Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Hiperlipidemia: Gejala, Penyebab, Cara Mengobati, Pencegahan, dll

Myles Bannister

Hiperlipidemia adalah penyakit yang sering kali tidak menunjukkan gejala pada kebanyakan orang. Namun, penyakit ini meningkatkan risiko penyakit jantung atau bahkan kematian. Informasi lengkap tentang definisi hiperlipidemia, gejala, penyebab, pengobatan, dan lainnya dapat ditemukan di bawah ini!

Apa Itu Hiperlipidemia?

Hiperlipidemia adalah kondisi medis di mana kadar lemak dalam darah melonjak naik, atau dikenal juga sebagai kolesterol tinggi. Dua jenis lipid utama dalam darah adalah trigliserida dan kolesterol.

Trigliserida dihasilkan ketika tubuh menyimpan kalori berlebih yang tidak dibutuhkan untuk energi. Trigliserida dapat ditemukan dalam makanan seperti daging merah dan produk susu rendah lemak. Makanan yang mengandung gula rafinasi, fruktosa, dan alkohol juga meningkatkan trigliserida.

Sedangkan kolesterol diproduksi di hati karena setiap sel di tubuh menggunakannya. Kolesterol juga ditemukan dalam makanan berlemak seperti telur, daging merah, dan keju.

Gejala Hiperlipidemia

Hiperlipidemia adalah kondisi yang sering kali tidak menunjukkan gejala apapun. Namun, orang yang menderita hiperlipidemia familial atau keturunan, dapat mengalami pertumbuhan lemak kekuningan di sekitar mata atau sendi.

Seiring waktu, penumpukan lemak berlebih dapat menyebabkan aterosklerosis. Aterosklerosis adalah penumpukan plak atau lemak yang menyumbat dinding arteri dan pembuluh darah. Kondisi ini dapat menghambat aliran darah dan dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner.

Gejala penyakit jantung koroner termasuk:

  • Nyeri dada atau terasa ditekan (angina)
  • Penyumbatan pembuluh darah di otak dan jantung
  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)
  • Serangan jantung
  • Stroke

Nilai Kadar Kolesterol Normal

Kadar kolesterol dalam tubuh yang direkomendasikan umumnya berubah seiring kondisi dan pertimbangan kesehatan. Kadar nilai kolesterol normal, di antaranya:

1. Nilai Kolesterol Total

Kadar kolesterol total kurang dari 200 mg/dL dianggap normal. Sedangkan nilai kolesterol di atas 240 mg/dL dianggap tinggi.

2. Nilai LDL

Nilai kolesterol LDL (low density lipoprotein) normal kurang dari 100 mg/dL. Sedangkan nilai kolesterol LDL di atas 190 mg/dL dianggap sangat tinggi.

3. Nilai HDL

Nilai HDL (high density lipoprotein) atau kolesterol baik harus lebih tinggi. Angka kurang dari 40 mg/dL dianggap sebagai faktor risiko penyakit jantung. Sedangkan angka dari 41 mg/dL hingga 59 mg/dL dianggap rendah. Pembacaan optimal untuk kadar HDL adalah 60 mg/dL atau lebih tinggi.

4. Nilai Trigliserida

Nilai trigliserida normal adalah kurang dari 150 mg/dL. Sedangkan nilai trigliserida di atas 200 mg/dL dianggap tinggi.

Kapan Waktu yang Tepat Harus ke Dokter?

Mengingat hiperlipidemia sering kali tidak menunjukkan gejala, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter tentang perlu atau tidaknya tes kolesterol. Anak-anak dan dewasa muda tanpa faktor risiko penyakit jantung biasanya diuji sekali antara usia 9 dan 11 dan kembali dilakukan ketika usia 17 dan 19. Sedangkan pengujian ulang untuk orang dewasa tanpa faktor risiko penyakit jantung biasanya dilakukan setiap lima tahun.

Jika hasil tes menunjukkan kadar kolesterol tidak normal, dokter mungkin menyarankan pengukuran yang lebih sering. Dokter mungkin juga menyarankan tes yang lebih sering jika memiliki keluarga dengan riwayat kolesterol tinggi, penyakit jantung, atau faktor risiko lainnya, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, atau merokok.

