Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Hepatitis D: Penyebab, Penularan, Gejala, Pengobatan, dll

Myles Bannister

Apa itu hepatitis D?

Hepatitis D adalah infeksi virus yang menyebabkan penyakit hepatitis D.

Hepatitis D, juga dikenal sebagai Delta Hepatitis, adalah hepatitis yang biasanya terjadi bersamaan dengan hepatitis B.

Virus hepatitis D, yang membutuhkan virus hepatitis B untuk bereplikasi, dapat terjadi melalui dua cara: koinfeksi dan superinfeksi.

Koinfeksi terjadi ketika seseorang tertular hepatitis D dan hepatitis B secara bersamaan. Superinfeksi terjadi ketika seseorang yang telah terinfeksi hepatitis B kemudian terinfeksi hepatitis D. Superinfeksi lebih umum terjadi pada hepatitis D.

Mirip dengan jenis hepatitis lainnya, hepatitis D dapat menular. Penyakit ini telah menyebar ke berbagai negara di dunia, terutama di Amerika Selatan. Jika tidak ditangani dengan baik, infeksi virus hepatitis D dapat menyebabkan peradangan hati bahkan gagal hati.

Jenis hepatitis D

Penyakit hepatitis D terdiri dari dua jenis berdasarkan durasi penyakit.

Berikut adalah dua jenis hepatitis D:

1. Hepatitis D akut

Hepatitis D akut adalah hepatitis D dengan durasi pendek.

Tipe ini terjadi tiba-tiba dan memiliki gejala yang lebih parah daripada hepatitis D kronis. Pada beberapa kasus, gejala hepatitis D akut hampir sama dengan gejala hepatitis jenis lainnya.

2. Hepatitis D kronis

Hepatitis D kronis terjadi ketika seseorang terinfeksi hepatitis D selama 6 bulan atau lebih. Pada hepatitis D kronis, terdapat risiko komplikasi seperti sirosis hati.

Penyebab hepatitis D

Hepatitis D disebabkan oleh virus hepatitis D. Infeksi virus ini terjadi melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita. Seseorang akan terinfeksi hepatitis D hanya jika mereka juga terinfeksi hepatitis B secara bersamaan.

Faktor risiko terkena hepatitis D termasuk:

  • Riwayat hepatitis B
  • Gagal dalam menjalani pengobatan dan pencegahan hepatitis B
  • Penyalahgunaan narkoba yang melibatkan penyuntikan
  • Pekerja seks komersial
  • Berpasangan dengan penderita hepatitis D atau hepatitis B
  • Menerima terapi obat melalui suntikan atau infus
  • Menerima transfusi darah
  • Kontak dengan imigran dari negara dengan tingkat prevalensi hepatitis D yang tinggi

Cara penularan hepatitis D

Cara penularan hepatitis D mirip dengan hepatitis B, yaitu melalui kontak dengan cairan tubuh penderita seperti darah, cairan vagina, air mani, dan air seni.

Hepatitis D dapat ditularkan dari ibu ke anak selama persalinan. Namun, seseorang hanya akan terinfeksi virus hepatitis D jika mereka sudah terinfeksi virus hepatitis B.

Gejala hepatitis D

Hepatitis D dapat menyebabkan beberapa gejala, meskipun pada beberapa kasus tidak ada gejala yang muncul. Gejalanya mirip dengan hepatitis B, sehingga sulit untuk dibedakan.

Gejala hepatitis D yang umum dan perlu diwaspadai antara lain:

  • Demam
  • Mual dan muntah
  • Sakit perut
  • Merasa lelah
  • Hilangnya nafsu makan
  • Kulit dan mata menguning (ikterus)
  • Urin berwarna gelap
  • Tinja berwarna pucat
  • Nyeri otot dan sendi
  • Ruam kulit

Penderita hepatitis D dapat mengalami gejala hepatitis B yang lebih parah. Mereka yang sebelumnya tidak mengalami gejala hepatitis B dapat mengalami gejala ketika mereka terinfeksi hepatitis D.

Kapan harus ke dokter?

Jika Anda mengalami gejala hepatitis D yang telah disebutkan, segeralah berkonsultasi dengan dokter. Dokter akan melakukan beberapa tindakan untuk diagnosis yang akurat sehingga pengobatan yang tepat dapat dilakukan.

Diagnosis hepatitis D

Dalam rangka melakukan diagnosis hepatitis D, dokter akan mengumpulkan informasi kesehatan pasien terlebih dahulu. Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik terkait gejala yang Anda alami. Tes darah akan dilakukan untuk mendeteksi antibodi hepatitis D. Jika terdeteksi antibodi ini, maka Anda telah terpapar virus hepatitis D.

Tes fungsi hati dapat dilakukan jika ada kerusakan hati yang dicurigai. Tes tersebut bertujuan untuk mengevaluasi fungsi hati dengan mengukur kadar protein, enzim, dan bilirubin dalam darah.

Komplikasi hepatitis D

Jika tidak segera diobati, orang yang terinfeksi hepatitis D dapat mengalami komplikasi. Komplikasi akut hepatitis D jarang terjadi, tetapi bisa menyebabkan gagal hati.

Komplikasi hepatitis D kronis lebih serius dan dapat menyebabkan sirosis hati, gagal hati, dan kanker hati. Penderita hepatitis D dan B memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hepatitis B saja.

Pengobatan hepatitis D

Sampai sekarang, belum ada pengobatan langsung untuk hepatitis D. Pengobatan hepatitis D umumnya bersifat simptomatik. Pengobatan hepatitis D kronis melibatkan pemberian interferon dan obat hepatitis B.

Pencegahan hepatitis D

Pencegahan hepatitis D yang paling efektif adalah mencegah infeksi hepatitis B. Karena tanpa virus hepatitis B, tidak akan ada hepatitis D. Pencegahan hepatitis B dapat dilakukan dengan vaksinasi hepatitis B. Selain itu, menghindari faktor risiko hepatitis D juga merupakan langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah penyakit ini.

Sumber:

  1. CDC: Hepatitis D. https://www.cdc.gov/hepatitis/hdv/index.htm [diakses pada 8 Juli 2019]
  2. WHO: Hepatitis D. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-d [diakses pada 8 Juli 2019]
  3. WebMD: What Is Hepatitis D? https://www.webmd.com/hepatitis/hepatitis-d-overview#1 [diakses pada 8 Juli 2019]
  4. Healthline: Hepatitis D. https://www.healthline.com/health/delta-agent-hepatitis-d [diakses pada 8 Juli 2019]
  5. SAHealth: Hepatitis D – including symptoms, treatment and prevention. https://www.sahealth.sa.gov.au/wps/wcm/connect/public+content/sa+health+internet/health+topics/health+conditions+prevention+and+treatment/infectious+diseases/hepatitis/hepatitis+d+-+including+symptoms+treatment+and+prevention [diakses pada 8 Juli 2019]
  6. NIH: Hepatitis D. https://www.niddk.nih.gov/health-information/liver-disease/viral-hepatitis/hepatitis-d [diakses pada 8 Juli 2019]
  7. ClevelandClinic: Hepatitis D. https://www.clevelandclinicmeded.com/medicalpubs/diseasemanagement/hepatology/hepatitis-D/ [diakses pada 8 Juli 2019]

About The Author

Acyclovir – Dosis dan Indikasi untuk Anak

Amankah bagi Ibu Hamil untuk Menyetir Mobil?