Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Demensia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Myles Bannister

Demensia terjadi saat fungsi kognitif seperti berpikir, mengingat, dan bernalar menurun. Ini meliputi memori, keterampilan bahasa, persepsi visual, pemecahan masalah, manajemen diri, dan kemampuan fokus. Pelajari lebih lanjut tentang kondisi ini termasuk penyebabnya, gejalanya, dan bagaimana mengobatinya.

Penyebab Demensia

Demensia disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel otak yang mengganggu komunikasi mereka. Ketika sel-sel otak tidak dapat berkomunikasi dengan normal, fungsi berpikir, perilaku, dan pengaturan emosi dapat terganggu.

Perlu juga diketahui bahwa demensia dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan kesamaan penyebabnya. Beberapa penyakit lain memiliki persamaan dengan demensia, seperti yang disebabkan oleh reaksi obat atau kekurangan vitamin.

Berikut adalah beberapa jenis demensia yang terkait:

1. Demensia Progresif

Penyakit Alzheimer

Penyakit Alzheimer adalah penyebab paling umum dari demensia. Penyebab pasti penyakit Alzheimer tidak diketahui, tetapi beberapa penelitian menunjukkan keterkaitannya dengan mutasi tiga gen turunan.

Salah satu gen yang signifikan dalam meningkatkan risiko adalah apolipoprotein E4 (APOE). Faktor genetik lainnya juga dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan Alzheimer.

Demensia Vaskular

Demensia vaskular adalah jenis demensia kedua yang umumnya disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah yang memasok darah ke otak. Masalah pembuluh darah ini dapat menyebabkan stroke atau kerusakan pada serat white matter di otak.

Gejala umum demensia vaskular termasuk kesulitan dalam pemecahan masalah dan berpikir lambat. Kondisi ini sering terlihat pada orang dengan masalah memori.

Lewy Body Dementia

Lewy body dementia adalah akumulasi protein yang tidak normal dalam bentuk gelembung di otak penderita kondisi ini, Alzheimer, dan Parkinson.

Gejala umumnya mencakup halusinasi visual, kesulitan fokus dan perhatian. Tanda-tanda lainnya termasuk gerakan lambat atau tidak koordinasi, tremor, dan rigiditas (parkinsonisme).

Demensia Frontotemporal

Demensia frontotemporal adalah kelompok penyakit yang ditandai dengan kerusakan sel saraf di lobus frontal dan temporal otak, area yang terkait dengan kepribadian, perilaku, dan bahasa. Gejala umum meliputi perubahan perilaku, kepribadian, pemikiran, penilaian, bahasa, dan gerakan.

Demensia Campuran

Studi otopsi otak pada orang berusia 80 tahun dengan demensia menunjukkan bahwa banyak memiliki kombinasi beberapa penyebab seperti Alzheimer, demensia vaskular, dan Lewy body dementia.

Demensia campuran biasanya disebabkan oleh penumpukan protein di otak seperti dalam kasus Lewy body dementia dan penyumbatan aliran darah di otak seperti dalam demensia vaskular.

2. Gangguan Lain Terkait Demensia

Selain demensia progresif, ada juga gangguan lain yang terkait dengan kondisi ini:

Penyakit Huntington

Penyakit ini disebabkan oleh mutasi genetik yang menyebabkan kerusakan sel-sel saraf tertentu di otak dan sumsum tulang belakang. Gejala termasuk penurunan keterampilan berpikir yang parah, biasanya mulai muncul pada usia 30 atau 40 tahun.

Cedera Otak Traumatik

Cedera otak traumatik sering disebabkan oleh trauma kepala berulang. Orang yang berisiko mengalami cedera otak traumatik ini meliputi petinju, pemain sepak bola, atau tentara. Kondisi ini dapat menyebabkan gejala demensia seperti depresi, kehilangan memori, dan gangguan bicara. Gejala mungkin tidak muncul sampai bertahun-tahun setelah trauma.