Penyebab Hiperlipidemia

Hiperlipidemia paling sering disebabkan oleh gaya hidup yang tidak sehat, di antaranya:

  • Pola makan tidak sehat. Mengonsumsi makanan yang mengandung banyak lemak jahat dapat menyebabkan kolesterol tinggi. Lemak jenuh dapat ditemukan di beberapa makanan, termasuk daging, produk susu, cokelat, dan makanan yang dipanggang, digoreng, dan diolah. Lemak trans juga ditemukan di beberapa makanan yang digoreng dan diolah.
  • Kurang aktivitas fisik. Orang yang banyak duduk (misalnya terlalu lama duduk saat menggunakan komputer atau ponsel dan kurang berolahraga) dapat menurunkan kadar HDL atau kolesterol baik.
  • Merokok. Mengisap rokok juga dapat menyebabkan penurunan kolesterol HDL, terutama pada wanita. Kebiasaan ini juga meningkatkan kolesterol LDL.

Faktor Risiko Hiperlipidemia

Berbagai faktor dapat meningkatkan risiko seseorang terkena hiperlipidemia:

  • Usia. Kadar kolesterol cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Meskipun jarang, orang yang lebih muda seperti anak-anak dan remaja, juga dapat memiliki kolesterol tinggi.
  • Genetik. Faktor ini juga dapat meningkatkan risiko kolesterol tinggi. Misalnya, familial hypercholesterolemia (FH) merupakan bentuk kolesterol tinggi yang diwariskan dari orang tua ke anak.
  • Obesitas. Kelebihan berat badan atau obesitas meningkatkan kadar kolesterol.
  • Ras. Ras tertentu kemungkinan memiliki risiko kolesterol tinggi. Misalnya, orang Afrika-Amerika lebih sering memiliki kadar kolesterol HDL dan LDL lebih tinggi daripada orang kulit putih.

Diagnosis Hiperlipidemia

Satu-satunya cara untuk mendeteksi hiperlipidemia adalah dengan melakukan tes darah yang disebut panel lipid atau profil lipid. Tes ini dapat menentukan kadar kolesterol pasien. Biasanya, dokter akan mengambil sampel darah dan mengirimkannya ke laboratorium untuk pengujian. Hasil tes ini dapat menunjukkan:

  • Kadar kolesterol total
  • Kadar kolesterol jahat
  • Kadar kolesterol baik
  • Kadar trigliserida

Sebelum dilakukan tes, dokter mungkin akan meminta pasien untuk berpuasa selama 8 hingga 12 jam sebelum darah diambil. Kadar kolesterol total di atas 240 mg/dL dianggap tinggi.

Namun, kadar kolesterol yang aman dapat berbeda bagi setiap individu, tergantung pada riwayat kesehatan dan kondisi kesehatan saat ini, dan sebaiknya ditentukan oleh dokter. Dokter akan menggunakan panel lipid untuk mendiagnosis hiperlipidemia.

Jenis Hiperlipidemia

Hiperlipidemia terdiri dari beberapa jenis yang berdampak berbeda pada tubuh. Dokter membaginya berdasarkan berbagai jenis lemak dan pengaruhnya pada tubuh.

Berikut adalah lima jenis hiperlipidemia:

  • Tipe I. Biasanya terjadi pada masa kanak-kanak dan termasuk tipe yang parah. Tipe ini adalah kondisi bawaan yang mengganggu pengolahan lemak normal dalam tubuh dan dapat menyebabkan sakit perut, infeksi pankreas berulang, serta pembesaran hati dan limpa.
  • Tipe II (a dan b). Tipe IIa dan tipe IIb, atau kombinasi keduanya, menghasilkan kadar kolesterol LDL yang tinggi. Tipe ini menyebabkan penumpukan lemak di kulit, di sekitar mata, dan meningkatkan risiko masalah jantung.
  • Tipe III. Tipe ini memengaruhi lipoprotein, yang terjadi saat kadar LDL dalam darah terlalu rendah, tetapi kadar HDL tetap normal. Tipe III ditandai dengan adanya xantoma atau plak kekuningan atau keabu-abuan di kelopak mata dan sekitar mata.
  • Tipe IV. Tipe ini meningkatkan kadar trigliserida dalam darah. Tipe ini juga dapat menyebabkan obesitas, glukosa darah tinggi, dan kadar insulin tinggi.

