Apa Itu Hiperventilasi?
Hiperventilasi adalah kondisi di mana seseorang bernapas dengan sangat cepat atau tidak normal. Bernapas yang sehat terjadi saat keseimbangan antara menghirup oksigen dan mengeluarkan karbon dioksida terjaga dengan baik.
Keseimbangan ini terganggu jika seseorang menghembuskan udara lebih banyak daripada yang dihirup. Hal ini menyebabkan pengurangan karbon dioksida dalam tubuh dengan cepat.
Kadar karbon dioksida yang rendah mempersempit pembuluh darah yang memasok darah ke otak. Berkurangnya pasokan darah ke otak ini menyebabkan gejala seperti sakit kepala dan kesemutan pada jari-jari tangan. Kondisi yang parah bisa menyebabkan kehilangan kesadaran.
Hiperventilasi juga dikenal sebagai napas cepat dan dalam, napas cepat yang tidak normal, napas berlebihan, atau pernapasan yang cepat dan dalam.
Gejala Hiperventilasi
Gejala hiperventilasi terkadang sulit untuk disadari. Beberapa gejala hiperventilasi termasuk:
- Napas pendek dan merasa kesulitan mendapatkan cukup udara
- Detak jantung lebih cepat dari biasanya
- Pusing dan penurunan kesadaran
- Nyeri atau sesak dada
- Sering menguap atau mendesah
- Kesemutan atau mati rasa pada tangan dan kaki
Gejala dan tanda hiperventilasi yang membutuhkan penanganan segera termasuk:
- Napas berlebihan yang tidak normal untuk pertama kali
- Hiperventilasi yang semakin parah meskipun sudah mencoba perawatan di rumah
- Demam
- Pendarahan
- Rasa cemas, gelisah, dan tegang
- Gangguan keseimbangan, sakit kepala, vertigo
Gejala lain yang mungkin terjadi tetapi jarang meliputi:
- Sakit kepala
- Gas, perut kembung, sendawa
- Berkeringat
- Gangguan penglihatan
- Pingsan
Jika gejala yang Anda alami berulang, segera berkonsultasilah dengan dokter karena mungkin menjadi sindrom hiperventilasi.
Penyebab Hiperventilasi
Hiperventilasi jarang terjadi pada beberapa orang. Terkadang hiperventilasi dapat terjadi sebagai reaksi terhadap panik, stres, atau fobia. Orang lain mungkin mengalami hiperventilasi karena keadaan emosional tertentu seperti depresi, kecemasan, atau kemarahan. Jika hiperventilasi sering terjadi, disebut sebagai sindrom hiperventilasi. Beberapa penyebab umum hiperventilasi termasuk:
- Pendarahan
- Penggunaan stimulan
- Overdosis obat
- Kehamilan
- Infeksi paru-paru
- Asma atau penyakit paru-paru lainnya
- Serangan jantung atau kondisi jantung lainnya
- Ketoasidosis diabetik (komplikasi gula darah tinggi pada diabetes tipe 1)
- Cedera kepala
- Berada di ketinggian lebih dari 6.000 kaki
- Sindrom hiperventilasi
- Serangan panik
- Gangguan kecemasan
- Latihan atau olahraga yang terlalu keras
Diagnosis Hiperventilasi
Hiperventilasi dapat disebabkan oleh berbagai kondisi. Penting bagi dokter untuk memeriksa semua gejala guna mengetahui penyebab hiperventilasi. Pemeriksaan dimulai dengan pemeriksaan fisik dan dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien.
Jika dicurigai ada infeksi sebagai penyebab hiperventilasi, maka dapat dilakukan pemeriksaan darah atau tes rontgen dada untuk memastikannya. Tes gas darah arteri dapat dilakukan untuk mengukur jumlah oksigen dan karbon dioksida dalam darah guna mengetahui apakah hiperventilasi telah menyebabkan penurunan karbon dioksida.
Penanganan Hiperventilasi
Jika mengalami hiperventilasi akut, tetaplah tenang. Anda juga dapat meminta bantuan orang terdekat untuk menemani Anda agar tetap tenang. Tujuan dari perawatan ini adalah untuk meningkatkan kadar karbon dioksida dalam tubuh dan memperlambat laju pernapasan. Berikut adalah beberapa penanganan hiperventilasi yang dapat dilakukan:
1. Perawatan di Rumah
Langkah awal penanganan hiperventilasi adalah dengan perawatan di rumah. Hal ini bertujuan untuk mencegah hiperventilasi menjadi lebih parah atau menunggu pertolongan selanjutnya. Beberapa teknik yang dapat Anda lakukan meliputi:
- Bernapas melalui bibir yang diperuncing
- Bernapas ke dalam kantong kertas atau tangan yang ditutup secara perlahan
- Melakukan pernapasan perut (diafragma) daripada menggunakan dada
- Menahan napas selama 10-15 detik beberapa kali
- Bernapas melalui satu lubang hidung secara bergantian dengan mulut tertutup
- Berjalan cepat atau jogging sambil bernapas melalui hidung (teknik ini dapat berhasil bagi beberapa orang)
2. Penanganan Stres
Jika Anda mengalami sindrom hiperventilasi, penting untuk mencari tahu penyebabnya. Jika penyebabnya adalah gangguan kecemasan atau stres, maka konsultasikan dengan psikolog untuk penanganan kondisi tersebut. Anda dapat mempelajari teknik penanganan stres dan teknik pernapasan untuk mengatasi hiperventilasi.
3. Akupuntur
Pengobatan alternatif dengan menggunakan akupuntur juga dapat digunakan untuk mengatasi sindrom hiperventilasi. Akupuntur adalah pengobatan Tiongkok kuno yang menggunakan jarum tipis yang ditusukkan ke dalam tubuh. Penelitian menunjukkan bahwa akupuntur dapat mengurangi kecemasan dan keparahan hiperventilasi.
4. Obat-obatan
Beberapa kondisi hiperventilasi mungkin memerlukan pengobatan dengan obat-obatan. Beberapa jenis obat yang mungkin digunakan untuk mengatasi hiperventilasi adalah alprazolam, doxepin, atau paroxetine. Obat-obatan ini hanya boleh digunakan di bawah pengawasan dokter.
Pencegahan Hiperventilasi
Hiperventilasi dapat dicegah dengan mempelajari beberapa teknik pernapasan dan relaksasi, seperti meditasi, latihan pernapasan (pernapasan lubang hidung secara bergantian, pernapasan perut, pernapasan seluruh tubuh), latihan pikiran atau tubuh (tai chi, yoga), dan juga melakukan olahraga secara teratur.
Jika mengalami gejala hiperventilasi, tetap tenang dan pertama-tama lakukanlah perawatan di rumah. Beberapa kondisi mungkin memerlukan penanganan medis jika hiperventilasi disebabkan oleh kondisi tertentu.
- “What Causes Hyperventilation?” – Sumber: https://www.healthline.com/symptom/hyperventilation. Diakses pada 24 Februari 2019.
- “What is Hyperventilation?” – Sumber: https://www.webmd.com/lung/lung-hyperventilation-what-to-do. Diakses pada 24 Februari 2019.
- “Hyperventilation: Cause and What to Do” – Sumber: https://www.medicalnewstoday.com/articles/323607.php. Diakses pada 24 Februari 2019.