Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Infeksi Postpartum: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Myles Bannister

Setelah melahirkan, ibu masih perlu pemeriksaan kesehatan untuk mencegah infeksi postpartum. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa menyebabkan komplikasi yang berbahaya.

Apa itu Infeksi Postpartum?

Infeksi postpartum terjadi setelah melahirkan, baik melalui persalinan normal (vagina) maupun operasi caesar. Kondisi ini juga dapat terjadi beberapa minggu setelah melahirkan.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), infeksi postpartum merupakan penyebab kematian terbesar kedua yang berkaitan dengan kehamilan, dengan tingkat kematian sebesar 13.9 persen. Risiko kematian lebih tinggi pada wanita dengan riwayat penyakit kronis, seperti diabetes dan penyakit jantung.

Beberapa infeksi yang biasanya terjadi setelah melahirkan yaitu infeksi rahim (endometritis), infeksi payudara (mastitis), infeksi saluran kemih (ISK), dan infeksi pada luka sayatan operasi caesar.

Gejala Infeksi Postpartum

Secara umum, gejala infeksi postpartum sama dengan gejala infeksi pada umumnya, yaitu demam, nyeri pada seluruh tubuh, menggigil, kehilangan nafsu makan, dan ketidaknyamanan.

Pada kondisi yang lebih parah, infeksi dapat menyebabkan gejala berikut ini:

  • Nyeri di daerah pinggang atau panggul akibat peradangan rahim.
  • Kulit pucat akibat kehilangan darah.
  • Nyeri perut bagian bawah.
  • Kelelahan.
  • Keputihan yang tidak normal, misalnya berbau busuk.
  • Detak jantung meningkat akibat kehilangan darah.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri dan kesulitan saat buang air kecil.
  • Pembengkakan dan nyeri pada payudara.
  • Nyeri pada luka sayatan operasi caesar.

Gejala-gejala ini mungkin baru muncul beberapa hari setelah melahirkan, sehingga diagnosis tidak bisa langsung ditegakkan. Oleh karena itu, penting untuk mengenali gejala infeksi ini, bahkan setelah Anda pulang dari rumah sakit atau fasilitas kesehatan tempat melahirkan.

Penyebab Infeksi Postpartum

Infeksi postpartum dapat terjadi karena bakteri masuk ke dalam tubuh ibu saat melahirkan. Beberapa jenis bakteri yang menjadi penyebab infeksi ini adalah Streptococcus, Staphylococcus, dan bakteri lainnya.

Bakteri akan menyerang kulit atau jaringan yang rusak. Selain itu, lingkungan di bawah perut yang lembab dan hangat menjadi tempat yang ideal bagi bakteri untuk berkembang.

Infeksi postpartum dimulai di dalam rahim saat ketuban pecah. Bakteri bisa masuk ke dalam rahim melalui cairan ketuban yang terinfeksi.

Berikut adalah beberapa penyebab infeksi postpartum yang perlu diwaspadai, berdasarkan jenis infeksinya:

1. Endometritis

Endometritis adalah infeksi yang terjadi pada endometrium atau lapisan dalam rahim. Anda berisiko mengalami endometritis jika melahirkan dengan operasi caesar, dan risikonya lebih tinggi jika Anda pernah melahirkan sebelumnya.

Selain itu, wanita hamil yang mengalami proses persalinan yang lama juga berisiko lebih tinggi mengalami endometritis dibandingkan dengan persalinan melalui vagina.

2. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi postpartum yang dapat terjadi setelah melahirkan atau saat sedang dalam masa nifas.

Risiko infeksi biasanya meningkat jika seorang wanita menerima obat bius epidural atau menggunakan kateter urine selama persalinan.

3. Mastitis

Mastitis adalah infeksi atau peradangan yang terjadi setelah melahirkan, khususnya pada salah satu atau lebih saluran payudara.

Infeksi ini biasanya terjadi dalam dua bulan setelah melahirkan atau saat ibu sedang menyusui. Jika tidak diobati, kondisi ini dapat menjadi lebih serius dan mempengaruhi produksi ASI.

4. Infeksi Jahitan Persalinan

Baik melahirkan secara normal maupun melalui operasi caesar, Anda berisiko mengalami infeksi pada jahitan saat melahirkan.

Pada ibu yang melahirkan secara normal, risiko infeksi terjadi saat episiotomi dilakukan. Sedangkan pada ibu yang melahirkan dengan operasi caesar, infeksi dapat terjadi pada luka sayatan.

Sebanyak 16% wanita yang melahirkan dengan operasi caesar mengalami infeksi dalam satu minggu setelah melahirkan.

Faktor Risiko

Risiko terkena infeksi postpartum bervariasi pada setiap ibu yang baru melahirkan dan dapat bergantung pada metode persalinan yang digunakan.

Secara umum, risiko infeksi postpartum berdasarkan metode persalinan adalah sebagai berikut:

  • Persalinan melalui vagina: 1-3 persen.
  • Persalinan melalui operasi caesar yang terjadwal: 5-15 persen.
  • Persalinan melalui operasi caesar yang tidak terjadwal: 15-20 persen.

