Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Eklampsia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatannya

Myles Bannister

Eklampsia adalah masalah kesehatan yang diwaspadai oleh ibu hamil. Ketahui lebih lanjut tentang eklampsia, termasuk ciri-cirinya, penyebabnya, faktor risikonya, serta pengobatan dan pencegahannya di bawah ini.

Apa Itu Eklampsia?

Eklampsia adalah kondisi ketika ibu hamil mengalami peningkatan tekanan darah yang diikuti oleh kejang sebelum, saat, atau setelah melahirkan. Eklampsia merupakan perkembangan dari komplikasi kehamilan sebelumnya yang disebut preeklampsia.

Kasus eklampsia jarang terjadi dan biasanya dialami oleh ibu hamil pertama kali. Eklampsia terjadi pada periode akhir kehamilan. Meskipun jarang terjadi, Anda harus tetap waspada karena kondisi ini serius dan berpotensi membahayakan ibu dan bayi dalam kandungan.

Eklampsia dapat mempengaruhi plasenta, organ yang mengirim darah, oksigen, dan nutrisi ke janin. Peningkatan tekanan darah dalam tubuh dapat menghambat aliran darah sehingga plasenta tidak berfungsi dengan baik.

Eklampsia juga dapat menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Selain itu, masalah pada plasenta juga dapat menyebabkan bayi lahir prematur untuk menjaga kesehatan ibu dan bayi.

Pada kasus tertentu, kondisi ini juga dapat menyebabkan bayi lahir mati. Selain berisiko pada bayi, ibu hamil juga berisiko mengalami eklampsia saat melakukan persalinan jika tidak melakukan teknik mengejan yang tepat.

Ciri dan Gejala Eklampsia

Eklampsia merupakan perkembangan dari preeklampsia, yang ditandai oleh gejala sebagai berikut:

  • Sakit kepala
  • Tekanan darah tinggi
  • Mual dan muntah
  • Wajah dan kaki bengkak
  • Gangguan penglihatan
  • Urine sedikit
  • Penambahan berat badan lebih dari 2 kilogram per minggu
  • Terdapat protein dalam urine

Sementara gejala eklampsia meliputi:

  • Kejang-kejang
  • Hilang kesadaran
  • Stres dan depresi

Kejang-kejang yang menjadi gejala utama eklampsia biasanya terjadi berulang. Durasi kejang biasanya sekitar 1 menit atau lebih. Awalnya, Anda akan merasakan kedutan pada wajah dan tegangnya otot.

Kemudian, tubuh akan terasa kaku dan diikuti oleh kejang. Jika tidak segera ditangani, ibu hamil dapat kehilangan kesadaran atau pingsan. Kondisi ini masuk dalam kategori kritis dan harus segera ditangani sebelum memburuk.

Karena preeklampsia dan eklampsia saling terkait, seorang ibu hamil dapat mengalami gejala-gejala ini terpisah atau bersamaan. Bahkan, dalam beberapa kasus, ibu hamil langsung mengalami gejala gangguan kehamilan ini.

Kapan Harus Memeriksakan Diri ke Dokter?

Pemeriksaan medis selama kehamilan harus dilakukan secara berkala sesuai saran dokter kandungan. Ini bertujuan untuk memastikan bahwa kehamilan berjalan dengan baik dan ibu hamil serta janin dalam kondisi yang sehat.

Namun, Anda harus segera mengunjungi dokter jika mengalami gejala-gejala yang menunjukkan preeklampsia atau eklampsia, seperti sakit kepala, mual dan muntah, dan kejang. Penanganan medis yang segera diperlukan untuk mencegah kondisi ini memburuk dan membahayakan nyawa.

Ibu hamil yang menderita tekanan darah tinggi selama kehamilan atau didiagnosis menderita preeklampsia sebaiknya memeriksakan diri ke dokter kandungan lebih sering. Bagi kehamilan normal, jadwal pemeriksaan ke dokter adalah sebagai berikut: minggu ke-4 hingga ke-28: periksakan diri satu bulan sekali, minggu ke-28 hingga ke-36: periksakan diri dua minggu sekali, dan minggu ke-36 hingga ke-40: periksakan diri satu minggu sekali.

Penyebab Eklampsia

Eklampsia terjadi saat tekanan darah meningkat. Penyebab pastinya belum diketahui. Namun, para ahli menduga bahwa ini berhubungan dengan kelainan pada plasenta, baik secara bentuk maupun fungsi.

Plasenta merupakan organ yang membawa oksigen, darah, dan nutrisi ke janin. Terdapat dua kemungkinan penyebab plasenta yang tidak normal, yaitu:

1. Proteinuria

Preeklampsia biasanya mempengaruhi fungsi ginjal. Ini ditandai dengan adanya protein dalam urine, yang disebut proteinuria. Oleh karena itu, dokter biasanya melakukan pemeriksaan urine pada setiap pemeriksaan kehamilan untuk memastikan hal ini.

Ginjal menyaring limbah dari darah dan mengubahnya menjadi urine. Namun, ginjal mencoba mempertahankan nutrisi seperti protein dalam darah untuk didistribusikan kembali ke tubuh. Jika filter ginjal, yang disebut glomeruli, rusak, protein akan masuk ke urine. Ini adalah salah satu kemungkinan ibu hamil mengalami preeklampsia yang berkembang menjadi eklampsia.

2. Tekanan Darah Tinggi

Preeklampsia terjadi ketika tekanan darah tinggi merusak arteri dan pembuluh darah. Kerusakan arteri dapat membatasi aliran darah.

