Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Efektivitas Coitus Interruptus Sebagai Kontrasepsi Alami?

Myles Bannister

Kontrasepsi yang Masih Dikhawatirkan

Meski merencanakan KB bisa dilakukan oleh pasangan kapan saja, beberapa orang tidak menyukai kontrasepsi konvensional yang ada. KB jenis hormonal seperti pil dan suntik memiliki risiko menyebabkan kenaikan berat badan dan gangguan seksual pada wanita. Pada pria, kontrasepsi seperti IUD bisa menyebabkan ketidaknyamanan saat berhubungan seks.

Namun, untuk mengatasi ketidaknyamanan saat berhubungan seks dan mencegah kenaikan berat badan, beberapa pria memilih untuk melakukan ejakulasi di luar. Mereka tidak menggunakan kondom saat berhubungan seks dan ejakulasi dilakukan di luar vagina. Tapi apakah cara ini efektif dalam mencegah kehamilan?

Ejakulasi di Luar dan Peluang Kehamilan

Ketika pria berhasil melakukan ejakulasi di luar saat mencapai orgasme, karena ejakulasi dilakukan di luar tubuh, peluang pembuahan menjadi sangat kecil. Setidaknya menurut penelitian, ada kemungkinan sebesar 4% bahwa pria masih dapat membuahi dan sperma dapat masuk ke tuba falopi untuk bertemu dengan sel telur.

Resiko ini kecil karena pria masih mengeluarkan cairan pra-ejakulasi. Cairan ini mengandung sedikit sperma. Jika pria melakukan penetrasi, kemungkinan cairan ini akan masuk ke serviks, kemudian rahim, dan akhirnya menunggu sel telur di tuba falopi. Meskipun upaya ini mencegah kehamilan, tetapi masih ada peluang kehamilan walaupun kecil. Kalau Anda sudah memiliki cukup banyak anak atau ingin menjaga jarak kehamilan yang tidak terlalu dekat, melakukan jenis hubungan seks ini sangat berisiko.

Melahirkan secara alami memungkinkan bagi wanita yang sehat dan tidak ada cacat. Namun, jika Anda hamil hanya beberapa waktu setelah melahirkan, kemungkinan besar akan ada masalah dengan kesehatan wanita. Oleh karena itu, lebih baik menggunakan metode kontrasepsi untuk merasa lebih aman.

Kegagalan Ejakulasi di Luar Vagina

Saat melakukan coitus interruptus, sebenarnya tidak selalu mudah untuk pria untuk menarik penisnya tepat pada waktunya. Terkadang karena kurangnya kontrol diri, pria bisa saja mengeluarkan air mani di dalam vagina, meskipun tidak benar-benar dalam. Ini berarti kemungkinan sperma masuk menjadi lebih tinggi.

Misalnya, sperma yang keluar di luar vagina masih mungkin mengandung sperma yang aktif dan bergerak. Banyak orang menganggap bahwa sperma yang keluar di luar akan mati dengan segera dan tidak mungkin terjadinya pembuahan. Namun, sperma masih bisa hidup selama 5-10 menit di luar. Ini berarti masih mungkin terjadi pembuahan meskipun sperma berada di luar tubuh.

Lebih baik mewaspadai risiko dari awal daripada menganggap remeh hal-hal yang dianggap biasa. Terutama ketika sedang dalam suasana senang, pasangan sering melupakan diri dan akhirnya terjadi ejakulasi di dalam tubuh wanita yang sedang dalam masa subur. Kehamilan tetap mungkin terjadi meskipun tidak diinginkan.

Lebih baik melindungi diri dengan melakukan hubungan seks yang aman. Gunakan kondom sebagai alat pengaman yang lebih aman dan terjangkau.

Apa Risiko dari Ejakulasi di Luar?

Selain kemungkinan kecil hamil, melakukan coitus interruptus sebenarnya tidak disarankan. Meskipun dapat menunda kehamilan, masih ada risiko sebagai berikut.

  • Penularan penyakit menular seksual seperti HIV, gonore, dan klamidia. Risiko penularan penyakit ini tinggi jika berhubungan seks tanpa kondom. Kecuali kedua pasangan yakin bahwa keduanya bersih dan tidak ada infeksi, melakukan seks tanpa kondom bisa tetap aman, meskipun risiko kehamilan tetap ada.
  • Kemungkinan kehamilan yang tidak diinginkan masih tinggi. Cairan pra-ejakulasi juga mengandung sperma. Banyak orang mengira bahwa cairan pra-ejakulasi ini tidak mengandung sperma. Namun, sperma ini dapat membuahi sel telur tanpa terjadi ejakulasi di dalam vagina.
  • Membuat pasangan menjadi kurang waspada saat berhubungan seks. Terutama bagi mereka yang sering berganti-ganti pasangan. Asalkan ejakulasi dilakukan di luar tubuh, maka tidak akan ada penularan penyakit seksual. Namun, jika ada pertukaran cairan genital, masih ada kemungkinan terkena penyakit, bahkan tanpa ejakulasi.
  • Kurangnya kesadaran untuk melakukan seks yang aman. Hal ini sangat berbahaya jika dilakukan oleh mereka yang kurang paham tentang penyakit atau pasangan yang tidak menikah.

Jika Anda ingin menunda kehamilan dengan pasangan resmi, lebih baik menggunakan alat pengaman seperti kondom atau menggunakan metode kontrasepsi yang membuat hubungan seks lebih aman dan kurang berisiko. Jika tidak menyukai metode kontrasepsi tertentu, ada banyak pilihan lain dengan efek samping yang lebih kecil.

Semoga ulasan di atas dapat menjadi referensi saat Anda akan berhubungan seks dengan pasangan. Lebih baik melakukan hubungan seks yang aman daripada mendapatkan risiko yang besar.

Sumber:

  1. Sutton, Jandra. 2019. 7 FAQs About the Pull Out Method (Withdrawal). https://www.healthline.com/health/healthy-sex/pull-out-method. (Diakses pada 29 September 2019).
  2. Web MD. Pull Out Method (Withdrawal). https://www.webmd.com/sex/birth-control/pull-out-withdrawal. (Diakses pada 29 September 2019).
  3. Planned Parenthood. Withdrawal (Pull Out Method). https://www.plannedparenthood.org/learn/birth-control/withdrawal-pull-out-method. (Diakses pada 29 September 2019).
  4. IPPF. 2018. Myths and facts about… the withdrawal method. https://www.ippf.org/blogs/myths-and-facts-about-withdrawal. (Diakses pada 29 September 2019).

About The Author

5 Resep Kurma Coklat yang Lezat dan Praktis (Dijamin Ketagihan)

Volume Sel Darah Merah (MCV): Nilai Normal dan Kondisi Abnormal