Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Happy Hypoxia, Gejala Baru COVID-19 yang Membahayakan

Myles Bannister

Happy hypoxia dilaporkan sebagai gejala COVID-19 terbaru, yaitu penurunan kadar oksigen tanpa gejala. Ketahui apa itu happy hypoxia, gejala, penyebab, dan pengaruhnya pada pasien COVID-19.

Apa Itu Happy Hypoxia?

Happy hypoxia adalah gejala baru yang belakangan ini dilaporkan terjadi pada beberapa pasien COVID-19. Hypoxia adalah kadar oksigen dalam darah di bawah normal yang umumnya disebabkan oleh komplikasi asma, penyakit paru-paru, atau jantung.

Tekanan parsial oksigen darah (arteri) normal sekitar 75 sampai 100 milimeter merkuri (mm Hg). Pengukuran tekanan parsial oksigen darah menggunakan analisis gas darah arteri yang rumit, namun sekarang dapat dilakukan dengan alat sederhana bernama pulse oxymery dengan barometer 96-100% untuk tekanan parsial oksigen normal.

Sementara pasien hipoksemia memiliki tekanan parsial oksigen di bawah 60 mm Hg atau di bawah 90% saat diukur dengan alat pulse oxymery. Kekurangan oksigen dalam aliran darah akan menyebabkan gangguan pernapasan, penurunan detak jantung, dan gangguan fungsi organ lainnya yang mengancam jiwa.

Sementara happy hypoxia adalah istilah untuk menjelaskan seseorang yang mengalami kekurangan kadar oksigen dalam darah (hypoxia) namun tidak menunjukan gejala hypoxia sama sekali. Artinya, pasien terlihat baik-baik saja padahal tubuhnya membutuhkan oksigen yang cukup untuk menjalankan fungsi jaringan dan organ.

Gejala happy hypoxia atau silent hypoxia ini dialami oleh pasien COVID-19 dalam laporan penelitian terbaru. Sebuah studi melaporkan bahwa 16 pasien COVID-19 dengan kadar oksigen dalam darah rendah tidak mengalami gejala sesak napas atau dispnea.

Padahal, seharusnya mereka menunjukan gejala agar efek kekurangan oksigen dapat ditangani sebelum mengganggu fungsi organ lainnya. Gejala baru COVID-19 ini masih dalam penelitian gelombang kedua virus Corona.

Gejala Happy Hypoxia

Tubuh membutuhkan oksigen untuk bernapas dan memelihara seluruh jaringan dan organ tubuh untuk tetap bekerja dengan baik. Kekurangan oksigen tentu akan membuat Anda sesak napas dan mengganggu sistem tubuh seperti kerja otak, ginjal, jantung, liver, dan organ lainnya secara berkala.

Pada penderita hypoxia, mereka akan mengalami gejala umum sebagai berikut:

  • Sesak napas
  • Napas cepat
  • Denyut nadi lambat
  • Batuk
  • Kulit pucat
  • Berkeringat
  • Kebingungan
  • Sakit kepala

Sementara pada pasien yang mengalami happy hypoxia, mereka tidak mengalami gejala gangguan pernapasan sama sekali. Walaupun mengalami kekurangan oksigen dalam darah (hypoxia), mereka tetap terlihat baik-baik saja (happy) secara fisik.

Kondisi ini sangat membahayakan karena gejala baru muncul ketika kadar oksigen darah sudah benar-benar turun (penurunan hingga 50-90%) sehingga akan menimbulkan komplikasi lain yang mengancam jiwa. Sementara itu, penelitian tentang gejala baru COVID-19 ini pun masih dikembangkan.

Penyebab Happy Hypoxia

Happy hypoxia adalah fenomena baru yang juga membingungkan para ahli. Secara ilmu biologi dan prinsip fisiologi pernapasan, manusia akan merasakan sesak napas bila kekurangan oksigen namun hal itu tidak berlaku pada pasien dengan silent hypoxia.

