Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Cacar Air: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Myles Bannister

Cacar air adalah infeksi menular yang disebabkan oleh virus Varicella zoster. Kondisi ini sering terjadi pada anak-anak, namun juga dapat menyerang orang dewasa. Cacar air umumnya ringan pada anak-anak, tetapi bisa menjadi parah dengan lepuh yang menyebar ke hidung, mulut, mata, dan alat kelamin.

Di Indonesia, cacar air sering dianggap sepele karena banyak orang menganggapnya sebagai mitos yang tidak dapat dicegah. Berikut ini adalah penyebab, gejala, dan pengobatan cacar air.

Penyebab Cacar Air

Cacar air disebabkan oleh virus Varicella zoster. Virus ini dapat menyebar melalui droplet dari bersin atau batuk, atau melalui kontak kulit dengan cairan dari lepuh Varicella.

Faktor Risiko Cacar Air

Faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terkena cacar air meliputi:

  • Belum pernah terkena cacar air.
  • Belum divaksinasi cacar air, terutama pada ibu hamil.
  • Kekebalan tubuh yang lemah, seperti pada penderita HIV, pengguna obat-obatan steroid, atau yang menjalani kemoterapi.

Virus Varicella zoster juga dapat menyebabkan herpes zoster atau cacar ular, yang ditandai dengan munculnya bintil berisi air dan rasa nyeri pada salah satu sisi tubuh.

Gejala Cacar Air

Gejala cacar air muncul setelah 10-21 hari paparan virus. Penularan penyakit ini dapat terjadi 1-2 hari sebelum ruam muncul hingga lepuh benar-benar mengering.

Gejalanya dimulai dengan demam tinggi, sakit kepala, nafsu makan yang menurun, dan rasa lemas. Beberapa waktu setelah demam, akan muncul ruam berwarna kemerahan pada kulit yang lama kelamaan membentuk lepuh berisi cairan (vesikel).

Vesikel juga bisa muncul di mulut, kulit kepala, sekitar mata, dan alat kelamin. Gejala lain yang menyertai ruam adalah demam tinggi. Siklus ini berulang ke area tubuh yang belum terkena cacar air, dan berlangsung sekitar dua minggu sampai sembuh sepenuhnya.

Ciri-ciri cacar air seperti ruam dan lepuh biasanya muncul di tubuh dan wajah, kemudian menyebar ke bagian anggota gerak.

Cairan dalam lepuh akan mengering dan membentuk keropeng dalam beberapa hari. Keropeng akan rontok dengan sendirinya, namun menggaruk atau mengelupasnya dapat meninggalkan bekas luka atau jaringan parut. Ruam dan lepuh ini juga akan menyebabkan rasa gatal.

Penting untuk diketahui bahwa tidak semua penderita mengalami ruam yang sama. Beberapa mengalami ruam di seluruh tubuh, sementara yang lain hanya pada bagian tertentu seperti kepala, wajah, lengan, atau kaki.

Tahapan Gejala Cacar Air:

  • Munculnya ruam atau bercak merah.
  • Lepuh berisi cairan yang berdinding tipis dan rentan pecah.
  • Bintil akan mengering dan mengelupas dalam beberapa hari.

Rasa gatal yang ditimbulkan oleh cacar air sering kali sangat mengganggu. Menggaruk dapat mengakibatkan infeksi kulit atau bekas luka (scar) setelah pemulihan.

Pada remaja dan orang dewasa, gejala cacar air cenderung lebih parah. Orang dewasa juga memiliki risiko komplikasi yang lebih tinggi, terutama pada wanita hamil atau dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

Jika Anda atau anak mengalami kondisi berikut, segera konsultasikan dengan dokter:

  • Ruam menyebar hingga mata.
  • Ruam sangat merah, hangat, atau lunak. Hal ini dapat menandakan infeksi bakteri.
  • Ruam disertai dengan pusing, kebingungan, detak jantung cepat, sesak napas, gemetar, kehilangan koordinasi otot, batuk yang parah, muntah, kaku leher, atau demam di atas 38,9 Celcius.
  • Mempunyai masalah dengan sistem kekebalan tubuh atau berusia di bawah 6 bulan.

Komplikasi Cacar Air

  • Ruam atau lepuh cacar air rentan terhadap infeksi bakteri. Tanda-tanda infeksi bakteri adalah jika cacar air disertai nanah.
  • Komplikasi yang lebih serius meliputi meningitis (peradangan selaput otak) dan ensefalitis (peradangan otak) akibat penyebaran virus ke otak. Gejala komplikasi tersebut termasuk kejang, sakit kepala, mual, muntah, dan mengantuk terus-menerus.

Diagnosis Cacar Air

Dokter umumnya dapat mendiagnosa cacar air berdasarkan gejala ruam yang muncul. Jika ada keraguan tentang diagnosis, tes laboratorium seperti tes darah atau kultur sampel lesi dapat digunakan untuk mengkonfirmasi diagnosis.

Pengobatan Cacar Air

Pilihan pengobatan cacar air tergantung pada kondisi kekebalan tubuh penderita. Berikut adalah pengobatan medis dan alami yang dapat dilakukan:

Perawatan Rumahan

Perawatan rumahan meliputi istirahat yang cukup, makan makanan bergizi, menjaga kebersihan kulit dengan mandi, mengeringkan tubuh secara perlahan, dan minum banyak cairan untuk membantu menghilangkan virus lebih cepat dan mencegah dehidrasi.

Perawatan Medis

Perawatan medis meliputi penggunaan analgesik dan antipiretik untuk mengurangi demam dan sakit kepala. Obat antivirus seperti asiklovir juga bisa diresepkan untuk memperpendek durasi gejala, terutama untuk ibu hamil atau penderita dengan sistem kekebalan tubuh lemah. Asiklovir sebaiknya diberikan dalam 24 jam setelah ruam muncul dan diberikan selama 1-2 minggu.

Dokter juga dapat meresepkan antihistamin untuk menghilangkan rasa gatal dan pembengkakan. Jika terjadi infeksi bakteri sekunder atau pneumonia bakteri, antibiotik juga bisa diberikan.

Sebisa mungkin hindari keluar rumah sampai penyakit ini sembuh. Sebagian besar kasus dapat diobati dengan obat penurun demam atau anti-muntah.

Pencegahan Cacar Air

American Academy of Pediatrics merekomendasikan vaksinasi cacar air pada anak-anak di atas 1 tahun sebanyak 1 kali. Sedangkan pada remaja dan orang dewasa, vaksinasi dapat dilakukan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu.

Vaksin ini juga penting untuk melindungi mereka yang rentan, seperti wanita dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah dan berencana hamil. Konsultasikan dengan dokter mengenai hal ini.

Orang yang pernah menderita cacar air disarankan untuk mendapatkan vaksin dosis tinggi untuk mencegah terjadinya herpes zoster. Orang yang berusia di atas 65 tahun dapat berkonsultasi dengan dokter untuk membahas vaksin dosis tinggi.

Referensi

  1. Mayo Clinic. Chickenpox. https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/chickenpox/symptoms-causes/syc-20351282. Diakses pada 18 Desember 2019.
  2. WebMD. What is Chickenpox?. https://www.webmd.com/children/what-is-chickenpox. Diakses pada 18 Desember 2019.
  3. Healthline. Chickenpox. https://www.healthline.com/health/chickenpox. Diakses pada 18 Desember 2019.

About The Author

Kista Bartholin: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Penyebab Nyeri di Telinga dan Rahang