Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Chikungunya: Penyebab, Gejala, Pengobatan, dan Pencegahan

Myles Bannister

Pusat Data Kementerian Kesehatan RI mencatat, sepanjang 2017 telah terjadi demam chikungunya sebanyak 126 kasus di 4 kabupaten/kota di Indonesia, 121 di antaranya dari Sulawesi Tengah, sementara 5 sisanya dari Provinsi Aceh. Sedangkan data dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), sepanjang 2017 penyakit ini telah terjadi lebih dari 1,9 juta kasus di Asia. Lalu seberapa bahaya dan apa sebenarnya penyakit ini?

Apa Itu Chikungunya?

Chikungunya adalah infeksi virus yang menimbulkan demam secara tiba-tiba dan nyeri sendi yang parah. Virus bernama alphavirus menyebar ke manusia melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi, nyamuk yang sama seperti penyebab demam berdarah , yakni Aedes aegypti atau Aedes albopictus.

Sejarah Singkat

Chikungunya pertama kali mewabah di Afrika pada tahun 1952. Nama penyakit ini berasal dari sebuah kata dalam bahasa Kimakonde yang berarti “melengkung”, merujuk kepada tubuh yang membungkuk akibat gejala nyeri sendi yang parah (arthralgia).

Wabah besar penyakit ini kembali terjadi di kepulauan Samudra Hindia di tahun 2005. Tak berselang lama, wabah ini kembali terjadi di India pada 2006 dan 2007. Beberapa negara lain di Asia Tenggara pun terkena dampaknya. Sejak 2005, India, Indonesia, Maladewa, Myanmar dan Thailand telah melaporkan lebih dari 1,9 juta kasus.

Penyakit ini kemudian pertama kalinya terjadi di Eropa pada tahun 2007, tepatnya di Italia timur laut. Ada 197 kasus yang tercatat selama wabah ini dan telah dipastikan bahwa wabah ditularkan oleh nyamuk.

Penyebab Chikungunya

Virus chikungunya ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk betina yang terinfeksi. Nyamuk menjadi terinfeksi ketika menggigit orang yang sudah terinfeksi virus sebelumnya. Nyamuk yang terinfeksi ini kemudian menyebarkan virus ke orang lain melalui gigitan. Perlu diingat, virus ini tidak menular dari orang ke orang.

Virus chikungunya paling sering menyebar ke manusia oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus, dua spesies yang juga menyebabkan demam berdarah dengue.

Biasanya, kedua nyamuk ini menggigit manusia ketika siang dan malam hari. Setelah digigit nyamuk yang terinfeksi, timbulnya penyakit ini biasanya antara empat sampai delapan hari tetapi juga dapat terjadi dua hingga dua belas hari.

Meski secara teori virus dapat menyebar melalui transfusi darah, tetapi belum ada laporan kasus hingga saat ini.

Apa yang membedakan chikungunya dengan demam berdarah dengue? Yang membedakannya adalah virus penyebab penyakit. Chikungunya disebabkan oleh virus bernama alphavirus, sedangkan demam berdarah disebabkan oleh virus bernama flavivirus. Gejala dari kedua penyakit ini juga memiliki perbedaan.

Faktor Risiko

Sejumlah kondisi dapat meningkatkan risiko terkena penyakit chikungunya, di antaranya:

  • Bepergian ke tempat yang terkena wabah
  • Tinggal di negara tropis
  • Tinggal di tempat dengan sanitasi yang buruk
  • Bayi yang baru lahir
  • Lansia di atas usia 65 tahun
  • Orang dengan kondisi medis tertentu seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung, atau diabetes.

Gejala Chikungunya

Kebanyakan orang yang terinfeksi virus chikungunya secara umum akan mengalami beberapa gejala berikut:

  • Demam
  • Nyeri sendi
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot
  • Pembengkakan sendi
  • Ruam

Terkadang, gejala chikungunya disertai dengan ruam makulopapular (mirip dengan campak), konjungtivitis (mata merah), mual, dan muntah. Penyakit ini umumnya tidak menyebabkan kematian, tetapi gejalanya bisa parah dan melumpuhkan.

Sebagian besar penderitanya akan merasa lebih baik dalam waktu seminggu. Sementara pada beberapa orang, nyeri sendi dapat berlangsung selama berbulan-bulan.

Orang yang berisiko mengalami gejala yang lebih parah termasuk bayi baru lahir yang terinfeksi, lansia di atas usia 65 tahun, dan orang dengan kondisi medis seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, atau penyakit jantung.

Gejala Chikungunya Berdasarkan Usia

Ciri-ciri yang ditimbulkan dari penyakit chikungunya berbeda pada setiap usia, berikut penjelasannya:

Gejala pada anak akan dimulai dengan demam mendadak, kulit kemerahan. Ruam-ruam merah muncul setelah tiga sampai lima hari. Mata biasanya merah disertai tanda-tanda seperti flu. Umumnya anak bisa kejang karena demam. Demam hanya berlangsung selama tiga hari dengan tanpa atau sedikit perdarahan.

Sementara pada remaja, demam biasanya diikuti rasa sakit pada otot dan sendi, serta terjadi pembesaran kelenjar getah bening.

Gejala nyeri sendi dan otot sangat dominan dan sampai menimbulkan kelumpuhan sementara karena rasa sakit bila berjalan. Kadang-kadang timbul rasa mual sampai muntah.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera dapatkan pertolongan dokter jika Anda atau anggota keluarga yang mungkin mengalami chikungunya, terutama jika Anda baru saja bepergian ke daerah di mana terjadi wabah yang sedang berlangsung. Dokter mungkin melakukan tes darah untuk memastikan penyebab penyakit. Jika didiagnosis chikungunya, menghindari gigitan nyamuk dapat membantu mencegah penyebaran virus.

