Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Limerence (Obsesi Cinta Berlebihan): Gejala, Penyebab, Dampak Buruk, dll

Myles Bannister

Limerence merupakan obsesi cinta yang memiliki dampak buruk terutama pada kesehatan mental. Berikut penjelasan lebih lanjut!

Apa Itu Limerence?

Limerence berarti jatuh cinta dan tergila-gila pada seseorang dengan hasrat yang mengganggu. Istilah ini didefinisikan oleh psikolog Dorothy Tennov dalam bukunya Love and Limerence: The Experience of Being In Love pada tahun 1970-an.

Awalnya, perasaan ini ditandai dengan kegembiraan, fantasi, dan gairah emosional yang kuat. Namun, kadang-kadang berkembang menjadi obsesi terhadap orang lain.

Tanda dan Gejala Limerence

Limerence biasanya dialami sebelum hubungan terjalin. Namun, dalam beberapa kasus, perasaan ini dapat terjadi selama atau setelah putus cinta.

Ada beberapa gejala limerence yang umum terjadi, antara lain:

  • Fantasi tak terkendali tentang orang yang diinginkan.
  • Perubahan suasana hati yang ekstrem.
  • Menganggap setiap tindakan orang yang digilai memiliki makna yang dalam.
  • Kehilangan rasa malu saat berada dekat dengan orang yang digilai.
  • Memandang orang yang digilai sebagai sempurna tanpa cacat.
  • Kesulitan menikmati hal-hal selain orang yang digilai.
  • Merasa cemas.
  • Mengalami nyeri di dada.
  • Ketakutan akan penolakan yang parah.

Penyebab Limerence

Ada banyak penyebab limerence yang perlu diwaspadai, terutama pada tahap awal hubungan. Berikut beberapa di antaranya:

1. Dorongan emosional yang kuat

Jika merasakan keinginan yang kuat terhadap seseorang yang membuat Anda tergila-gila, baik dalam hal gairah, hasrat seksual, atau sesuatu yang tak bisa dijelaskan, ini adalah tanda jelas dari limerence.

2. Gangguan fungsi dan kurangnya konsentrasi dalam rutinitas harian

Orang yang mengalami limerence tidak dapat berpikir atau bertindak secara jelas tanpa terganggu dan terobsesi dengan orang yang digilai hingga ke tingkat yang tidak sehat. Hal ini sering kali mengganggu pekerjaan, pengambilan keputusan, dan konsentrasi normal.

Dalam beberapa kasus, rasa bersalah atas perasaan berselingkuh mungkin dirasakan, serta kurangnya konsentrasi dan ketidakmampuan untuk berfungsi dengan normal semakin diperparah.

3. Menganggap orang yang digilai sebagai sosok sempurna

Seseorang dengan limerence berpikir bahwa orang yang digilai memiliki kemampuan yang hebat bahkan terlalu dibesar-besarkan, sementara hal-hal negatifnya diabaikan. Terutama ketika berbicara tentang orang yang digilai kepada orang lain.

4. Memandang orang yang digilai sebagai sosok sempurna tanpa cacat

Orang yang digilai dianggap sebagai individu yang ideal, tanpa cacat. Mereka tidak melihat kelemahan atau kekurangan pada orang yang digilai, atau jika ada, mereka mengabaikannya.

Efek samping negatif dari hal ini adalah beberapa orang dengan limerence sering terlibat dalam hubungan yang tidak sehat dengan orang yang digilai.

Perbedaan Limerence dan Cinta

Meskipun terlihat serupa, perhatian dan cinta memiliki perbedaan. Perbedaan utamanya adalah cinta melibatkan hubungan nyata dan bermakna dengan orang lain, sedangkan limerence adalah tentang obsesi dan nafsu terhadap seseorang.

1. Berpikir orang yang digilai akan melengkapi hidup

Seseorang yang mencari hubungan melihat orang lain sebagai pendamping hidup. Namun, limerence membuat seseorang merasa bahwa orang yang digilai akan melengkapi hidup mereka.

2. Menginginkan orang yang digilai tanpa memikirkan konsekuensinya

Hubungan yang sehat harus didasarkan pada saling menghormati dan saling menjaga satu sama lain. Namun, dalam limerence, keinginan untuk memiliki orang yang digilai tidak peduli baik atau buruknya itu dan orang yang digilai dipandang sebagai sosok idaman.

3. Mengabaikan kekurangan orang yang digilai

Mengabaikan kekurangan orang yang digilai adalah ciri khas limerence. Dalam cinta, seseorang masih dapat melihat kelemahan orang lain dan tetap mencintainya. Ini terjadi karena hormon kebahagiaan seperti oksitosin dan vasopresin.

4. Mengesampingkan kebutuhan diri sendiri demi orang yang digilai

Tergila-gila pada seseorang dapat menyebabkan seseorang mengabaikan kebutuhan diri sendiri. Perbedaannya, seseorang yang terobsesi akan mengesampingkan kebutuhannya sendiri dan ingin sepenuhnya fokus pada orang yang digilai.

5. Takut memiliki hubungan nyata

Di dalam hati seorang penderita limerence, ada ketakutan untuk memiliki hubungan yang nyata dan mereka mungkin lebih nyaman dengan hubungan yang jarak jauh. Hal ini mungkin disebabkan oleh alasan psikologis dan ketakutan akan cinta atau kekuatan pasangan.

Dampak Negatif Limerence

Perasaan cinta yang berlebihan ini dapat memiliki dampak negatif pada kehidupan seseorang. Dampak buruk ini termasuk stres, kurang tidur, pikiran obsesif, dan perilaku berisiko.

Hal-hal tersebut menyebabkan seseorang mungkin tidak menjalani gaya hidup yang sehat saat terpaku pada orang lain. Semakin dalam terjatuh dalam limerence, semakin besar kemungkinan mengabaikan kebutuhan dasar. Masalah tidur dan pola makan yang buruk dapat berdampak negatif pada kesehatan penderita.

Tidak hanya itu, seseorang mungkin tergoda untuk melakukan perilaku berisiko yang dapat berdampak jangka panjang. Beberapa orang bahkan dapat mempertaruhkan hubungan mereka dengan berselingkuh, yang sering kali mencerminkan ketakutan akan cinta atau kekuatan pasangannya.

Referensi

  1. Anonim. 2016. What is Limerence? – Love, Lust, Definition, or Something Else. https://unrequitedlover.com/unrequitedlove/limerence/ (Diakses pada 19 November 2021)
  2. Anonim. Tanpa Tahun. What Is Limerence? An In-Depth Guide. https://gregorybehrendt.com/limerence/(Diakses pada 19 November 2021)
  3. Grainger, Charlotte. 2021. Limerence vs. Love: What’s the Difference?. https://www.brides.com/limerence-vs-love-5193245 (Diakses pada 19 November 2021)
  4. Reader, Hasty. Tanpa Tahun. Limerence: symptoms of a toxic love (test yourself). https://hastyreader.com/limerence-passionate-love/ (Diakses pada 19 November 2021)

About The Author

Ciri-Ciri Pergaulan Sehat, Manfaat, dan Cara Mempertahankannya

Amenorrhea: Penyebab, Gejala, Diagnosis, & Pengobatan