauma Pasca Melahirkan, Cara Mengatasinya

Kelahiran anak adalah momen bahagia dan mengharukan bagi orang tua. Namun, pada beberapa kasus, trauma pasca melahirkan bisa terjadi. Mari kita pelajari lebih lanjut tentang fenomena ini.

Apa Itu Trauma Pasca Melahirkan?

Trauma pasca melahirkan atau PTSD (postpartum post-traumatic stress disorder) adalah kondisi trauma yang dialami setelah bayi lahir. Kondisi ini bisa disebabkan oleh pengalaman menakutkan yang dialami sendiri atau menyaksikan peristiwa traumatis pada orang lain.

Setiap ibu tentu ingin persalinannya berjalan dengan aman dan lancar. Sayangnya, beberapa kondisi membuat pengalaman mengharukan ini berubah menjadi trauma.

Jika mengalaminya, ibu bisa mengalami mimpi buruk, gangguan kecemasan parah, atau mengalami kilas balik mengenai peristiwa tersebut.

Trauma pasca melahirkan bisa menjadi kondisi yang sulit untuk dihadapi, terutama ketika Anda juga harus merawat bayi yang baru lahir. Oleh karena itu, gangguan ini perlu ditangani dengan baik.

Gejala Trauma Melahirkan

Gejala trauma setelah melahirkan bisa bervariasi pada setiap individu. Beberapa gejala umum yang dapat dialami antara lain:

– Menghindari semua hal yang mengingatkan pada peristiwa traumatis

– Merasa takut dan tidak berdaya ketika mengingat peristiwa tersebut

– Menghindari pembicaraan mengenai peristiwa traumatis yang dialami

– Gangguan tidur dan mimpi buruk

– Terbayang-bayang peristiwa traumatis

– Mudah cemas dan panik ketika teringat peristiwa tersebut

– Menarik diri dari pergaulan

– Mudah marah, tersinggung, gelisah, dan waspada berlebihan

– Menyalahkan diri sendiri atas peristiwa traumatis yang terjadi

– Reaksi berlebihan ketika menghadapi situasi yang mengingatkan pada kejadian traumatis

Diagnosis Trauma Pasca Melahirkan

Sebelum memberikan diagnosis, dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai kesehatan mental pasien. Jika gejalanya mengarah pada PTSD, dokter akan merujuk pasien ke psikiater atau psikolog untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.

Penyebab Trauma Pasca Persalinan

Trauma pasca persalinan berhubungan dengan pengalaman kehamilan atau melahirkan yang traumatis. Beberapa kondisi yang dapat memicu trauma antara lain:

– Melakukan operasi caesar darurat yang tidak direncanakan

– Melahirkan prematur

– Mengalami komplikasi persalinan, seperti prolaps tali pusat, preeklamsia, robekan perineum, atau perdarahan hebat

– Melahirkan dengan menggunakan vakum atau forsep

– Bayi membutuhkan perawatan intensif neonatal (NICU)

– Persalinan yang menyakitkan, berlangsung lama, dan sulit

– Kematian bayi saat melahirkan atau setelah kelahiran

– Tidak mendapatkan dukungan yang cukup saat persalinan

Faktor Risiko Trauma Melahirkan

Selain pengalaman traumatis saat melahirkan, ada beberapa faktor lain pada ibu yang dapat meningkatkan risiko mengalami trauma pasca melahirkan, antara lain:

– Riwayat infertilitas (ketidaksuburan) dan membutuhkan bantuan untuk hamil

– Riwayat aborsi

– Riwayat masalah mental, seperti PTSD dan depresi

– Riwayat isolasi sosial

Dampak dari Trauma Melahirkan

Trauma pasca melahirkan bukanlah masalah sepele dan membutuhkan penanganan serius. Jika dibiarkan terlalu lama, berbagai dampak negatif dapat terjadi pada ibu, seperti:

– Kesulitan menerima perawatan medis lanjutan yang diperlukan

– Rasa takut untuk hamil dan melahirkan lagi meningkat

– Kesulitan dalam menyusui bayi karena kurang percaya diri, sakit, produksi ASI yang rendah, atau bayangan pengalaman traumatis

Cara Mengatasi Trauma Pasca Persalinan

Penanganan untuk trauma pasca melahirkan bisa berupa pemberian obat-obatan dan terapi.

Obat-obatan: Dokter mungkin meresepkan obat antidepresan atau anti-kecemasan dalam jangka pendek untuk mengurangi gejala trauma pasca melahirkan. Obat yang digunakan biasanya sama dengan obat yang diberikan untuk depresi pasca persalinan, seperti SSRI (selective serotonin reuptake inhibitor).

Terapi: Terapi merupakan cara lain untuk mengatasi trauma setelah melahirkan. Terapi ini membantu ibu memproses kembali pengalaman traumatisnya dan memperoleh pemahaman yang lebih baik setelahnya. Beberapa jenis terapi yang dapat digunakan antara lain:

– Terapi pemaparan (exposure therapy): Terapi ini melibatkan pemaparan hati-hati terhadap peristiwa traumatis yang ditakuti.

– Terapi perilaku kognitif (CBT): Terapi ini melibatkan identifikasi pola pikir yang negatif dan perubahan perilaku.

– Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR): Terapi ini digunakan untuk menghadapi kembali peristiwa traumatis dengan menggunakan teknik gerakan mata.

Itulah beberapa informasi mengenai trauma pasca melahirkan yang perlu diketahui. Kondisi ini memang tidak mudah untuk dihadapi, tetapi dengan pengobatan yang tepat, pikiran terhadap pengalaman traumatis dapat membaik. Anda pun bisa menjadi sosok orang tua yang diidamkan.

Referensi:

1. What is Posttraumatic Stress Disorder (PTSD)? https://www.psychiatry.org/patients-families/ptsd/what-is-ptsd. Diakses pada 20 April 2023.

2. Brown, Maressa. 2021. Postpartum Post-Traumatic Stress Disorder (P-PTSD). https://www.whattoexpect.com/first-year/postpartum-health-and-care/postpartum-post-traumatic-stress-disorder. Diakses pada 20 April 2023.

3. Wisner, Wendy. 2021. What Is Postpartum PTSD? https://www.verywellmind.com/postpartum-ptsd-symptoms-traits-causes-treatment-5207692. Diakses pada 20 April 2023.

About The Author

Motilitas Sperma dan Kaitannya dengan Kesuburan Pria

Inkontinensia Urine: Gejala, Penyebab, dan Pengobatan