Berdasarkan laporan sementara, silent hypoxia terjadi akibat otak tidak merespon tingkat oksigen yang rendah. Virus Corona yang sudah menyebar di tubuh juga diduga mengecoh tubuh dan otak dalam merasakan respon serta tingkat oksigen yang sebenarnya rendah.

Sementara itu, tanpa disadari kadar oksigen dalam darah tetap menurun menyebabkan jaringan dan organ tubuh bagian dalam tidak bekerja dengan baik. Informasi terbaru tentang silent hypoxia ini menjadi perhatian para ahli karena dapat berakibat fatal.

Hipoksia umumnya disebabkan oleh komplikasi penyakit paru-paru, penyakit jantung, asma, anemia, efek samping obat, sleep apnea, atau keracunan sianida. Sementara penyebab pasti silent hypoxemia belum diketahui.

Bahaya Happy Hypoxia dalam Kasus Covid-19

Gejala COVID-19 paling umum adalah masalah pernapasan. Virus penyebab COVID-19 -virus SARS-cov-2- dapat mengurangi kadar oksigen dalam darah untuk diserap paru-paru. Pasien dengan masalah pernapasan serius akan dirawat menggunakan alat bantu pernapasan ventilator. Sebelumnya, pasien akan diperiksa menggunakan alat pengukur kadar oksigen dan detak jantung bernama pulse oxymery.

Sebaliknya, beberapa pasien COVID-19 yang mengalami penurunan kadar oksigen tidak mengalami gejala sesak napas sama sekali. Laporan tersebut diterbitkan oleh ScienceDaily pada bulan Juli 2020 dari sumber Loyola University Health System.

Gejala penurunan saturasi oksigen baru diketahui dalam keadaan kadar oksigen yang sangat rendah. Pasien akan mendadak mengalami sesak napas, kehilangan kesadaran, dan meninggal. Maka dari itu, fenomena silent hypoxemia juga dianggap sebagai silent killer (pembunuh diam-diam) pada kasus COVID-19.

Bahkan, silent hypoxia mungkin saja terjadi pada pasien COVID-19 tanpa gejala. Pasien harus waspada dan memeriksa saturasi oksigen dengan alat oximeter karena kondisi tubuh mungkin terlihat sehat dan baik-baik saja.

Tentang COVID-19

COVID-19 adalah pandemi yang disebabkan oleh virus Corona. Penyebaran virus Corona pertama kali muncul di Wuhan, Tiongkok sejak Desember 2019. Hingga bulan September 2020, penyebaran virus ini semakin masif dan potensi vaksin atau obatnya masih dalam penelitian.

COVID-19 memiliki gejala umum berupa masalah pernapasan, namun penyakit ini sangat misterius dan menunjukan gejala baru pada setiap penelitian. Gejala baru COVID-19 adalah silent hypoxia di mana pasien mengalami penurunan saturasi oksigen namun tidak menunjukan sesak napas.

Sejauh ini, seluruh ilmuwan di dunia sedang bekerja keras dalam meneliti sifat dan vaksin untuk melawan COVID-19. Setiap negara juga sudah mengatur protokol kesehatan demi mencegah penyebaran virus Corona, seperti mewajibkan penggunaan masker di tempat umum, jaga jarak, dan menghindari keramaian.

Hal lain yang paling penting untuk mencegah COVID-19 adalah dengan meningkatkan sistem imun tubuh dengan makanan sayur dan buah setiap hari, cuci tangan dengan benar, berolahraga, dan kelola stres. Selain itu, Anda juga harus mengingatkan sesama tentang pentingnya kesehatan dan kebersihan sekarang ini.

Referensi

About The Author

Atazanavir: Fungsi, Efek Samping, Dosis, Cara Pakai, dll

7 Makanan dengan Kandungan Omega 3 Terbaik untuk Otak