Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Lesi Otak: Jenis, Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Myles Bannister

Lesi otak adalah kerusakan pada jaringan otak akibat cedera atau penyakit. Meskipun umumnya terjadi pada siku tangan, lesi juga dapat terjadi pada otak. Lesi otak dapat memiliki berbagai jenis dan tingkat keparahan.

Apa itu Lesi Otak?

Lesi otak adalah cedera atau penyakit yang menyerang otak. Meskipun terdengar sederhana, memahami lesi otak dapat rumit karena berbagai jenisnya.

Terdapat berbagai jenis lesi otak yaitu dari yang kecil hingga besar, sedikit hingga banyak, dan dari yang relatif tidak berbahaya sampai yang mengancam nyawa.

Lesi juga dapat terjadi pada bagian tubuh lainnya. Sebagai contoh, ketika siku terbentur, dapat menyebabkan kulit meradang dan memar, atau dalam istilah medis dikenal sebagai lesi.

Jenis Lesi Otak

Berikut adalah beberapa jenis lesi otak yang sering dijumpai:

1. Abses Otak

Abses otak adalah area infeksi yang mengandung nanah dan jaringan yang meradang. Abses otak dapat mengancam nyawa meskipun jarang terjadi.

Abses otak sering kali terjadi setelah infeksi, biasanya berasal dari daerah terdekat dengan otak seperti telinga, sinus, atau gigi. Kondisi ini juga dapat terjadi setelah cedera atau pembedahan tengkorak.

2. Malformasi Arteri Vena (Arteriovenous Malformation/AVM)

AVM adalah jenis lesi otak yang umumnya terjadi sejak lahir. Kondisi ini terjadi ketika terdapat hubungan tidak normal antara pembuluh darah arteri dan vena.

Arteri berfungsi membawa darah yang kaya oksigen dari jantung ke otak, sedangkan vena membawa darah yang kekurangan oksigen kembali ke jantung dan paru-paru.

AVM mengganggu proses ini sehingga sirkulasi oksigen terganggu. Kondisi ini juga dapat menyebabkan kerapuhan pembuluh darah sehingga rentan pecah dan bocor.

Penyebab AVM belum diketahui dengan pasti dan bukan penyakit yang diturunkan.

Gejala yang mungkin muncul bervariasi tergantung pada lokasi AVM. Namun, gejala yang pertama kali muncul biasanya berupa perdarahan.

Selain itu, penderita AVM juga dapat mengalami kejang, sakit kepala, mual, muntah, dan hilang kesadaran.

3. Stroke Iskemik

Stroke iskemik adalah lesi otak yang terjadi ketika aliran darah menuju otak terganggu akibat adanya sumbatan pada pembuluh darah.

Akibatnya, sel-sel otak mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi penting sehingga menyebabkan kerusakan dan kematian sel di area tersebut.

4. Cerebral Palsy

Cerebral palsy adalah sekelompok gangguan yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk bergerak, menjaga keseimbangan, dan postur tubuh. Gangguan ini umumnya terjadi pada anak-anak.

Cerebral palsy memengaruhi kemampuan anak untuk bergerak dan mempengaruhi kemampuan komunikasi dan keterampilan anak. Meskipun demikian, banyak anak dengan cerebral palsy memiliki fungsi intelektual yang normal.

5. Multiple Sclerosis (MS)

Multiple sclerosis (MS) adalah jenis lesi otak yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang dan merusak lapisan saraf (myelin) di otak dan sumsum tulang belakang.

Kondisi ini menghambat komunikasi antara otak dan seluruh tubuh.

6. Tumor

Tumor adalah pertumbuhan jaringan yang tidak normal. Sebagian tumor otak bersifat jinak (non-kanker), sementara sebagian lainnya bersifat ganas (kanker).

Pada kasus kanker otak, tumor dapat muncul di otak atau menyebar dari organ lain ke dalam otak (metastasis).

Gejala Lesi Otak

Pada awalnya, lesi otak mungkin tidak menimbulkan gejala, tetapi seiring dengan bertambahnya ukuran lesi, gejala dapat muncul dan menjadi lebih jelas.