Komplikasi

Chikungunya memang tidak berbahaya dan tidak menyebabkan kematian, tetapi penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi yang cukup berbahaya, di antaranya:

1. Uveitis

Radang lapisan di mata antara retina dalam dan lapisan fibrosa luar yang terdiri dari sklera dan kornea. Kondisi ini ditandai dengan mata merah, sakit, dan penglihatan kabur.

2. Retinitis

Adalah peradangan pada retina pada mata, yang secara permanen dapat merusak retina dan bahkan menyebabkan kebutaan.

3. Myocarditis

Peradangan otot jantung (miokardium). Kondisi ini dapat memengaruhi otot jantung dan sistem kelistrikan jantung, mengurangi kemampuan jantung untuk memompa dan menyebabkan irama jantung yang cepat atau tidak normal (aritmia).

4. Hepatitis

Adalah peradangan hati yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi pada hati terdiri dari beberapa jenis, termasuk hepatitis A, B, C, D, dan E. Virus yang berbeda menyebabkan setiap jenis hepatitis.

5. Nephritis

Peradangan pada jaringan nefron dalam ginjal dan mungkin melibatkan glomeruli, tubulus, atau jaringan interstitial yang mengelilingi glomeruli dan tubulus.

6. Hemorrhage

Hemorrhage adalah nama yang digunakan untuk menggambarkan kehilangan darah. Kondisi ini bisa merujuk pada kehilangan darah di dalam tubuh, yang disebut pendarahan internal, atau kehilangan darah di luar tubuh, yang disebut pendarahan eksternal.

7. Meningoencephalitis

Peradangan selaput otak dan jaringan otak yang bersebelahan. Kondisi menyerupai meningitis dan ensefalitis. Meningoensefalitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan protozoa.

8. Myelitis

Peradangan sumsum tulang belakang yang dapat mengganggu respons normal dari otak ke seluruh tubuh, dan dari seluruh tubuh ke otak.

9. Guillain-Barré Syndrome

Adalah kelainan sistem kekebalan tubuh yang menyerang saraf. Kondisi ini menyebabkan kelemahan otot dan kelumpuhan.

10. Cranial Nerve Palsies

Adalah penurunan fungsi atau hilangnya fungsi satu atau lebih saraf kranial. Penyebabnya mungkin karena bawaan atau karena penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.

Diagnosis

Penyakit ini dapat didiagnosis melalui beberapa metode. Pemeriksaan yang pertama melalui tes serologis, seperti enzyme-linked immunosorbent assays (ELISA), yang dapat memastikan keberadaan antibodi IgM dan IgG anti-chikungunya. Tingkat antibodi IgM paling tinggi sekitar tiga sampai lima minggu setelah timbulnya penyakit dan bertahan selama sekitar dua bulan.

Sampel yang dikumpulkan selama minggu pertama setelah timbulnya gejala chikungunya harus melalui pengujian dengan metode serologis dan virologis (RT-PCR).

Virus dapat diisolasi dari darah selama beberapa hari pertama infeksi. Berbagai metode reverse transcriptase-polymerase chain reaction (RT-PCR) tersedia, tetapi memiliki sensitivitas variabel. Beberapa cocok untuk diagnosis secara klinis. Produk RT-PCR dari sampel klinis juga dapat digunakan untuk genotipe virus, memungkinkan perbandingan dengan sampel virus dari berbagai sumber geografis.

Pengobatan Chikungunya

Penyakit ini tergolong tidak berakibat fatal, tetapi gejalanya bisa parah dan melumpuhkan. Kebanyakan penderitanya akan segera pulih dalam waktu seminggu, tetapi nyeri sendi bisa berlangsung selama berbulan-bulan. Bahkan setelah satu tahun, 20 persen penderitanya mengalami nyeri sendi berulang.

Tidak ada obat khusus untuk mengobati chikungunya, tetapi dokter hanya menyarankan untuk melakukan tindakan yang sederhana, seperti:

  • Istirahat yang cukup untuk membantu memulihkan gejala
  • Minum banyak cairan untuk mencegah dehidrasi
  • Mengonsumsi makanan sehat agar tubuh tetap terpenuhi nutrisi

Obat-obatan

Adapun obat-obatan yang diresepkan dokter hanya akan membantu meredakan gejala, seperti demam dan nyeri sendi. Obat-obatan Ini termasuk:

1. Ibuprofen

Adalah obat yang dapat meredakan demam pada anak dan mengatasi nyeri ringan hingga nyeri sedang. Tetapi, orang yang alergi, ibu hamil, dan asma tidak bisa menggunakan obat ini.

Penggunaan obat ini harus hati-hati, karena efek samping ibuprofen menimbulkan sembelit, diare, insomnia, pusing, ruam, mual, dan muntah.

2. Naproxen

Adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) yang bermanfaat untuk meredakan nyeri sendi karena peradangan atau disebut juga arthritis. Naproxen juga digunakan untuk mengatasi nyeri otot hingga sakit kepala.

Sayangnya, bagi Anda yang memiliki kondisi medis tertentu tidak diperbolehkan mengonsumsi obat ini, karena dikhawatirkan dapat memperburuk gejala. Kondisi ini termasuk:

  • Kekurangan darah (anemia)
  • Gagal jantung kongestif
  • Penyakit ginjal
  • Perdarahan usus
  • Perdarahan lambung
  • Dispepsia kronis
  • About The Author

Hati-Hati! Wanita Berjenggot Pertanda Kesehatannya Bermasalah

Tips Membedakan Keputihan yang Normal dan Tidak Normal