Selain metode persalinan, ada beberapa faktor risiko lain yang dapat meningkatkan risiko infeksi postpartum, antara lain:

  • Belum pernah hamil sebelumnya.
  • Obesitas.
  • Infeksi bakteri pada vagina (bacterial vaginosis).
  • Anemia.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Masalah sistem kekebalan tubuh.
  • Infeksi menular seksual.
  • Usia kehamilan yang ekstrem, terlalu muda atau terlalu tua.
  • Jarak antara pecahnya ketuban dengan persalinan terlalu lama.
  • Pemeriksaan vagina yang terlalu sering selama persalinan.
  • Feses bayi di cairan ketuban.
  • Penggunaan kateter untuk melunakkan serviks saat persalinan.
  • Penggunaan alat bantu persalinan yang tidak steril.
  • Persalinan yang berlangsung lama.
  • Sisa plasenta di rahim setelah persalinan.
  • Pertumbuhan berlebih bakteri Streptococcus grup B di vagina.
  • Perdarahan berlebih setelah persalinan (perdarahan postpartum).

Diagnosis Infeksi Postpartum

Infeksi postpartum dapat didiagnosis setelah dokter melakukan berbagai pemeriksaan, termasuk pemeriksaan fisik. Riwayat kesehatan ibu juga akan dievaluasi untuk menegakkan diagnosis.

Dokter juga akan melakukan pemeriksaan lain yang dapat mendukung diagnosis, seperti mengukur suhu tubuh, memeriksa perdarahan, nyeri, dan keputihan.

Pada beberapa kasus, dokter mungkin juga akan merekomendasikan sejumlah pemeriksaan tambahan, seperti:

  • Tes darah: Sampel darah diambil untuk memeriksa adanya infeksi bakteri.
  • Tes urine: Sampel urine diambil untuk memeriksa kemungkinan adanya infeksi saluran kemih.
  • Tes pencitraan: Tes ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang adanya abses dalam organ dalam atau komplikasi lain yang terkait dengan infeksi. Tes ini dapat berupa ultrasonografi (USG) atau magnetic resonance imaging (MRI).
  • Swab vagina: Pengambilan sampel cairan vagina dengan swab dilakukan untuk mendeteksi jenis bakteri penyebab infeksi.

Pengobatan Infeksi Postpartum

Pengobatan infeksi postpartum dilakukan dengan memberikan obat-obatan yang diresepkan oleh dokter dan pengelolaan diri di rumah. Berikut penjelasan lebih lengkapnya:

1. Obat-obatan

Sebelum menentukan pengobatan untuk infeksi postpartum, dokter akan mengevaluasi jenis infeksinya dan tingkat keparahan gejalanya.

Umumnya, dokter akan meresepkan antibiotik untuk mengobati kondisi ini. Jenis antibiotik yang diberikan akan disesuaikan dengan jenis bakteri yang menyebabkan infeksi.

Pada umumnya, antibiotik dalam bentuk oral sudah cukup untuk mengobati kondisi ini. Namun, jika infeksi parah, dokter mungkin akan memberikan antibiotik melalui suntikan atau menyarankan perawatan medis lainnya.

Pada beberapa kasus, infeksi bakteri dapat menyebabkan abses, sehingga kemungkinan perlu dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan jaringan tubuh yang terinfeksi.

Pastikan untuk menghabiskan antibiotik yang diresepkan oleh dokter, meskipun gejalanya sudah berkurang atau hilang. Pastikan juga untuk menggunakan antibiotik sesuai dengan resep dokter.

2. Perawatan di Rumah

Selama perawatan medis, Anda juga perlu memperhatikan gaya hidup untuk mendukung pemulihan kondisi. Beberapa perawatan di rumah untuk mengatasi infeksi postpartum, antara lain:

  • Sebelum operasi caesar, mintalah antibiotik jika Anda memiliki risiko tinggi terkena infeksi.
  • Mandi dengan sabun atau cairan antiseptik setelah melahirkan.
  • Cukur area kemaluan dengan mesin cukur yang bersih. Hindari menggunakan pisau cukur.
  • Bersihkan luka operasi caesar secara teratur. Oleskan chlorhexidine-alcohol sebelum membersihkan luka tersebut.
  • Minum cukup air agar tubuh terhindar dari dehidrasi.
  • Peroleh istirahat yang cukup agar tubuh lebih efektif melawan infeksi.
  • Mengonsumsi obat-obatan yang diberikan oleh dokter atau bidan setelah melahirkan sesuai dengan petunjuk penggunaan.

Komplikasi Infeksi Postpartum

Infeksi postpartum jarang menyebabkan komplikasi, tetapi bisa menyebabkan masalah kesehatan lain jika tidak didiagnosis atau ditangani sejak dini.

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi akibat infeksi ini, antara lain:

  • Pembentukan abses di rahim, saluran tuba falopi, atau ovarium.
  • Peritonitis atau radang selaput perut.
  • Sepsis atau infeksi bakteri dalam aliran darah.
  • Tromboflebitis panggul, yaitu pembekuan darah di pembuluh darah panggul.
  • Emboli paru atau gumpalan darah yang menyumbat arteri di paru-paru.
  • Syok septik.

Konsultasikan pada dokter kandungan mengenai kemungkinan kondisi ini dan penanganan yang tepat jika Anda mengalaminya. Semoga informasi ini bermanfaat, Teman Sehat!

Referensi

  1. Nicholls, Emma & Akers, Mechelle Renee. 2022. Puerperal Infections. https://www.healthline.com/health/puerperal-infection. (Diakses pada 7 Agustus 2023).
  2. Wong, Andy, dkk. 2019. Postpartum Infections. https://emedicine.medscape.com/article/796892-overview?form=fpf. (Diakses pada 7 Agustus 2023).

About The Author

Bisakah Diet Buah-Buahan Bikin Kurus?

8 Obat Sakit Mata Ampuh di Apotek