Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Difteri: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Myles Bannister

Difteri adalah infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae yang membuat toksin (racun) di tubuh. Infeksi ini dapat menyebabkan kesulitan bernapas, gagal jantung, kelumpuhan, dan bahkan kematian. Berikut adalah gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatan difteri yang perlu Anda ketahui.

Apa Itu Difteri?

Difteri adalah infeksi bakteri serius yang biasanya memengaruhi selaput lendir hidung dan tenggorokan. Penyakit ini jarang terjadi di negara maju karena vaksinasi yang luas terhadap penyakit ini.

Bagi mereka yang tidak divaksinasi, difteri dapat menimbulkan komplikasi serius seperti masalah saraf, gagal jantung, dan bahkan kematian. Namun, kondisi ini dapat diobati dengan obat-obatan.

Gejala Difteri

Difteri dapat menginfeksi saluran pernapasan atau kulit. Gejalanya tergantung pada area yang terkena. Berikut adalah gejala yang mungkin Anda alami:

Difteri Saluran Pernafasan

Bakteri ini paling sering menginfeksi sistem pernapasan dan bagian-bagian terkait. Infeksi saluran pernapasan dapat menyebabkan:

  • Kelemahan
  • Sakit tenggorokan
  • Demam ringan
  • Pembengkakan kelenjar di leher

Bakteri ini menghasilkan racun yang merusak jaringan sehat di sistem pernapasan. Dalam waktu dua hingga tiga hari, jaringan mati membentuk lapisan abu-abu tebal (gray coating) yang menumpuk di tenggorokan atau hidung.

Lapisan ini dikenal sebagai pseudomembrane dan dapat menutupi jaringan di hidung, amandel, kotak suara, dan tenggorokan. Hal ini menyebabkan kesulitan bernapas dan menelan.

Jika racun masuk ke dalam aliran darah, hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan saraf.

Infeksi Kulit

Bakteri difteri juga dapat menginfeksi kulit, menyebabkan luka terbuka atau bisul. Namun, infeksi kulit jarang menyebabkan komplikasi serius.

Kapan Harus Mencari Bantuan Medis?

Segera hubungi dokter jika Anda atau anak Anda terpapar seseorang dengan difteri. Jika anak Anda belum divaksinasi, buatlah janji dengan dokter untuk mendapatkan vaksin. Vaksin adalah cara terbaik untuk mencegah difteri.

Penyebab Difteri

Difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini biasanya berkembang di tenggorokan atau area sekitarnya. Bakteri ini dapat menyebar melalui:

  • Airborne droplets. Ketika orang yang terinfeksi bersin atau batuk, mereka melepaskan droplet berisi bakteri yang dapat dihirup oleh orang lain di sekitarnya. Difteri mudah menyebar dengan cara ini, terutama dalam kerumunan.
  • Menyentuh benda terkontaminasi. Seseorang dapat terinfeksi difteri melalui kontak dengan barang-barang orang yang terinfeksi, seperti tisu bekas atau handuk. Bakteri juga dapat ditularkan melalui luka terinfeksi.

Orang yang terinfeksi dan tidak mendapatkan perawatan khusus dapat menularkan difteri kepada orang yang belum divaksinasi. Kadang-kadang seseorang yang terpapar bakteri ini tidak menunjukkan gejala apa pun.

Faktor Risiko

Beberapa kondisi dapat meningkatkan risiko terkena difteri, antara lain:

  • Bayi dan orang dewasa yang tidak divaksinasi dengan DTaP.
  • Orang yang tinggal atau bekerja di tempat yang penuh dengan orang dan memiliki gaya hidup tidak sehat.
  • Perjalanan ke daerah dengan tingkat infeksi difteri yang tinggi.

Infeksi difteri lebih umum terjadi di negara-negara berkembang dengan tingkat vaksinasi yang rendah.

