Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Hipersomnia: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan

Myles Bannister

Hipersomnia adalah istilah medis untuk rasa kantuk berlebihan di siang hari setelah tidur yang cukup. Ketahui pengertian, gejala, penyebab, dan cara mengatasinya.

Apa Itu Hipersomnia?

Hipersomnia adalah kondisi di mana seseorang mengalami kantuk dan kelelahan di siang hari, walaupun telah tidur cukup sebelumnya.

Penderita hipersomnia atau excessive daytime sleepiness (EDS) dapat mengantuk di manapun dan kapan saja, seperti di tempat kerja, saat duduk, menonton TV, atau bahkan mengemudi. Mereka juga cenderung lelah, tidak berenergi, sulit konsentrasi, atau berpikir jernih.

National Sleep Foundation melaporkan bahwa hingga 40% orang mengalami gejala ini dari waktu ke waktu. Kondisi ini lebih umum pada laki-laki daripada wanita.

Gejala Hipersomnia

Gejala utamanya adalah kelelahan konstan. Penderitanya dapat tidur siang sepanjang hari, tapi tetap mengantuk nantinya. Beberapa gejala lainnya yaitu:

  • Selalu mengantuk
  • Tidur sangat lama dan sulit dibangunkan
  • Tidak berenergi
  • Lekas marah
  • Tidak bergairah
  • Gelisah
  • Tidak napsu makan
  • Berbicara lambat
  • Gangguan konsentrasi
  • Sulit mengingat

Penderita hipersomnia sebenarnya dapat bangun dan beraktivitas di siang hari, namun mereka akan terlihat kelelahan.

Kapan Harus ke Dokter?

Hubungi dokter segera jika Anda selalu merasa mengantuk, tidak bergairah, lelah, dan gelisah di siang hari. Terutama jika kantuk tersebut mengganggu aktivitas dan produktivitas Anda setiap hari.

Anda juga harus berkonsultasi jika gangguan kantuk di siang hari disebabkan oleh kondisi medis seperti narkolepsi, sleep apnea, depresi, atau cedera kepala, dan lainnya.

Penyebab Hipersomnia

Penyebabnya tergantung pada jenis hipersomnia, yaitu jenis primer dan sekunder. Berikut adalah beberapa penyebab yang umum:

  • Genetika
  • Depresi
  • Kelebihan berat badan
  • Tidak tidur cukup di malam hari
  • Cedera kepala
  • Penyakit neurologis seperti multiple sclerosis atau penyakit Parkinson
  • Efek samping obat penenang atau antihistamin
  • Gangguan pernapasan saat tidur (sleep apnea)

Hipersomnia berbeda dengan narkolepsi, di mana penderitanya mengalami serangan tidur mendadak yang tidak dapat dicegah akibat gangguan neurologis. Penderita hipersomnia masih dapat mencegah tidur dan kantuk namun akan terlihat kelelahan. Kondisi ini juga sering terjadi pada pengguna narkoba atau alkohol.

Faktor Risiko Hipersomnia

Beberapa penderita penyakit tertentu rentan mengalami kondisi ini, seperti penyakit jantung, gangguan otak, fungsi tiroid yang rendah, kondisi ginjal, atau depresi atipikal.

American Sleep Association juga menyatakan bahwa laki-laki lebih banyak mengalami kondisi ini daripada wanita. Setiap orang mungkin mengalami gejala ini dari waktu ke waktu karena jadwal dan pola tidur yang tidak teratur.

Diagnosis Hipersomnia

Dokter akan bertanya tentang kebiasaan tidur sehari-hari, berapa jam Anda tidur, dan kapan Anda tidur.

Umumnya, dokter akan melakukan diagnosis dengan beberapa metode, termasuk:

  • Sleep Diary: Catatan pola tidur Anda setiap hari.
  • Skala Kantuk Epworth: Menggunakan alat medis untuk menilai tingkat kantuk Anda.
  • Tes Latensi Tidur Berganda: Memantau pola dan jenis tidur Anda di siang hari.
  • Polysomnogram: Anda akan tidur di tempat khusus yang memonitor aktivitas otak, detak jantung, kadar oksigen, sistem pernapasan, dan gerakan mata selama tidur.

Dokter juga mungkin akan melakukan wawancara seputar masalah emosional dan kesehatan mental, atau jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu.

Jenis Hipersomnia

Ada dua jenis gangguan kantuk di siang hari, yaitu:

  • Hipersomnia Primer: Disebabkan oleh gangguan otak yang mengontrol fungsi bangun dan tidur.
  • Hipersomnia Sekunder: Disebabkan oleh kelelahan akibat kurang tidur, seperti pada penderita sleep apnea yang harus bangun beberapa kali saat tidur malam.

Kedua jenis gangguan kantuk tersebut memiliki perawatan yang berbeda. Selain itu, dokter juga akan menanganinya sesuai dengan tingkat keparahan gejala yang Anda alami.

Cara Mengatasi Hipersomnia

Berikut adalah beberapa opsi mengatasi hipersomnia:

1. Perubahan Gaya Hidup

Dokter akan memberi saran mengenai jadwal tidur yang teratur. Dokter juga akan menyarankan konsumsi makanan bergizi, membuat jadwal harian, olahraga, dan menghindari alkohol agar Anda tetap berenergi dan produktif.

2. Obat-obatan

Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan seperti:

  • Amfetamin
  • Methylphenidate (Concerta, Metadate CD, Metadate ER, Methylin, Methylin ER, Ritalin, Ritalin LA, Ritalin-SR)
  • Modafinil (Provigil)

Obat lain yang digunakan untuk mengobati hipersomnia meliputi:

  • Clonidine (Catapres)
  • Levodopa (Larodopa)
  • Bromokriptin (Parlodel)
  • Antidepresan
  • Penghambat monoamine oxidase
  • Provigil
  • Xyrem

Obat-obatan tersebut berperan sebagai stimulan untuk mengatasi kantuk dan meningkatkan energi. Menentukan cara mengatasi hipersomnia tergantung pada penyebabnya.

Cara Mencegah Hipersomnia

Tidak ada cara untuk mencegah rasa kantuk, namun Anda dapat mengelolanya dengan menjaga pola hidup yang baik. Ciptakan jadwal dan lingkungan tidur yang teratur, buat daftar aktivitas harian Anda agar hidup Anda lebih terkontrol. Selain itu, hindari konsumsi obat-obatan yang menyebabkan kantuk di siang hari.

Itulah pembahasan lengkap tentang hipersomnia, penyebab, gejala, dan pencegahannya. Hipersomnia adalah kondisi di mana seseorang mengalami rasa kantuk di siang hari dan cenderung kelelahan serta ingin tidur siang. Kondisi ini mungkin didasari oleh kebiasaan tidur atau kondisi medis tertentu.

Referensi

  1. Stubblefield, Heaven. 2019. Hypersomnia. https://www.healthline.com/health/hypersomnia. (Diakses pada 30 Juli 2020).
  2. WebMD. 2019. Sleep and Hypersomnia. https://www.webmd.com/sleep-disorders/hypersomnia. (Diakses pada 30 Juli 2020).

About The Author

Amankah bagi Ibu Hamil untuk Menyetir Mobil?

Alloris – Manfaat, Dosis, dan Efek Samping