Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Gangguan Makan Pica: Definisi, Gejala, Penyebab, Cara Mengatasi, dll

Myles Bannister

Gangguan makan Pica adalah kebiasaan mengonsumsi benda-benda tertentu yang bukan makanan, seperti pasir atau serpihan cat. Jika gangguan makan ini tidak diatasi, penderitanya dapat mengalami keracunan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai Pica, termasuk definisi, gejala, penyebab, dan pengobatan.

Apa Itu Penyakit Pica?

Penyakit Pica adalah gangguan makan kompulsif di mana seseorang mengonsumsi benda-benda yang bukan makanan. Benda yang umum dimakan dalam kasus ini termasuk kotoran, tanah liat, dan serpihan cat yang mengelupas. Beberapa benda lain yang jarang dimakan termasuk lem, rambut, abu rokok, dan bahkan feses.

Gangguan makan ini lebih sering terjadi pada anak-anak, memengaruhi 10% sampai 30% anak-anak usia 1 sampai 6 tahun. Namun, juga dapat terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang mengalami cacat intelektual dan perkembangan. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, wanita hamil mengalami keinginan mengidam akan benda-benda yang bukan makanan.

Tanda dan Gejala Penyakit Pica

Gejala yang terjadi terkait dengan konsumsi benda-benda yang bukan makanan. Gejala ini mungkin muncul akibat racun, kandungan beracun, dan bakteri yang terdapat dalam benda tersebut.

Beberapa gejala Pica yang mungkin terjadi antara lain:

  • Mual.
  • Nyeri atau kram di perut yang menunjukkan adanya penyumbatan usus.
  • Sembelit.
  • Diare.
  • Tukak lambung, yang dapat menyebabkan munculnya darah dalam tinja.
  • Gejala keracunan timbal, jika serpihan cat yang tertelan mengandung timbal.
  • Cedera pada gigi, seperti retak atau patah akibat mengunyah benda-benda keras.
  • Infeksi, yang dapat disebabkan oleh kuman dan parasit yang masuk ke dalam tubuh melalui benda-benda tersebut.
  • Penyumbatan usus, karena konsumsi benda-benda yang tidak dapat dicerna dan akhirnya menyumbat usus.
  • Gizi buruk.
  • Kelelahan.
  • Perubahan perilaku.
  • Masalah di sekolah.

Apa yang Dikonsumsi oleh Penderita Penyakit Pica?

Beberapa benda yang dikonsumsi oleh orang dengan penyakit Pica antara lain:

  • Kotoran.
  • Kotoran hewan.
  • Kertas.
  • Tanah liat.
  • Es.
  • Serpihan cat.
  • Pasir.
  • Kapur.
  • Batu.
  • Rambut.
  • Tumbuhan atau rumput.
  • Puntung rokok.
  • Mainan (misalnya lego).
  • Karet gelang.
  • Sampo.
  • Kain.
  • Wol.
  • Tali.
  • Bedak talek.

Kapan Harus ke Dokter?

Orang tua atau pengasuh sebaiknya segera mengonsultasikan dengan dokter jika mereka melihat perilaku tertentu pada anak, antara lain:

  • Memilih ruangan yang memiliki benda-benda yang bukan makanan.
  • Mengonsumsi benda-benda yang bukan makanan secara berulang, terutama dalam jangka waktu yang lama.
  • Mengalami masalah dengan mulut, seperti luka dan kerusakan pada gigi.
  • Adanya darah dalam tinja atau masalah di perut.

Penyakit Pica dapat menunjukkan pola makan yang tidak sehat. Oleh karena itu, penting untuk mengunjungi dokter jika terdapat keinginan mengidam yang tidak biasa dan berlangsung lebih lama dari beberapa hari.

Selain itu, penderita gangguan makan ini harus segera pergi ke unit gawat darurat (UGD) jika mengalami gejala-gejala berikut:

  • Tidak bisa buang air besar.
  • Mengonsumsi benda-benda yang mungkin mengandung timbal.
  • Kehilangan kesadaran atau perilaku yang tidak biasa setelah mengonsumsi benda-benda yang bukan makanan.

Penyebab Pica

Meskipun penyebab pasti dari penyakit Pica belum diketahui, ada beberapa kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami Pica, antara lain:

  • Gangguan perkembangan dan cacat intelektual, seperti gangguan spektrum autisme.
  • Kondisi kesehatan mental, seperti skizofrenia atau gangguan obsesif kompulsif.
  • Orang dengan kekurangan gizi atau yang menderita kelaparan, yang mengalami rendahnya kadar nutrisi seperti zat besi dan seng, yang dapat memicu keinginan mengidam tertentu.
  • Stres, seperti pada anak-anak yang mengalami pelecehan atau diabaikan atau mereka yang hidup dalam kemiskinan.
  • Pada kasus yang jarang terjadi, wanita hamil mengidam mengonsumsi benda-benda yang bukan makanan, yang mungkin berkaitan dengan kekurangan zat besi.

Faktor Risiko Pica

Penelitian menunjukkan bahwa profesional kesehatan sering mendiagnosis gangguan makan Pica selama kehamilan atau masa kanak-kanak.

