Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Doping: Jenis, Risiko, Cara Kerja, dan Aturan Penggunaan

Myles Bannister

Doping adalah zat terlarang yang digunakan untuk meningkatkan performa. Apakah zat ini memengaruhi kesehatan? Bagaimana cara kerjanya dan aturan penggunaannya? Temukan penjelasannya di bawah ini.

Apa itu Doping?

Istilah doping mengacu pada penggunaan obat-obatan atau metode terlarang pada atlet. Zat terlarang termasuk stimulan, hormon, diuretik, narkotika, dan ganja. Metode terlarang meliputi enhancement of oxygen transfer, chemical and physical manipulation, dan gene doping.

Pada tahun 1904, penggunaan zat ini pertama kali dicatat di Olimpiade ketika seorang pelari disuntik dengan strychnine untuk meningkatkan kecepatan dan kekuatan.

Beberapa pengertian lain dari doping adalah:

  • Pemberian obat/bahan secara oral/parenteral kepada seorang olahragawan dalam kompetisi, untuk meningkatkan prestasi secara tidak wajar.
  • Pemberian/penggunaan bahan asing bagi organisme dengan tujuan meningkatkan prestasi.

Berbagai Zat yang Masuk Dalam Kategori Doping

Menurut Lembaga Anti Doping Indonesia (LADI), berikut adalah zat terlarang yang digunakan oleh atlet:

Stimulants

Stimulants adalah obat yang memengaruhi susunan saraf pusat. Obat ini meningkatkan kesegaran fisik, mengurangi kelelahan, dan meningkatkan semangat namun mengurangi kewaspadaan.

Amfetamin dan senyawa sejenis adalah stimulan yang paling problematik.

Narkotika

Penggunaan narkotika pada umumnya untuk menyembuhkan rasa nyeri akibat cedera olahraga. Namun, ini tidak mengobati penyebab nyeri dan dapat menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis.

Cannabinoid

Cannabinoid berasal dari ganja atau hashish. Zat aktifnya adalah tetrahydrocannabinol (THC).

Steroid Anabolik

Steroid anabolik digunakan oleh atlet untuk meningkatkan massa otot, tenaga, kekuatan, nafsu makan, dan semangat bertanding.

Hormon Peptida

Senyawa ini termasuk hormone Chorionoc gonadotropin (hCG), Lutenizing hormone (LH), growth hormone (hGH), insulin like growth factor (IGF-1), erythropoietin (EPO), insulin, dan corticotrophins.

Beta-2 Agonists

Beta-2 Agonists umumnya digunakan untuk mengobati asma, tetapi jika berada di dalam darah akan memiliki efek anabolik.

Senyawa dengan Aktivitas Anti Oestrogenic

Senyawa ini digunakan sebagai terapi hormon pada penderita kanker payudara, seperti aromatase inhibitor dan tamoxifen. Senyawa ini dapat disalahgunakan untuk menghilangkan efek samping dari steroid anabolik.

Masking Agents

Ini adalah zat yang mengganggu pengeluaran zat terlarang dan dapat menyembunyikannya dalam sampel urine atau mengubah kondisi darah.

Glucocorticosteroid

Glucocorticosteroid adalah antiinflamasi kuat yang digunakan untuk mengobati kondisi inflamasi kronik seperti asma, arthritis, reaksi alergi, dan inflamasi sendi.

Metode Penggunaan Doping

Zat terlarang ini masuk ke dalam tubuh dengan cara:

Meningkatkan transfer oksigen

  • Doping darah, menggunakan darah sendiri (autologous), darah orang lain yang homologous, heterologous, atau produk sel darah merah dari sumber apa pun.
  • Menggunakan produk yang meningkatkan ambilan dan penghantar oksigen.

Manipulasi kimiawi dan fisik

  • Merusak atau mengubah integritas dan validitas sampel yang dikumpulkan selama pengawasan doping.
  • Injeksi intravena, kecuali dalam keadaan medis akut yang dilindungi oleh therapeutic use exemption.

Doping gen

Penggunaan sel, gen, elemen gen, atau modulasi ekspresi gen untuk meningkatkan kinerja atlet.

Alasan Larangan Penggunaan Doping

International Olympic Committee (IOC) melarang penggunaan zat ini dalam kompetisi karena:

  • Alasan etis. Penggunaan zat terlarang melanggar norma fairplay dan sportivitas yang menjadi dasar olahraga.
  • Alasan medis. Zat ini dapat membahayakan keselamatan dan menyebabkan ketergantungan obat yang berisiko pada nyawa.

Risiko Penggunaan Doping

Penggunaan doping dapat menyebabkan kebiasaan dan ketergantungan obat. Gangguan kesehatan yang terjadi tergantung pada jenis zat yang digunakan:

  • Morfin. Memengaruhi sistem saraf pusat dan dapat menyebabkan analgesia, rasa kantuk, perubahan mood, dan depresi pernapasan.
  • Steroid anabolik. Dapat menyebabkan sifat maskulin pada wanita, gangguan pertumbuhan, kanker hati, impotensi, dan peningkatan suhu tubuh.
  • Hormon peptida. Dapat menyebabkan tremor, kecemasan, hipertensi, risiko pembekuan darah, stroke, dan serangan jantung.
  • Beta blocker. Menurunkan denyut jantung tetapi memiliki efek samping gangguan tidur, penyempitan saluran pernapasan, dan penurunan tekanan darah.

Regulasi

Menurut World Anti-Doping Code dari World Anti-Doping Agency (WADA) pada tahun 2008, suatu zat atau pengobatan dianggap doping jika memenuhi dua dari tiga kriteria berikut:

  • Meningkatkan kinerja.
  • Menimbulkan risiko bagi kesehatan atlet.
  • Bertentangan dengan semangat olahraga.

Penggunaan zat terlarang untuk meningkatkan kemampuan atlet membuat pertandingan tidak adil. Sebagai tokoh masyarakat atau teladan, seorang atlet harus menjadi model yang dapat ditiru oleh semua orang.

Referensi

  1. Anonim. What is “doping” and why do athletes do this?. https://www.acmt.net/cgi/page.cgi/_zine.html/Ask_A_Toxicologist/What_is_doping_and_why_do_athletes_do_this_. (Diakses pada 26 April 2021).
  2. Effendi, Hastria. 2015. Tinjauan Pengetahuan Doping Atlet Binaraga Sumatera Barat Tahun 2015. (Diakses pada 26 April 2021).
  3. Royana, Ibnu Fatkhu. Doping Dalam Olahraga. (Diakses pada 26 April 2021).

About The Author

Cara Mengatasi Social Anxiety Disorder yang Paling Efektif

Gangguan Elektrolit: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dll