Infus adalah obat yang diberikan langsung ke dalam pembuluh darah. Pemberian obat dilakukan dengan cara memasukkan selang kecil—disebut Intravena (IV)—ke dalam salah satu pembuluh darah di area tangan. Metode ini digunakan apabila pasien tidak bisa menerima obat melalui mulut (oral) seperti pada kasus penyakit demam tifoid, jantung, stroke, dan demam berdarah.
Pemberian cairan dapat dilakukan secara manual atau dengan menggunakan pompa elektrik. Pemberian cairan harus sesuai dengan kebutuhan pasien, terutama jenis dan dosis infus. Petugas medis, seperti perawat, harus melakukan kontrol terhadap infus yang diberikan kepada pasien untuk menjaga asupan obat.
Fungsi infus adalah untuk memasok obat ke dalam tubuh dengan cepat. Hal ini berlaku untuk pasien dengan kondisi seperti:
- Kekurangan cairan (dehidrasi)
- Keracunan makanan atau minuman
- Infeksi akut
- Peradangan kronis
- Gangguan imunitas
- Serangan jantung
- Stroke
- Kemoterapi
- Gejala efek samping penggunaan obat tertentu
Pada kondisi-kondisi tersebut, pemberian obat secara oral tidak dimungkinkan karena waktu penyerapan obat yang lama oleh darah. Oleh karena itu, cairan infus digunakan untuk memastikan penyerapan obat berlangsung cepat dan optimal.
Infus juga digunakan untuk membantu pasien yang tidak bisa mencerna secara oral sehingga muntah begitu makanan dan cairan masuk ke dalam mulut.
Infus tidak hanya digunakan untuk penyakit di atas. Lebih dari itu, ada jenis penyakit lain yang membutuhkan pemberian infus agar pengobatan berjalan lebih baik. Jika Anda menjalani metode infus ini, pastikan Anda ditangani dengan tepat.
Ada beberapa jenis cairan infus yang disesuaikan dengan penyakit pasien:
Jenis yang umum digunakan terdiri dari 4 (empat) jenis:
1. Normal Saline 9% (NS)
Jenis yang pertama adalah Normal Saline 9% atau NS atau 0,9 NaCl.
Cairan ini diberikan pada pasien yang mengalami kondisi seperti:
- Muntah berat
- Diare
- Perdarahan
- Syok
Normal Saline (NS) adalah infus tipe isotonik kristaloid yang terdiri dari garam (sodium klorida) dan air steril. Penggunaan NS tidak disarankan bagi pasien dengan penyakit kardiovaskuler dan ginjal.
2. Ringer Laktat (RL)
Ringer Laktat digunakan untuk mengobati pasien dengan kondisi hipovolemia.
Cairan Ringer Laktat mengandung:
- Garam (sodium klorida)
- Potasium klorida
- Kalsium klorida
- Sodium laktat
Penggunaan Ringer Laktat tidak diperkenankan bagi pasien dengan gangguan hati (liver) karena dapat menyebabkan interaksi dengan laktat.
3. Dextrose (D5)
Dextrose 5% (D5) adalah jenis isotonik karbohidrat dengan kandungan gula (glukosa) di dalamnya.
Dextrose juga mengandung sekitar 170 kalori per liter. Cairan ini umumnya diberikan pada penderita diabetes. Tidak dianjurkan untuk pasien dengan gagal ginjal dan kardiovaskuler.
4. Normal Saline 4,5%
Jenis Normal Saline 4,5% (Half Normal Saline) diberikan pada pasien dengan kondisi seperti:
- Diabetes
- Hipernatremia
- Dehidrasi
Normal Saline 4,5% tidak diperkenankan untuk pasien dengan gangguan fungsi hati (liver) karena dapat menurunkan kadar cairan pada hati.
Prosedur Pemasangan Infus
Pemasangan infus dapat dilakukan secara manual atau menggunakan pompa listrik.
1. Manual
Pada metode manual, infus diberikan dengan dosis tertentu dalam waktu tertentu menggunakan gaya gravitasi.
Kantong infus diletakkan di tempat yang lebih tinggi dari tubuh pasien. Kemudian infus disalurkan melalui selang yang dipasang ke tangan pasien. Penjepit selang diatur agar tetesan cairan infus konsisten.
2. Pompa listrik
Pada metode pompa listrik, infus diberikan ke pembuluh darah pasien dengan bantuan pompa bertenaga listrik. Kecepatan dan volume cairan infus dapat diatur sesuai kebutuhan.
Setelah menentukan metode penyaluran yang sesuai dengan kondisi pasien, prosedur pemasangan infus kira-kira sebagai berikut:
- Pembersihan area yang akan ditusukkan jarum dengan alkohol untuk menjaga kesterilan
- Suntikan jarum yang telah disambung dengan selang infus ke pembuluh vena
- Kontrol setiap beberapa jam untuk memeriksa kondisi infus dan melakukan penggantian jika cairan sudah habis
Efek Samping Infus
Pemakaian infus dapat menyebabkan beberapa efek samping, terutama jika pemasangan dan penggunaannya tidak benar. Efek samping juga bergantung pada sensitivitas tubuh pasien terhadap cairan yang diberikan.
Berikut adalah beberapa efek samping yang perlu diketahui:
1. Dehidrasi
Dehidrasi terjadi saat asupan cairan infus kurang dari yang dianjurkan. Keadaan ini juga bisa menyebabkan gagal ginjal jika tidak ditangani dengan cepat. Oleh karena itu, penting bagi perawat untuk mengontrol penggunaan infus pada pasien.
2. Infeksi
Infeksi bisa terjadi jika jarum, kateter, dan peralatan lain yang digunakan dalam prosedur ini tidak steril. Kuman dan bakteri dapat dengan mudah masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan infeksi. Pastikan petugas medis menggunakan peralatan yang steril.
3. Kerusakan Jaringan
Pemasangan jarum dan kateter harus dilakukan dengan hati-hati. Pemasangan yang tidak tepat dapat menyebabkan infiltrasi, di mana cairan infus menyebar ke jaringan di sekitarnya daripada masuk ke pembuluh darah. Kondisi ini bisa sangat berbahaya dan harus segera ditangani.
4. Edema Paru
Pada kasus yang lebih serius, penggunaan infus yang terlalu banyak bisa menyebabkan penumpukan cairan pada paru-paru, yang disebut edema paru. Peran petugas medis sangat penting dalam menjaga pasien mendapat asupan cairan yang tepat.
5. Gagal Jantung
Gagal jantung adalah kondisi serius yang jarang terjadi akibat pemberian infus yang berlebihan.