Gangguan makan Pica sering kali terkait dengan kondisi kesehatan mental tertentu yang memengaruhi pikiran dan perilaku seseorang. Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang mengalami Pica antara lain:

  • Gangguan spektrum autisme atau autisme.
  • Skizofrenia.
  • Gangguan obsesif-kompulsif.
  • Cacat intelektual lainnya.

Beberapa orang lain yang mungkin memiliki risiko lebih tinggi terkena gangguan makan ini termasuk:

  • Mengalami kekurangan zat besi.
  • Kekurangan gizi.

Diagnosis Pica

Sebagian besar penderita gangguan makan Pica mengunyah benda-benda seperti kuku dan es, atau memasukkan mainan dan rambut ke dalam mulut. Perilaku ini sebenarnya adalah hal yang normal. Namun, seseorang yang didiagnosis dengan gangguan makan Pica akan terus-menerus mengonsumsi benda-benda tersebut, meskipun hal tersebut bisa menyebabkan kesakitan.

Dalam mendiagnosis Pica, dokter mungkin akan melakukan langkah-langkah berikut:

  • Memeriksa gejala fisik anak, termasuk nyeri perut atau masalah usus.
  • Menanyakan kepada orang tua apakah mereka melihat anak mereka mengonsumsi benda-benda tertentu dan sudah berapa lama perilaku tersebut terjadi, terutama jika anak berisiko tinggi (misalnya anak dengan cacat intelektual atau perkembangan).
  • Jika perilaku ini telah terjadi selama satu bulan atau lebih, dokter mungkin akan mendiagnosisnya sebagai Pica.
  • Dokter mungkin akan melakukan tes, seperti tes darah atau rontgen, untuk memeriksa kemungkinan adanya anemia, deteksi racun dalam darah, dan penemuan penyumbatan usus.
  • Dokter juga mungkin akan melakukan tes untuk memeriksa kadar zat besi dan seng dalam darah anak. Kekurangan vitamin ini dapat menjadi pemicu seseorang mengonsumsi kotoran dan tanah liat dalam beberapa kasus.

Cara Mengatasi Penyakit Pica

Perawatan untuk Pica bervariasi tergantung pada faktor penyebab yang mendasarinya. Penting bagi dokter untuk mengatasi gejala yang sering muncul akibat dari gangguan makan ini. Gejala yang terjadi berbeda-beda tergantung pada benda yang dikonsumsi. Beberapa perawatan untuk penderita gejala Pica antara lain:

  • Pengobatan untuk sakit maag.
  • Obat untuk diare atau sembelit.
  • Suplemen gizi untuk mengatasi kekurangan nutrisi.
  • Penanganan masalah medis lainnya, seperti keracunan timbal yang dapat terjadi.

Perawatan untuk Perilaku Pica

Perilaku orang dengan gangguan makan Pica memiliki karakteristik yang mirip dengan bulimia, trichophagia (menelan rambut), dan gangguan obsesif-kompulsif. Beberapa perawatan yang dapat membantu mengatasi perilaku penyakit Pica antara lain:

Mengunjungi dokter spesialis kesehatan mental atau kesehatan perilaku.

Mengikuti program modifikasi perilaku, seperti mengalihkan perhatian anak dari benda-benda tertentu dan memberikan hadiah saat memilih untuk mengonsumsi makanan daripada benda-benda yang bukan makanan.

Menggunakan obat-obatan yang dapat membantu mengurangi dorongan dan keinginan untuk mengonsumsi benda-benda tertentu.

Tenaga profesional kesehatan untuk merawat penderita Pica

Ada beberapa tenaga profesional yang terlatih dalam merawat penyakit Pica, antara lain:

  • Analis perilaku yang memiliki pengalaman dalam penilaian perilaku fungsional dan implementasi intervensi perilaku.
  • Psikolog yang memiliki pengalaman dalam analisis perilaku terapan, yaitu jenis terapi yang bertujuan untuk meningkatkan perilaku tertentu.
  • Dokter anak yang memiliki spesialisasi dalam perawatan masalah perilaku.

Itulah penjelasan mengenai gangguan makan Pica. Segera konsultasikan dengan dokter jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mulai menyukai mengonsumsi benda-benda yang bukan makanan.

Referensi

  1. Anonim. 2021. Pica. https://familydoctor.org/condition/pica/ (Diakses pada 11 November 2021).
  2. Anonim. 2021. What Are the Symptoms of Pica? https://psychcentral.com/eating-disorders/pica-symptoms (Diakses pada 11 November 2021).
  3. Christiansen, Sherry. 2020. What Is Pica? https://www.verywellhealth.com/pica-5083875 (Diakses pada 11 November 2021).
  4. Villines, Zawn. 2019. What to know about pica. https://www.medicalnewstoday.com/articles/326751 (Diakses pada 11 November 2021).

About The Author

Ikan Sarden, Menu Sehat yang Bantu Cegah Penyakit Jantung

Tes DNA: Fungsi, Cara, Syarat, dan Biaya