Penyakit Creutzfeldt-Jakob

Penyakit otak langka ini biasanya tidak memiliki faktor risiko yang diketahui. Mungkin disebabkan oleh endapan protein menular yang disebut prion. Penyebab penyakit demensia ini biasanya tidak diketahui namun dapat diturunkan. Gejala penyakit ini biasanya muncul setelah usia 60 tahun.

Penyakit Parkinson

Banyak orang dengan penyakit Parkinson akhirnya mengembangkan demensia.

Mereka yang Berisiko Mengalami Demensia

Banyak faktor yang dapat menyebabkan demensia. Salah satu faktor yang tidak dapat diubah adalah usia. Beberapa faktor risiko lain yang tidak bisa diubah termasuk:

Riwayat Keluarga

Mempunyai riwayat keluarga dengan demensia meningkatkan risiko Anda terkena kondisi ini. Namun, banyak orang dengan riwayat keluarga ini tidak pernah mengembangkan demensia atau mengembangkannya tetapi tidak ada riwayat penyakit ini di keluarga mereka.

Sindrom Down

Banyak orang dengan sindrom Down mengembangkan penyakit Alzheimer pada usia paruh baya.

Usia

Risiko masalah kesehatan ini meningkat seiring bertambahnya usia, terutama setelah usia 65 tahun. Namun, demensia bukanlah bagian normal dari proses penuaan karena dapat terjadi pada orang yang lebih muda.

Faktor Risiko yang Dapat Diubah

Berikut adalah beberapa faktor risiko yang dapat dikontrol:

Diet dan Olahraga

Studi menunjukkan bahwa kurangnya olahraga meningkatkan risiko masalah otak di masa mendatang. Penelitian menunjukkan bahwa insiden demensia lebih tinggi pada orang yang mengonsumsi makanan tidak sehat dibandingkan dengan mereka yang mengikuti diet Mediterania seperti biji-bijian dan kacang-kacangan.

Asupan Alkohol

Jika Anda minum alkohol dalam jumlah besar, Anda mungkin memiliki risiko yang lebih tinggi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa alkohol dalam jumlah sedang mungkin memiliki efek perlindungan, tetapi hasil penelitiannya tidak konsisten.

Faktor Risiko Kardiovaskular

Tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, aterosklerosis (penumpukan lemak di dinding arteri), dan obesitas adalah contoh faktor risiko kardiovaskular yang dapat meningkatkan risiko demensia.

Depresi

Depresi pada usia lanjut mungkin menunjukkan perkembangan demensia, meskipun hubungan ini tidak sepenuhnya dipahami.

Diabetes

Penderita diabetes memiliki risiko lebih tinggi mengalami demensia, terutama jika diabetes tidak terkontrol dengan baik.

Merokok

Merokok dapat meningkatkan risiko demensia dan penyakit pembuluh darah.

Kekurangan Vitamin dan Nutrisi

Tingkat rendah vitamin D, vitamin B-6, vitamin B-12, dan asam folat dapat meningkatkan risiko demensia.

Gejala Demensia

Gejala demensia bervariasi tergantung pada penyebabnya. Berikut adalah beberapa gejala umum penyakit ini:

  • Perubahan kognitif.
  • Mengalami kehilangan memori, yang sering kali diketahui oleh pasangan atau orang lain.
  • Kesulitan berkomunikasi atau menemukan kata-kata.
  • Kesulitan dengan kemampuan visual dan spasial.
  • Kesulitan dalam berpikir atau menyelesaikan masalah.
  • Kesulitan menangani tugas yang rumit.
  • Kesulitan dalam perencanaan dan pengorganisasian.
  • Kesulitan dengan koordinasi dan fungsi motorik.
  • Kebingungan dan disorientasi.

Perubahan emosional dan perilaku yang mungkin terjadi meliputi:

  • Perubahan perilaku dan kepribadian.
  • Depresi.
  • Kegelisahan.
  • Perilaku tidak pantas.
  • Paranoia.
  • Agitasi.
  • Halusinasi.