Gejala dapat bervariasi tergantung pada jenis, lokasi, dan ukuran lesi otak. Beberapa jenis lesi otak dapat menunjukkan gejala berikut:

  • Sakit kepala
  • Gangguan gerakan jika menyerang area otak yang mengatur fungsi gerak tubuh (motorik)
  • Nyeri atau kekakuan pada leher
  • Mual dan muntah
  • Hilang nafsu makan
  • Gangguan berbicara
  • Penglihatan kabur
  • Gangguan pendengaran
  • Perubahan suasana hati, kepribadian, dan perilaku
  • Kurangnya konsentrasi, kesulitan mengambil keputusan, dan agitasi
  • Hilangnya ingatan atau kebingungan
  • Kejang
  • Demam
  • Kesulitan bergerak

Penyebab Lesi Otak

Lesi otak dapat terjadi karena berbagai faktor. Berikut beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena lesi otak:

  • Usia
  • Riwayat keluarga dengan lesi otak
  • Penyakit kronis seperti tekanan darah tinggi atau diabetes mellitus
  • Trauma atau cedera otak yang menyebabkan perdarahan di dalam otak. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini dapat berakibat fatal.
  • Infeksi virus atau bakteri yang menyerang otak
  • Penyakit autoimun seperti lupus dan multiple sclerosis
  • Timbunan plak atau protein berlebih di jaringan otak atau pembuluh darah
  • Paparan bahan kimia dan zat beracun
  • Polusi udara atau lingkungan yang buruk
  • Pola makan yang tidak sehat, misalnya makanan tinggi lemak

Beberapa penyakit dapat meningkatkan risiko terkena lesi otak, antara lain:

  • Diabetes mellitus
  • Penyakit pembuluh darah
  • Kanker
  • Penyakit degeneratif seperti Alzheimer dan Parkinson
  • Penyakit infeksi

Diagnosis

Untuk mengetahui lesi otak, selain melakukan wawancara dan pemeriksaan fisik, dokter juga akan melakukan beberapa pemeriksaan penunjang, antara lain:

Computed Tomography (CT scan)

CT scan digunakan untuk melihat gambaran tulang tengkorak, jaringan otak, dan struktur otak lainnya.

Magnetic Resonance Imaging (MRI)

MRI digunakan untuk melihat gambaran tiga dimensi bagian dalam tubuh dengan menggunakan medan magnet dan komputer. MRI dapat memberikan gambaran detail jaringan otak, termasuk otak besar, batang otak, dan otak kecil.

Pengobatan Lesi Otak

Pengobatan lesi otak tergantung pada jenis, lokasi, dan penyebab lesi. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan grondong untuk menentukan penanganan yang tepat.

Pengobatan dapat meliputi:

Tindakan Medis

Jika lesi otak tidak menyebabkan gejala yang mengganggu dan tidak tumbuh, dokter biasanya akan merekomendasikan pemeriksaan rutin.

Jika lesinya mengganggu atau ukurannya besar, dokter mungkin akan menyarankan tindakan berikut:

  • Pengangkatan lesi melalui operasi, jika memungkinkan
  • Kemoterapi dan radioterapi untuk lesi kanker atau ganas

Obat-obatan

Selain tindakan medis, pengobatan dengan obat oral dapat membantu mengatasi masalah lesi otak, tergantung pada jenis lesi dan gejalanya. Beberapa obat yang umum digunakan meliputi:

  • Antibiotik atau obat antimikroba lainnya
  • Obat yang menenangkan sistem kekebalan tubuh atau mengubah respons kekebalan tubuh
  • Obat atau terapi lain untuk meredakan gejala yang terkait dengan lesi

Jika Anda mengalami gejala lesi otak, segera periksakan diri Anda ke dokter untuk pemeriksaan menyeluruh dan penanganan yang sesuai.

Referensi

  1. Anonim. 2018. Brain Lesions. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/17839-brain-lesions. Diakses pada 1 Juli 2022.
  2. Anonim. 2020. Brain Lesions: Causes, Symptoms, Treatments. https://www.webmd.com/brain/brain-lesions-causes-symptoms-treatments. Diakses pada 1 Juli 2022.
  3. Anonim. 2021. Arteriovenous Malformation. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/arteriovenous-malformation/symptoms-causes/syc-20350544. Diakses pada 1 Juli 2022.
  4. Anonim. 2021. What is Cerebral Palsy? https://www.cdc.gov/ncbddd/cp/facts.html. Diakses pada 1 Juli 2022.
  5. Mandal, Ananya. 2019. Cerebral Infarction. https://www.news-medical.net/health/Cerebral-Infarction.aspx. Diakses pada 1 Juli 2022.
  6. Saling, Joseph. 2021. Brain Tumors in Adults. https://www.webmd.com/cancer/brain-cancer/brain-tumors-in-adults. Diakses pada 1 Juli 2022.

About The Author

7 Cara Meningkatkan Kenikmatan Masturbasi pada Pria

Ukuran Penis Normal dan Faktor yang Memengaruhinya