Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Hipermetropi (Rabun Dekat): Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan

Myles Bannister

Hipermetropi adalah masalah penglihatan yang umum. Ketahui lebih lanjut mengenai Hipermetropi mulai dari gejala, penyebab, faktor risiko, pengobatan, hingga pencegahannya!

Apa Itu Hipermetropi?

Hipermetropi adalah kondisi ketika seseorang mampu melihat objek dari jarak jauh dengan baik, tetapi mengalami kesulitan dalam melihat objek dari jarak dekat. Kondisi ini juga dikenal dengan nama rabun dekat.

Rabun dekat dapat memiliki tingkat keparahan yang berbeda. Seseorang dengan rabun dekat yang parah hanya bisa melihat objek yang sangat jauh dan sulit melihat objek yang dekat. Namun, hipermetropi dapat diatasi.

Ciri dan Gejala Hipermetropi

Hipermetropi terjadi ketika bola mata lebih pendek dari ukuran normal. Ini menyebabkan cahaya yang masuk difokuskan di belakang retina, padahal seharusnya cahaya difokuskan di permukaan retina.

Beberapa gejala umum yang biasanya terjadi meliputi:

  • Penampilan objek dekat yang samar
  • Memerlukan upaya untuk memperjelas objek yang dilihat
  • Sensasi mata terbakar
  • Rasa sakit pada mata
  • Ketidaknyamanan mata atau sakit kepala setelah melihat objek dekat seperti membaca, menulis, menatap layar komputer, atau menggambar

Kapan Harus Periksa ke Dokter?

Jika Anda tidak menggunakan kacamata atau lensa kontak dan tidak memiliki gejala masalah mata serta memiliki risiko yang rendah, lakukan pemeriksaan mata dasar pada usia sekitar 40 tahun. Selanjutnya, periksakan mata dengan interval waktu berikut:

  • Setiap 2-4 tahun antara usia 40-54 tahun.
  • Setiap 1-3 tahun antara usia 55-64 tahun.
  • Setiap 1-2 tahun dimulai pada usia 65 tahun.

Jika Anda memiliki risiko tinggi penyakit mata tertentu seperti glaukoma dalam riwayat keluarga, atau memiliki penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes, frekuensi pemeriksaan harus ditingkatkan menjadi:

  • Setiap 2-4 tahun sebelum usia 40 tahun.
  • Setiap 1-3 tahun pada usia 40-54 tahun.
  • Setiap 1-2 tahun setelah usia 55 tahun.

Jika Anda menggunakan kacamata atau lensa kontak, maka periksakan mata setiap tahun.

Penyebab Hipermetropi

Hipermetropi disebabkan oleh kornea yang melengkung terlalu sedikit atau ukuran bola mata yang lebih pendek dari normal. Sebagai akibatnya, cahaya difokuskan di belakang retina, menyebabkan pandangan kabur saat melihat objek dekat.

Mata memiliki dua bagian yang berperan dalam memfokuskan cahaya, yaitu:

  • Kornea, permukaan depan mata
  • Lensa, struktur dalam mata yang berubah bentuk (akomodasi) untuk membantu memfokuskan mata pada objek

Pada mata normal, kedua elemen tersebut memiliki lengkungan yang halus dan memungkinkan gambar terfokus dengan jelas pada retina. Namun jika kornea tidak rata atau lensa memiliki masalah akomodasi, cahaya tidak difokuskan dengan tepat, dan ini menyebabkan rabun dekat.

Faktor Risiko Hipermetropi

Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan mengalami hipermetropi, yaitu:

  • Usia di atas 40 tahun
  • Memiliki orang tua dengan kondisi yang sama
  • Menderita diabetes
  • Gangguan pembuluh darah mata
  • Mengidap kanker mata

Diagnosis Hipermetropi

Dokter mata biasanya mendiagnosis hipermetropi dengan melakukan pemeriksaan mata dasar, termasuk:

  • Pemeriksaan penglihatan menggunakan eye chart
  • Pemeriksaan belakang mata dengan menggunakan cairan pelebar pupil
  • Pemeriksaan mata dengan lensa pembesar

Dokter juga dapat mencoba berbagai lensa untuk menentukan lensa yang sesuai untuk membantu pasien melihat dengan jelas.