Tanda dan gejala demensia dapat terjadi dalam tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Awal

Tahap awal demensia sering diabaikan karena perkembangan penyakit ini terjadi secara bertahap. Gejala umum meliputi:

  • Kehilangan daya ingat.
  • Mengalami kesulitan mengingat waktu.
  • Kelelahan mengingat tempat yang sering dikunjungi.

2. Tahap Tengah

Saat demensia berlanjut ke tahap tengah, gejala menjadi lebih jelas. Gejala yang mungkin dikenali antara lain:

  • Kelelahan mengingat kejadian baru dan nama orang.
  • Mengalami kesulitan dalam menemukan jalan di sekitar rumah.
  • Mengalami kesulitan dalam berkomunikasi.
  • Membutuhkan bantuan untuk melakukan perawatan diri.
  • Perilaku berubah seperti bertanya-tanya berulang kali.

3. Tahap Akhir

Gejala demensia pada tahap ini lebih serius dan gejala fisik menjadi lebih jelas. Gejala yang terjadi meliputi:

  • Tidak menyadari waktu dan tempat.
  • Mengalami kesulitan mengenali keluarga dan teman.
  • Memerlukan bantuan dalam melakukan kegiatan sehari-hari yang mandiri.
  • Mengalami kesulitan berjalan.
  • Perilaku berubah seperti agresi.

Kapan Harus Menghubungi Dokter?

Jika Anda atau anggota keluarga mengalami masalah ingatan atau gejala demensia lainnya, penting untuk menghubungi dokter. Beberapa kondisi medis yang dapat diobati dapat menyebabkan gejala demensia, oleh karena itu penting untuk menetapkan penyebab yang mendasarinya.

Diagnosis Demensia

Untuk mendiagnosis demensia, dokter akan mengevaluasi pola kerugian keterampilan dan fungsi serta menentukan apa yang masih dapat dilakukan. Dokter juga akan meninjau riwayat medis, gejala, dan melakukan pemeriksaan fisik. Mereka juga mungkin mewawancarai anggota keluarga atau orang-orang di sekitar pasien untuk mendapatkan informasi lebih lanjut tentang gejala yang dialami.

Perlu diperhatikan bahwa tidak ada tes tunggal yang dapat memberikan diagnosis demensia secara pasti. Dokter akan menggunakan sejumlah tes untuk membantu menentukan masalah yang mendasarinya.

Berikut adalah beberapa tes yang dapat dilakukan:

1. Tes Kognitif dan Neuropsikologis

Tes ini digunakan untuk mengevaluasi fungsi berpikir dan dapat mencakup pengukuran kemampuan memori, orientasi, penalaran, keterampilan bahasa, dan konsentrasi.

Tes neurologis juga dilakukan untuk mengevaluasi kemampuan memori, bahasa, persepsi visual, perhatian, pemecahan masalah, gerakan, indra, keseimbangan, refleks, dan area lainnya.

2. Pemindaian Otak

  • Pemindaian CT atau MRI dapat mengungkapkan bukti stroke, perdarahan, tumor, atau hidrosefalus.
  • Pemindaian PET dapat menunjukkan pola aktivitas otak dan adanya protein amiloid, yang merupakan ciri khas penyakit Alzheimer.

3. Tes Laboratorium

Tes darah dapat memeriksa masalah fisik yang dapat mempengaruhi fungsi otak, seperti kekurangan vitamin B-12 atau gangguan kelenjar tiroid. Dalam beberapa kasus, cairan tulang belakang juga dapat diperiksa untuk mendeteksi infeksi, peradangan, atau penanda beberapa penyakit degeneratif.

4. Evaluasi Kesehatan Mental

Seorang profesional kesehatan mental dapat menentukan apakah depresi atau kondisi kesehatan mental lainnya turut serta dalam gejala demensia.

5. Tes Genetik

Beberapa jenis demensia disebabkan oleh kerusakan gen

About The Author

Disfungsi Ereksi: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Protop: Komposisi, Indikasi, Aturan Pakai, dll