Cara Mengobati Hiperlipidemia

Perawatan biasanya melibatkan perubahan gaya hidup seperti mengonsumsi makanan rendah lemak, rutin berolahraga, menjaga berat badan sehat, dan tidak merokok. Namun, jika cara ini tidak menurunkan kadar kolesterol, dokter mungkin akan merekomendasikan pengobatan.

Pilihan pengobatan atau kombinasi obat tergantung pada berbagai faktor, termasuk faktor risiko pasien, usia, kondisi kesehatan, dan kemungkinan efek samping obat-obatan tersebut.

Berikut adalah beberapa pilihan obat yang sering digunakan dalam pengobatan hiperlipidemia:

  • Statin. Obat golongan ini dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah, termasuk atorvastatin, fluvastatin, lovastatin, pitavastatin, pravastatin, rosuvastatin, dan simvastatin.
  • Penyerap kolesterol. Menggunakan obat ezetimibe dapat membantu mengurangi kolesterol darah dengan membatasi penyerapan kolesterol dari makanan. Obat ini juga dapat digunakan bersama dengan obat golongan statin.
  • Resin pengikat asam empedu. Hati menggunakan kolesterol untuk memproduksi asam empedu, yang diperlukan untuk pencernaan. Kondisi ini dapat diobati dengan obat golongan resin pengikat asam empedu, seperti cholestyramine, colesevelam, dan colestipol, yang bertujuan menurunkan kadar kolesterol tidak langsung dengan mengikat asam empedu.
  • Injeksi. Kelas obat yang diberikan melalui injeksi atau suntikan, yang dikenal sebagai inhibitor PCSK9, dapat membantu hati menyerap lebih banyak kolesterol LDL, sehingga menurunkan kolesterol dalam darah.
  • Fibrat. Obat ini memiliki efek peningkatan kolesterol baik dan penurunan kadar trigliserida. Harap berhati-hati, karena menggunakan fibrat dengan statin dapat meningkatkan risiko efek samping dari statin.
  • Niasin. Jenis obat ini dapat menghambat kemampuan hati untuk memproduksi kolesterol LDL. Namun, niasin berisiko menyebabkan kerusakan hati dan stroke, sehingga dokter hanya menyarankannya untuk orang yang tidak dapat menggunakan statin.
  • Suplemen omega-3. Suplemen ini dapat digunakan sebagai pengobatan hiperlipidemia untuk menurunkan kadar trigliserida. Suplemen ini dapat digunakan dengan atau tanpa resep dokter. Jika ingin mengonsumsinya tanpa resep, suplemen ini dapat memengaruhi obat-obatan lain yang sedang dikonsumsi.

Komplikasi Hiperlipidemia

Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi, termasuk aterosklerosis (pengerasan atau penyempitan pembuluh darah). Hiperlipidemia juga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi), serangan jantung, dan stroke.

Cara Mencegah Hiperlipidemia

Hiperlipidemia pada dasarnya dapat dicegah dengan menghindari sejumlah penyebab dan faktor risiko yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Melakukan perubahan gaya hidup adalah cara yang efektif untuk mencegah hiperlipidemia.

Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah hiperlipidemia:

  • Rutin berolahraga beberapa kali dalam seminggu.
  • Mempertahankan berat badan yang sehat.
  • Mengonsumsi makanan rendah lemak jenuh dan trans.
  • Mengonsumsi banyak buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, dan ikan secara teratur.
  • Mengonsumsi susu skim atau susu rendah lemak.
  • Menghindari daging merah dan daging olahan, seperti sosis.
  • Mengonsumsi lemak sehat, seperti alpukat, almond, dan minyak zaitun.

Referensi

About The Author

Migrain Aura: Gejala, Penyebab, hingga Pengobatan

Mengenali Perbedaan Obstetri dan Ginekologi