Pengobatan Hipermetropi

Tujuan pengobatan rabun dekat adalah membantu cahaya fokus pada retina melalui penggunaan lensa korektif atau operasi refraktif. Beberapa metode pengobatan hipermetropi yang dapat dilakukan adalah:

1. Penggunaan Lensa Korektif

Orang yang masih muda mungkin tidak memerlukan lensa korektif karena lensa mata fleksibel dan bisa menyesuaikan kondisi. Namun seiring bertambahnya usia, lensa mata menjadi kurang fleksibel dan mungkin diperlukan lensa korektif untuk meningkatkan penglihatan dekat.

Beberapa jenis lensa korektif meliputi:

  • Berbagai macam kacamata, lensa trifocal, lensa progresif, dan kacamata baca
  • Lensa kontak, seperti lensa keras, lensa lembut, lensa gas permeabel, dan lensa bifokal

2. Operasi Refraktif

Operasi refraktif bertujuan untuk mengubah kelengkungan kornea. Metode operasi refraktif meliputi:

  • LASIK (Laser Keratomileusis): prosedur di mana dokter membuat flap pada kornea dan menggunakan laser excimer untuk mengubah bentuk kornea
  • LASEK (Laser-Assisted Subepithelial Keratectomy): prosedur serupa dengan LASIK, tetapi menggunakan flap yang melibatkan hanya epitel kornea
  • PRK (Photorefractive Keratectomy): prosedur yang mirip dengan LASEK, tetapi melibatkan pengangkatan epitel dan biarkan kornea tumbuh sendiri
  • CK (Conductive Keratoplasty): prosedur menggunakan energi frekuensi radio untuk menghasilkan panas pada kornea, mengubah kelengkungan kornea sehingga mempengaruhi penglihatan

Komplikasi Hipermetropi

  • Mengurangi kualitas hidup
  • Ketegangan mata
  • Ancaman keselamatan, terutama saat berkendara

Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi setelah operasi meliputi pandangan yang tidak akurat, mata kering, dan infeksi. Diskusikan dengan dokter mengenai prosedur pengobatan yang tepat untuk mata Anda.

Pencegahan Hipermetropi

Hipermetropi tidak dapat dicegah, tetapi beberapa langkah dapat dilakukan untuk memperlambat masalah penglihatan, seperti:

  • Menerapkan asupan vitamin yang baik untuk mata
  • Membaca di tempat yang cukup terang dan menghindari membaca terlalu lama
  • Mencegah diabetes
  • Periksa mata secara rutin

Referensi

  1. AIMU. 2017. Hypermetropia: Symptoms, Causes, Diagnosis, Management, and Complications. Diakses dari: https://www.aimu.us/2017/12/05/hypermetropia-symptoms-causes-diagnosis-management-and-complications/ pada tanggal 15 Juli 2020
  2. Anonim. Farsightedness. Diakses dari: https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/farsightedness/symptoms-causes/syc-20372495 pada tanggal 15 Juli 2020
  3. Anonim. Long-sight. Diakses dari: https://www.moorfields.nhs.uk/sites/default/files/Long%20sight-%208-12.pdf pada tanggal 15 Juli 2020
  4. Bergen, T. 2017. Farsightedness. Diakses dari: https://www.healthline.com/health/farsightedness#diagnosis pada tanggal 15 Juli 2020
  5. Felman, A. 2017. What to know about farsightedness. Diakses dari: https://www.medicalnewstoday.com/articles/180621 pada tanggal 15 Juli 2020

About The Author

Pulpitis – Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan