Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Inversio Uteri: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Penanganan

Myles Bannister

Inversio uteri adalah komplikasi serius selama persalinan. Meskipun jarang terjadi, inversio uteri dapat menyebabkan pendarahan serius hingga kematian. Pelajari lebih lanjut tentang inversio uteri, termasuk gejala, penyebab, dan penanganannya berikut ini!

Apa Itu Inversio Uteri?

Inversio uteri adalah komplikasi langka selama persalinan di mana rahim terbalik sebagian atau seluruhnya hingga keluar melalui vagina. Kondisi ini termasuk dalam kategori darurat. Jika tidak ditangani, inversio uteri dapat menyebabkan pendarahan yang mengancam nyawa.

Pada persalinan normal, bayi keluar dari rahim melalui vagina, diikuti oleh kelahiran plasenta. Plasenta adalah organ yang membantu menyediakan oksigen dan nutrisi dari ibu ke janin. Biasanya, rahim tetap dalam bentuknya selama persalinan.

Pada inversio uteri, plasenta tidak dapat terlepas dari dinding rahim. Akibatnya, bagian atas rahim tertarik dan terbalik ke dalam rongga rahim, yang bisa menyebabkan rahim keluar melalui vagina.

Inversio uteri dapat menyebabkan pendarahan parah, syok, dan bahkan kematian pada wanita yang baru melahirkan. Biasanya, dokter akan melepaskan plasenta secara manual dan mengembalikan rahim ke posisi semula. Pada beberapa kasus, diperlukan tindakan bedah untuk mengembalikan posisi rahim.

Terdapat beberapa jenis inversio uteri berdasarkan tingkat keparahannya, yaitu:

  • Incomplete inversion. Bagian atas rahim terbalik, tetapi rahim belum keluar melalui serviks atau mulut rahim.
  • Complete inversion. Rahim terbalik sepenuhnya dan keluar melalui mulut rahim.
  • Prolapsed inversion. Bagian atas rahim keluar melalui vagina.
  • Total inversion. Seluruh rahim keluar melalui vagina. Kondisi ini lebih umum terjadi pada kasus kanker.

Gejala Inversio Uteri

Penting untuk mengenali gejala inversio uteri agar segera mencari pertolongan medis. Beberapa gejala inversio uteri antara lain:

  • Pendarahan berlebihan
  • Sakit pada perut bagian bawah
  • Gejala syok, seperti tekanan darah rendah
  • Adanya benjolan bulat, halus, dan menonjol dari vagina

Gejala inversio uteri umumnya terjadi selama persalinan. Jika mengalami gejala tersebut, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan posisi rahim.

Penyebab Inversio Uteri

Penyebab inversio uteri belum diketahui secara pasti. Salah satu teori yang umum adalah tarikan yang terlalu kuat pada tali pusat janin saat melahirkan plasenta.

Terdapat beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko inversio uteri, seperti plasenta yang melekat pada bagian atas rahim dan kontraksi rahim yang tidak adekuat saat melahirkan plasenta.

Pada umumnya, rahim akan berkontraksi setelah bayi lahir untuk membantu melahirkan plasenta dan mengurangi perdarahan. Namun, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami penyebab inversio uteri secara lebih rinci.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko inversio uteri antara lain:

  • Tali pusat yang pendek
  • Penggunaan obat yang merelaksasi rahim, seperti magnesium sulfat
  • Persalinan yang berlangsung lama (lebih dari 24 jam)
  • Persalinan pertama
  • Bayi dengan berat badan di atas rata-rata
  • Preeklampsia parah
  • Pernah mengalami inversio uteri pada persalinan sebelumnya

Diagnosis Inversio Uteri

Pada wanita hamil yang menunjukkan gejala inversio uteri, diagnosis perlu dilakukan sesegera mungkin untuk menyelamatkan nyawa pasien.

Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, antara lain:

  • Rahim bagian atas tidak berada pada posisi yang seharusnya saat diraba dari perut
  • Kelebihan perdarahan
  • Rahim terlihat menonjol dari vagina
  • Tekanan darah turun drastis
  • Tanda-tanda syok pada tubuh

Pemeriksaan visual seperti USG atau MRI dapat dilakukan untuk memastikan posisi rahim.

Penanganan Inversio Uteri

Penanganan inversio uteri harus dilakukan sesegera mungkin setelah diagnosis. Dokter dapat mengembalikan posisi rahim dengan mendorongnya kembali ke panggul melalui serviks yang telah dibuka.

Jika inversio uteri terjadi sebelum plasenta lepas, dokter akan mengembalikan posisi rahim terlebih dahulu.

Pilihan penanganan inversio uteri tergantung pada kondisi pasien, antara lain:

1. Reposisi Rahim dengan Alat

Pengembalian posisi rahim dapat dilakukan menggunakan alat seperti balon yang mengandung larutan garam. Langkah ini dapat mendorong rahim kembali ke posisi semula dan menghentikan pendarahan akibat inversio uteri.

2. Pengembalian Posisi Rahim secara Manual

Dokter juga dapat mengembalikan posisi rahim secara manual dengan melakukan pijatan pada rahim hingga pendarahan berhenti. Proses ini mungkin dilakukan dengan menggunakan anestesi umum.

Setelah rahim kembali ke posisi semula, dokter akan memberikan oksitosin dan methylergonovine untuk membantu kontraksi rahim dan mencegah inversio uteri kembali terjadi.

3. Tindakan Operasi

Jika pengembalian posisi rahim secara manual atau dengan alat tidak berhasil, dokter mungkin akan melakukan tindakan operasi untuk mengembalikan posisi rahim.

Proses operasi dilakukan dengan membuka perut dan mengembalikan posisi rahim. Jika plasenta masih menempel pada rahim, dokter mungkin akan melakukan histerektomi atau pengangkatan rahim.

4. Pemberian Antibiotik

Pasien juga mungkin diberikan antibiotik, cairan infus, dan transfusi darah sesuai kondisi. Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi akibat rahim yang keluar melalui vagina.

Inversio uteri adalah komplikasi persalinan yang berisiko fatal. Kondisi ini terjadi ketika plasenta tidak dapat terlepas dari rahim dan justru menarik rahim keluar saat melahirkan. Pilihan pengobatan tergantung pada tingkat keparahan.

Referensi

  1. Betterhealth. 2014. Uterine inversion. https://www.betterhealth.vic.gov.au/health/conditionsandtreatments/uterine-inversion. (Diakses pada 17 Juli 2023).
  2. Cleveland Clinic. 2022. Uterine Inversion. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/22326-uterine-inversion. (Diakses pada 17 Juli 2023).
  3. Levine, Hallie. 2021. Uterine Inversion During Pregnancy. https://www.whattoexpect.com/pregnancy/pregnancy-health/complications/uterine-inversion.aspx. (Diakses pada 17 Juli 2023).

About The Author

Apakah Pria Bisa Mengalami Orgasme Prostat?

Kapan Hari Pertama Menstruasi Setelah Kuret?