Diagnosis Difteri

Dokter mungkin mencurigai diagnosis difteri jika pasien memiliki suara serak, pembengkakan kelenjar getah bening di leher, faringitis yang tidak dapat dijelaskan, dan demam ringan. Dokter juga dapat mengambil sampel jaringan dari luka terinfeksi atau membran di tenggorokan atau hidung untuk diperiksa di laboratorium.

Pengobatan Difteri

Anak-anak dan orang dewasa yang menderita difteri biasanya dirawat di rumah sakit. Mereka dapat diisolasi di unit perawatan intensif karena infeksi ini mudah menular kepada mereka yang belum divaksinasi.

Beberapa perawatan yang dapat dilakukan termasuk:

Antibiotik

Dokter dapat meresepkan antibiotik seperti penisilin atau eritromisin untuk membunuh bakteri dan melawan infeksi ini. Penting untuk mengikuti instruksi dokter dan menghabiskan seluruh dosis antibiotik yang diberikan.

Antitoksin

Jika difteri dicurigai, dokter dapat memberikan antitoksin untuk menetralkan racun difteri dalam tubuh. Antitoksin ini diberikan melalui suntikan ke pembuluh darah atau otot. Sebelum memberikan antitoksin, dokter mungkin melakukan tes alergi kulit untuk memastikan tidak ada reaksi alergi.

Komplikasi Difteri

Jika difteri tidak diobati, infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi seperti:

Masalah Pernapasan

Racun yang dihasilkan oleh difteri dapat merusak jaringan di hidung dan tenggorokan, dan menyebabkan kesulitan bernapas.

Kerusakan Jantung

Racun difteri juga dapat merusak jaringan lain di tubuh, termasuk otot jantung. Ini dapat menyebabkan kerusakan yang berkisar dari ringan hingga berat, termasuk peradangan otot jantung (miokarditis) yang dapat menyebabkan gagal jantung dan kematian mendadak.

Kerusakan Saraf

Difteri dapat merusak saraf di tenggorokan dan menyebabkan kesulitan menelan. Saraf pada lengan dan kaki juga dapat meradang, yang dapat menyebabkan kelemahan otot.

Jika saraf yang mengendalikan otot pernapasan terkena, otot-otot ini dapat menjadi lumpuh, dan Anda mungkin memerlukan bantuan mekanis untuk bernapas.

Pencegahan Difteri

Difteri dapat dicegah dengan vaksin DTaP. Vaksin ini biasanya diberikan dalam satu suntikan bersama dengan vaksin untuk pertusis dan tetanus. Syarat vaksinasi adalah sebagai berikut:

  • Usia 2 bulan
  • Usia 4 bulan
  • Usia 6 bulan
  • Usia 18 bulan
  • Usia 6 tahun

Vaksin ini memiliki efek samping yang jarang dan biasanya ringan. Namun, vaksin hanya efektif selama 10 tahun, jadi anak Anda perlu divaksinasi ulang sekitar usia 12 tahun. Orang dewasa disarankan untuk mendapatkan suntikan diphtheria-tetanus-pertussis booster sekali. Setiap 10 tahun setelah itu, Anda akan menerima vaksin tetanus-diphtheria (Td).

Referensi

  1. Anonim. Diphtheria. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/diphtheria/symptoms-causes/syc-20351897. Diakses pada 25 Juni 2020.
  2. Anonim. Diphtheria. https://www.cdc.gov/diphtheria/index.html#:~:text=Diphtheria%20is%20a%20serious%20infection,search%20icon. Diakses pada 25 Juni 2020.
  3. MacGill, Markus. 2018. Everything you need to know about diphtheria. https://www.medicalnewstoday.com/articles/159534. Diakses pada 25 Juni 2020.
  4. Wint, Carmella. 2018. Diphtheria. https://www.healthline.com/health/diphtheria. Diakses pada 25 Juni 2020.

About The Author

Kanker: Gejala, Penyebab, Pengobatan, dan Pencegahan

8 Jenis Yogurt Bagus untuk Pencernaan dan Diet