Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Konstipasi pada Anak: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Myles Bannister

Konstipasi pada anak adalah kesulitan buang air besar (BAB). Ini merupakan kondisi umum yang ditandai dengan feses keras dan kering. Frekuensi normal dan konsistensi BAB bervariasi sesuai dengan usia anak dan pola makan. Konstipasi umumnya bersifat sementara pada anak.

Berdasarkan usia anak, intensitas BAB per hari akan berkurang. Bayi usia beberapa bulan yang diberi ASI rata-rata BAB 3 kali sehari, sementara bayi yang mendapatkan susu formula 2 kali sehari. Anak usia 2 tahun umumnya BAB 1 kali sehari.

Jika terjadi konstipasi pada anak, bagaimana cara mengatasinya? Simak informasi berikut untuk mengetahui penyebab, pengobatan, dan pencegahan konstipasi pada anak.

Penyebab Konstipasi

Konstipasi terjadi ketika feses atau tinja bergerak lambat di saluran pencernaan, yang menyebabkan tinja menjadi keras dan kering. Beberapa faktor yang menyebabkan konstipasi pada anak antara lain:

1. Masalah Pelatihan Toilet

Pelatihan toilet yang terlalu dini dapat membuat anak menahan diri saat ingin buang air besar. Jika ini terjadi, anak dapat mengabaikan keinginan BAB dengan cepat dan menjadi kebiasaan yang tidak disengaja.

2. Menunda BAB

Beberapa anak menunda buang air besar karena terlalu asyik bermain atau takut menggunakan toilet umum di luar rumah. Rasa sakit saat buang air besar juga dapat membuat anak enggan pergi toilet.

3. Perubahan Pola Makan

Konstipasi dapat terjadi ketika anak tidak mendapatkan cukup serat dari buah-buahan, sayuran, dan cairan. Konstipasi juga bisa terjadi saat anak beralih dari makanan cair ke makanan padat seiring bertambahnya usia.

4. Perubahan Rutinitas

Rutinitas yang berubah, seperti perjalanan, aktivitas di luar rumah, cuaca panas, atau stres, dapat mempengaruhi fungsi usus anak. Anak juga dapat lebih rentan mengalami konstipasi saat mulai sekolah.

5. Alergi Susu Sapi

Beberapa anak mengalami konstipasi akibat alergi susu sapi atau konsumsi produk susu dalam jumlah yang berlebihan, seperti keju dan susu sapi.

6. Riwayat Keluarga

Anak yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat konstipasi lebih berisiko mengalami masalah konstipasi. Faktor genetik atau lingkungan dapat menjadi penyebabnya.

7. Kondisi Medis

Albeit jarang, konstipasi pada anak dapat disebabkan oleh cacat anatomi, masalah metabolisme atau sistem pencernaan, dan kondisi medis lainnya.

8. Obat-Obatan

Penggunaan obat tertentu, seperti antidepresan, dapat menyebabkan konstipasi pada anak.

Faktor Risiko Konstipasi

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko konstipasi pada anak antara lain:

  • Kurangnya aktivitas fisik
  • Kurangnya asupan serat
  • Kurangnya asupan cairan
  • Penggunaan obat tertentu (termasuk beberapa antidepresan)
  • Kondisi medis yang mempengaruhi anus atau dubur
  • Kelainan neurologis

Gejala Konstipasi

Gejala utama konstipasi pada anak adalah kesulitan buang air besar dengan frekuensi yang kurang dari tiga kali dalam seminggu. Beberapa gejala konstipasi pada anak antara lain:

  • BAB tidak lancar dalam beberapa hari
  • Feses keras yang menyebabkan buang air besar terasa sakit
  • Demam
  • Perut kembung
  • Penurunan berat badan
  • Nyeri perut, kram, dan mual
  • Nafsu makan yang buruk
  • Pendarahan pada dubur (fisura)
  • Prolaps dubur, yaitu keluarnya sebagian usus dari anus

Kadang-kadang anak yang mengalami konstipasi juga dapat mengalami diare secara bersamaan. Hal ini terjadi karena adanya tinja yang tersangkut di usus besar, sehingga tinja yang lebih cair dapat terlepas di sekitarnya.

Konstipasi pada bayi juga memiliki gejala yang mirip dengan orang dewasa. Namun, bayi juga dapat mengalami gejala lain, seperti mengeluarkan bercak tinja di celana akibat tinja yang menumpuk di rektum, tinja atau kentut berbau busuk, dan gejala umum seperti lemas, rewel, atau murung.

Diagnosis Konstipasi

Untuk mendiagnosis konstipasi pada anak, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan menanyakan riwayat medis anak. Dokter juga akan menanyakan kondisi anak selama mengalami konstipasi, termasuk pola buang air besar, pola makan, pelatihan toilet, masalah kesehatan, dan penggunaan obat-obatan.

Selama pemeriksaan fisik, dokter akan memeriksa perut anak untuk melihat adanya pembengkakan atau adanya massa atau benjolan. Dokter juga akan memeriksa rektum anak untuk mengecek adanya darah atau penyumbatan.

Jika diperlukan, dokter juga dapat melakukan tes penunjang, seperti X-ray, untuk melihat feses yang masih tersisa di usus besar. Tes laboratorium mungkin juga dibutuhkan untuk membantu mendiagnosis masalah kesehatan yang mendasarinya.

Komplikasi Konstipasi

Apabila konstipasi pada anak tidak diobati, masalah tersebut dapat menyebabkan ketidaknyamanan yang serius. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi akibat konstipasi adalah:

  • Nyeri saat duduk di sekitar anus (fisura anus)
  • Prolapsus rektum, yaitu keluarnya rektum dari anus
  • Pembiasaan menahan buang air besar karena rasa sakit, yang dapat membuat tinja semakin keras dan menumpuk
  • Kelebihan tinja yang menumpuk di usus besar dan dapat terjadi kebocoran tanpa disadari (encopresis)

Cara Mengatasi Konstipasi pada Anak

Berikut beberapa pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi konstipasi pada anak:

1. Obat Pelunak Tinja

Pemberian obat pelunak tinja harus dilakukan di bawah pengawasan dokter anak. Penting untuk mengikuti dosis yang tepat dan tidak menghentikan penggunaannya terlalu cepat. Beberapa anak mungkin perlu menggunakan obat pelunak tinja selama beberapa minggu.

2. Konsumsi Serat dan Cairan

Anak perlu mengonsumsi makanan yang mengandung serat, seperti buah-buahan, sayuran, sereal tinggi serat, roti gandum, dan kacang-kacangan. Selain itu, konsumsi yogurt yang mengandung probiotik juga dapat meningkatkan kesehatan pencernaan.

Perlu diingat bahwa jika anak mengonsumsi makanan tinggi serat tanpa cukup cairan, masalah konstipasi dapat menjadi lebih buruk. Anak harus minum banyak air sepanjang hari dan membatasi konsumsi minuman manis.

3. Jadwal Toilet yang Teratur

Ingatkan anak untuk menggunakan toilet di pagi hari dan setelah makan untuk buang air besar. Terutama untuk anak yang lebih kecil, berikan perintah secara lembut dan hindari memaksa atau memberi tekanan.

Untuk hasil yang optimal, langkah mengatasi konstipasi pada anak dapat mengombinasikan tiga pendekatan berikut:

  • Meningkatkan konsumsi makanan tinggi serat
  • Memberikan obat pelunak tinja (jika diperlukan)
  • Meningkatkan konsumsi cairan

4. Pijatan

Pijat perut anak dengan lembut untuk mengendurkan otot-otot yang mendukung kandung kemih dan usus, sehingga membantu meningkatkan aktivitas usus. Namun, pijatan harus dilakukan dengan hati-hati oleh ahlinya.

5. Akupunktur

Terapi akupunktur menggunakan jarum halus di berbagai bagian tubuh anak dapat membantu meringankan sakit perut yang terkait dengan konstipasi.

Cara Mengobati Konstipasi pada Bayi

Konstipasi pada bayi umumnya terjadi saat mereka mulai makan makanan padat. Jika bayi mengalami konstipasi, seperti kesulitan buang air besar, melengkungkan punggung, atau menangis, ada beberapa perubahan pola makan yang bisa dicoba:

1. Air atau Jus Buah

Berikan sedikit air atau jus apel atau pir pada bayi setiap hari, selain pemberian makanan biasa. Jus ini mengandung sorbitol yang berfungsi sebagai pencahar. Berikan sekitar 60 hingga 120 mililiter jus.

2. Makanan Bayi

Jika bayi sudah makan makanan padat, cobalah memberikan bubur kacang polong yang mengandung lebih banyak serat daripada buah dan sayuran lainnya. Anda juga dapat memberikan roti gandum, gandum utuh, atau sereal multigrain yang mengandung lebih banyak serat daripada sereal beras.

Pencegahan Konstipasi

Berikut adalah beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mencegah konstipasi pada anak:

  • Ubah pola makan dengan meningkatkan asupan serat dan cairan, serta beralih ke produk susu rendah lemak (sesuai usia)
  • Konsultasikan dengan dokter mengenai pemberian jus yang tepat. Dokter dapat membantu merencanakan pola makan yang tepat dengan jumlah serat yang sesuai untuk mengatasi atau mencegah konstipasi.
  • Tingkatkan konsumsi buah dan sayuran segar pada anak
  • Buat jadwal toilet yang teratur, atau ingatkan anak untuk buang air besar saat merasakan keinginan
  • Mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik ringan secara teratur

Referensi

About The Author

Valisanbe: Manfaat, Dosis, Efek Samping, dll

Cara Alami Mengencangkan Kulit Wajah