Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Koma: Gejala, Penyebab, Mengobati, Pencegahan, dll

Myles Bannister

Koma adalah keadaan tidak sadarkan diri yang berkepanjangan akibat penyebab tertentu. Baca lebih lanjut tentang definisi, gejala, penyebab, pengobatan, dan lainnya di bawah ini!

Apa Itu Koma?

Koma adalah kondisi tidak sadar berkepanjangan yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti cedera otak traumatik, tumor otak, stroke, keracunan obat atau alkohol, atau penyakit seperti diabetes atau infeksi.

Tidak sadar berkepanjangan jarang berlangsung lebih dari beberapa minggu. Jika seseorang tidak sadar lebih lama dari satu tahun, kemungkinan untuk sadar kembali sangat rendah.

Tanda dan Gejala Koma

Selama tidak sadarkan diri berkepanjangan, pasien tidak dapat berkomunikasi sehingga diagnosis ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala dari luar tubuh. Beberapa tanda dan gejala koma meliputi:

  • Mata tertutup meskipun rangsangan nyeri diberikan.
  • Napas lambat atau tidak ada.
  • Pupilla yang tidak merespons cahaya.
  • Tidak ada respons tubuh kecuali gerakan involunter.
  • Tidak merespons rangsangan nyeri.

Kapan Harus ke Dokter?

Koma adalah kondisi medis darurat yang memerlukan pengobatan segera untuk menjaga fungsi pernapasan dan otak. Dokter biasanya akan melakukan tes darah dan CT scan otak untuk menentukan penyebab dan pengobatan yang tepat.

Penyebab Koma

Koma sebagian besar disebabkan oleh kelainan pada otak. Cedera otak dapat disebabkan oleh peningkatan tekanan, pendarahan, kekurangan oksigen, atau racun. Cedera otak dapat pulih atau menjadi permanen.

Cedera otak dan gangguan sirkulasi otak adalah penyebab umum koma. Beberapa masalah kesehatan lain yang dapat menyebabkan kehilangan kesadaran berkepanjangan meliputi:

Cedera dan Kerusakan Otak

  • Cedera otak traumatik. Kecelakaan lalu lintas, cedera olahraga, dan pukulan di kepala dapat menyebabkan kehilangan kesadaran yang berkepanjangan.
  • Kejang. Kejang terus menerus dapat menjadi penyebab koma, terutama pada kejang status epilepticus. Kejang berulang dapat mencegah otak pulih di antara serangan, menyebabkan kehilangan kesadaran yang berkepanjangan.
  • Pendarahan. Pendarahan di otak menyebabkan kehilangan kesadaran karena pembengkakan dan tekanan pada otak yang terluka. Pembengkakan jaringan otak juga dapat terjadi karena kekurangan oksigen, ketidakseimbangan elektrolit, atau hormon.
  • Racun dan overdosis obat. Paparan karbon monoksida dan overdosis obat tertentu dapat menyebabkan kerusakan otak dan koma.
  • Hipoksia atau kekurangan oksigen. Kehilangan kesadaran dapat terjadi jika suplai oksigen ke otak terhambat, seperti pada serangan jantung, stroke, atau hampir tenggelam.

Penyakit

  • Infeksi. Peradangan di otak, sumsum tulang belakang, atau jaringan sekitar otak dapat menyebabkan kehilangan kesadaran berkepanjangan, seperti pada ensefalitis atau meningitis. Infeksi paru juga dapat menyebabkan penurunan kesadaran karena paru-paru tidak dapat mengambil oksigen dari udara. Infeksi parah atau sepsis juga dapat menyebabkan penurunan kesadaran.
  • Diabetes. Kadar gula darah yang terlalu tinggi atau ketoasidosis dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Kadar gula darah yang rendah juga dapat menyebabkan kehilangan kesadaran karena otak hanya mendapatkan energi dari glukosa.
  • Stroke. Suplai darah yang terhenti atau terganggu ke otak dapat menyebabkan hilang kesadaran yang berkepanjangan.

Faktor Risiko Koma

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kehilangan kesadaran berkepanjangan, termasuk:

  • Penyakit cerebrovaskular.
  • Penyakit hati, ginjal, atau kardiovaskular.
  • Kanker dan kemoterapi.

Cedera otak lebih umum terjadi pada pria. Kelompok usia yang berisiko lebih tinggi untuk cedera otak meliputi anak-anak usia 5 tahun, usia 15-24 tahun, dan orang di atas usia 75 tahun. Faktor risiko cedera otak meliputi berkendara dengan kecepatan tinggi, kurang tidur, dan riwayat cedera kepala sebelumnya.

Diagnosis Koma

Orang yang dalam koma tidak dapat berbicara atau mengekspresikan diri. Dokter atau perawat harus mengandalkan informasi dari keluarga, orang terdekat, atau saksi kejadian. Pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mencari tanda-tanda fisik yang dapat memberikan informasi tentang penyebab koma.

Pertanyaan dapat diajukan kepada keluarga atau teman pasien tentang peristiwa atau gejala yang menyebabkan hilang kesadaran berkepanjangan. Riwayat medis pasien, penggunaan obat, dan perubahan terbaru dalam kehidupan juga akan ditanyakan.

1. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mengevaluasi kondisi tubuh, termasuk:

  • Pemeriksaan refleks.
  • Pengamatan pola pernapasan.
  • Menentukan respons pasien terhadap rangsangan nyeri.
  • Pemeriksaan tanda-tanda memar atau luka pada kulit yang mungkin disebabkan oleh trauma.
  • Pengamatan ukuran pupil.

2. Tes Darah

Tes darah dan tes laboratorium lainnya dapat digunakan untuk menguji kondisi berikut:

  • Hitung darah lengkap.
  • Kadar elektrolit.
  • Keracunan karbon monoksida.
  • Infeksi pada sistem saraf.
  • Overdosis obat.
  • Overdosis alkohol.

3. Pencitraan

Beberapa tes pencitraan otak dapat dilakukan untuk mencari cedera otak, pendarahan, tumor, stroke, atau aktivitas kejang, di antaranya:

  • Computerized tomography (CT) scan. Tes ini menggunakan sinar-X untuk menghasilkan gambar rinci otak. CT scan dapat menunjukkan pendarahan otak, tumor, stroke, dan kondisi lainnya. Tes ini biasanya digunakan untuk mendiagnosis dan menentukan penyebab koma.
  • Magnetic resonance imaging (MRI). Tes ini menggunakan gelombang radio dan magnet kuat untuk menghasilkan gambar terperinci otak. MRI dapat mendeteksi kerusakan jaringan otak akibat stroke, pendarahan, dan kondisi lainnya. MRI sangat membantu dalam memeriksa batang otak dan struktur otak yang dalam.
  • Electroencephalography (EEG). Tes ini mengukur aktivitas listrik dalam otak dengan menempelkan elektroda kecil pada kulit kepala. Tes ini membantu menentukan apakah kejang menjadi penyebab koma.

Pengobatan Koma

Koma adalah kondisi medis darurat yang memerlukan perawatan segera. Dokter akan memeriksa jalur napas dan membantu menjaga pernapasan dan peredaran darah. Bantuan pernapasan, transfusi darah, dan perawatan pendukung lainnya mungkin diberikan.

Pemberian glukosa atau antibiotik secara intravena dapat dilakukan jika ada kecurigaan hipoglikemia atau infeksi yang menyerang otak.

Obat-obatan

Pengobatan yang diberikan berbeda tergantung pada penyebabnya. Pengobatan atau prosedur lain mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan pada otak karena pembengkakan. Jika koma disebabkan oleh overdosis obat, obat mungkin diberikan untuk mengatasi overdosis tersebut. Jika disebabkan oleh kejang, obat anti-kejang dapat diberikan.

Pengobatan lain mungkin ditujukan untuk mengobati penyakit yang mendasarinya, seperti diabetes atau penyakit hati.

Beberapa kasus koma dapat pulih sepenuhnya, tetapi jika terjadi kerusakan otak yang parah, pasien dapat mengalami cacat permanen atau tidak pernah sadar kembali. Beberapa dapat memasuki kondisi vegetatif persisten atau mati otak.

Komplikasi

Meskipun banyak orang yang pulih dari koma, beberapa orang dapat mengalami kondisi vegetatif atau bahkan kematian. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi selama hilang kesadaran berkepanjangan meliputi luka tekan, infeksi saluran kemih, pembekuan darah pada kaki, pneumonia, dan masalah kesehatan lainnya.

Pencegahan Koma

Untuk membantu mengurangi risiko kehilangan kesadaran berkepanjangan, beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan meliputi:

  • Menggunakan sabuk pengaman saat berkendara dan memastikan anak-anak terikat dengan aman di kursi keselamatan.
  • Anak-anak usia 12 tahun ke bawah harus duduk di kursi belakang mobil.
  • Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai saat berolahraga atau melakukan aktivitas berisiko cedera.
  • Tidak minum alkohol atau menyalahgunakan narkoba.
  • Menjaga gula darah pada kadar normal jika menderita diabetes.
  • Menjaga kesehatan dan konsultasikan dengan dokter jika sedang sakit atau minum obat.

Referensi

  1. Anonim. 2017. Coma. https://www.winchesterhospital.org/health-library/article?id=22822. Diakses pada 4 Agustus 2020.
  2. Anonim. 2018. Coma: Types, Causes, Treatments, Prognosis. https://www.webmd.com/brain/coma-types-causes-treatments-prognosis#1. Diakses pada 4 Agustus 2020.
  3. Brazier, Yvette. 2017. What you need to know about coma. https://www.medicalnewstoday.com/articles/173655. Diakses pada 4 Agustus 2020.
  4. Cafasso, Jacquelyn. 2013. Coma. https://www.healthline.com/health/coma. Diakses pada 4 Agustus 2020.
  5. Mayo Clinic Staff. 2018. Coma. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/coma/symptoms-causes/syc-20371099. Diakses pada 4 Agustus 2020.

About The Author

Ketoasidosis Diabetik: Definisi, Gejala, Penyebab, dan Pengobatan

Penyebab dan Cara Mengatasi Kulit Kering pada Bayi