Ini dapat menyebabkan pembengkakan pada pembuluh darah di otak dan janin di dalam kandungan. Jika aliran darah melalui pembuluh ini abnormal dan mengganggu fungsi otak, kejang dapat terjadi.

Selain dua faktor di atas, ada beberapa faktor lain yang diduga menjadi penyebab eklampsia, yaitu:

  • Penyakit pembuluh darah
  • Gangguan sistem saraf
  • Faktor genetik
  • Poliposis usus

Faktor Risiko Eklampsia

Beberapa faktor diklaim meningkatkan risiko eklampsia pada ibu hamil, seperti:

  • Mengalami kehamilan pertama
  • Menderita penyakit ginjal
  • Usia 35 tahun ke atas
  • Mengandung anak kembar
  • Menderita diabetes
  • Hamill usia muda
  • Menderita tekanan darah tinggi

Diagnosis Eklampsia

Diagnosis eklampsia dimulai dengan wawancara dengan pasien. Dokter akan menanyakan keluhan dan gejala yang dialami serta riwayat penyakit.

Kemudian, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pasien. Pemeriksaan penunjang juga dilakukan untuk memperkuat diagnosis. Pemeriksaan penunjang meliputi:

1. Tes Darah

Dokter akan melakukan berbagai jenis tes darah untuk mengevaluasi kondisi pasien, termasuk tes darah lengkap yang mengukur jumlah sel darah merah dan trombosit serta menguji fungsi ginjal dan hati.

2. Tes Kreatinin

Kreatinin adalah produk limbah yang dihasilkan oleh otot. Kreatinin yang berlebihan dalam darah dapat menjadi indikasi preeklampsia, meskipun juga dapat disebabkan oleh faktor lain.

3. Tes Urine

Tes urine dilakukan untuk menguji adanya protein dalam urine. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, adanya protein dalam urine atau proteinuria adalah salah satu gejala preeklampsia yang dapat berkembang menjadi eklampsia.

Komplikasi Eklampsia

Tanpa penanganan yang tepat, eklampsia dapat menyebabkan komplikasi serius bahkan kematian pada ibu hamil dan janin. Eklampsia yang tidak ditangani dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti:

  • Mengalami penyakit jantung koroner dan stroke
  • Kerusakan organ seperti gagal hati dan gagal ginjal
  • Risiko preeklampsia atau eklampsia pada kehamilan berikutnya
  • Gangguan kehamilan seperti oligohidramnion, pertumbuhan janin terhambat, solusio plasenta, atau bayi lahir prematur
  • Sindrom HELLP atau gangguan peredaran darah seperti DIC (disseminated intravascular coagulation) atau koagulasi intravaskular terdistribusi
  • Efek samping kejang seperti patah tulang, digigit lidah, cedera kepala, atau pneumonia aspirasi akibat isi lambung masuk ke saluran pernapasan
  • Kerusakan sistem saraf pusat, gangguan penglihatan, perdarahan di otak, dan bahkan kebutaan akibat kejang yang berulang

Pengobatan Eklampsia

Pengobatan eklampsia disesuaikan dengan kondisi ibu hamil. Dokter dapat memutuskan untuk melakukan persalinan segera, yang berarti bayi akan lahir prematur.

Dokter juga dapat memberikan obat antikonvulsan untuk mengatasi gejala kejang dan obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah. Pastikan Anda mendapatkan perawatan medis yang baik jika mengalami komplikasi kehamilan ini.

Anda juga akan diminta untuk melakukan beberapa tindakan berikut jika terjadi indikasi preeklampsia atau eklampsia:

  • Memantau gerakan janin
  • Memantau tekanan darah
  • Menimbang berat badan secara teratur
  • Pemeriksaan kehamilan yang lebih intensif

Pencegahan Eklampsia

Belum ada informasi yang lebih rinci tentang langkah-langkah pencegahan eklampsia. Ini karena penyebab pasti eklampsia belum diketahui.

Namun, Anda tidak perlu khawatir karena masih ada beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena eklampsia, seperti:

  • Mengikuti kunjungan rutin ke dokter selama kehamilan
  • Menjaga berat badan tetap ideal sebelum dan selama kehamilan
  • Menghindari rokok dan alkohol
  • Mengonsumsi suplemen sesuai saran dokter kandungan
  • Jika berisiko preeklampsia, penggunaan aspirin dapat mencegah eklampsia, tetapi harus sesuai dengan saran dokter kandungan Anda.

Itulah beberapa hal yang perlu diketahui tentang eklampsia, termasuk ciri-ciri, penyebab, pengobatan, dan pencegahannya. Semoga dengan informasi ini, Anda dapat lebih memahami kondisi ini dan memperhatikannya dengan lebih baik.

Referensi

  1. Anonim. Eclampsia. https://medlineplus.gov/ency/article/000899.htm (Diakses pada 4 Agustus 2020)
  2. Keating, K. 2017. Everything you need to know about eclampsia. https://www.medicalnewstoday.com/articles/316255 (Diakses pada 4 Agustus 2020)
  3. Macon, B. 2018. Eclampsia. https://www.healthline.com/health/eclampsia#diagnosis (Diakses pada 4 Agustus 2020)

About The Author

Recolfar: Manfaat, Dosis, Petunjuk Penggunaan, Efek Samping

Jenis Lemak: Jenuh dan Tak Jenuh – Definisi, Sumber, Perbedaan, Saran Asupan Harian, dll