Azoospermia adalah ketika tidak ada sperma dalam air mani. Kondisi ini dapat menyebabkan kemandulan pada pria. Yuk, simak penjelasan selengkapnya mulai dari pengertian, gejala, penyebab, pengobatan, hingga pencegahan di bawah ini.
Apa itu Azoospermia?
Azoospermia adalah kondisi di mana tidak ada sperma dalam air mani setelah ejakulasi. Tidak adanya sperma dalam air mani dapat menjadi salah satu faktor penyebab kemandulan pada pria. Pasangan yang ingin memiliki anak akan mengalami kesulitan hamil jika pasangan pria mengalami azoospermia.
Tanda dan Gejala Azoospermia
Keadaan di mana pasangan tidak hamil setelah setahun berhubungan seksual tanpa kontrasepsi dapat menunjukkan adanya masalah dalam tubuh. Beberapa gejala yang mungkin mengindikasikan risiko azoospermia pada pria antara lain:
- Volume air mani sedikit atau tidak ada sperma saat ejakulasi.
- Urine terlihat keruh setelah berhubungan seks.
- Disuria atau nyeri saat buang air kecil.
- Nyeri pada panggul.
- Pembengkakan pada testis.
- Testis kecil atau tidak menurun.
- Ukuran penis lebih kecil dari normal.
- Sulit ereksi atau ejakulasi.
- Pubertas tertunda atau tidak normal.
- Penurunan pertumbuhan rambut pada pria.
- Pembesaran payudara.
- Gairah seks rendah.
- Penurunan massa otot.
Jenis dan Penyebab Azoospermia
Azoospermia dapat disebabkan oleh berbagai masalah kesehatan yang menghambat produksi sperma atau keluarnya sperma saat ejakulasi. Berikut adalah beberapa jenis dan penyebab azoospermia:
1. Pre-testicular azoospermia
Jenis ini dapat disebabkan oleh kelainan genetik. Misalnya, sindrom Kallmann yang mempengaruhi produksi hormon gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dan mengganggu produksi sperma.
Masalah pada hipotalamus atau kelenjar pituitari di otak juga dapat menyebabkan jenis ini. Selain itu, penggunaan obat-obatan tertentu atau radioterapi untuk kanker juga dapat menjadi penyebab.
2. Testicular azoospermia
Testicular azoospermia terjadi ketika masalah utama terletak pada testis. Testis mungkin tidak dapat menghasilkan hormon testosteron atau tidak merespons hormon yang dilepaskan oleh kelenjar endokrin lainnya. Selain itu, ada kemungkinan adanya kelainan dalam perkembangan sel sperma.
3. Post-testicular azoospermia
Kondisi ini dapat disebabkan oleh kelainan bawaan. Misalnya, ketiadaan bilateral kongenital dari vas deferens (CBAVD) adalah kondisi genetik di mana saluran vas deferens yang membawa sperma dari testis hilang. Kondisi ini terkait dengan keberadaan gen fibrosis kistik.
Penyebab lain dari jenis ini termasuk infeksi sebelumnya, kista, vasektomi, atau cedera.
Diagnosis Azoospermia
Metode paling dasar untuk mendiagnosis azoospermia adalah dengan melakukan analisis air mani. Dokter dapat meminta pasien untuk ejakulasi ke dalam wadah dan mengirimkan sampel ke laboratorium untuk pengujian.
Jika setelah pengamatan tidak ditemukan adanya sperma hidup, maka pasien kemungkinan mengalami azoospermia.
Dalam pemeriksaan fisik, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, seperti riwayat kesuburan, riwayat keluarga terkait fibrosis kistik atau masalah kesuburan, penyakit yang diderita saat kecil, operasi atau prosedur yang dilakukan di area panggul atau sistem reproduksi, riwayat infeksi, paparan radiasi atau kemoterapi, paparan panas tinggi, penyakit terkini yang melibatkan demam, penggunaan obat-obatan sebelumnya atau saat ini, dan kemungkinan penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol.
Dokter mungkin juga menggunakan alat diagnostik lainnya, seperti tes darah untuk mengevaluasi kadar hormon atau kondisi genetik, ultrasonografi untuk melihat struktur skrotum dan saluran reproduksi, pencitraan otak untuk mendeteksi masalah dengan hipotalamus atau kelenjar pituitari, dan biopsi untuk memeriksa produksi sperma.
Pengobatan Azoospermia
Pengobatan azoospermia bergantung pada penyebabnya. Tes dan konseling genetik biasanya merupakan bagian penting dalam memahami dan mengobati kondisi ini.
Berikut adalah beberapa pengobatan untuk azoospermia:
1. Operasi
Jika penyumbatan saluran menjadi penyebabnya, operasi dapat membantu membuka blokade atau merekonstruksi dan menghubungkan saluran yang abnormal atau tidak terbentuk.
Jika varikokel menjadi penyebab produksi sperma yang buruk, vena yang bermasalah dapat diobati dengan operasi untuk mempertahankan struktur di sekitarnya.
2. Terapi Hormon
Jika produksi hormon rendah menjadi penyebab utamanya, pasien mungkin akan diberikan terapi hormon. Terapi ini meliputi pemberian follicle-stimulating hormone (FSH), human chorionic gonadotropin (HCG), anastrozole, clomiphene, dan letrozole.
3. Biopsi
Meskipun biasanya dilakukan untuk tujuan diagnosis, biopsi juga dapat membantu penderita azoospermia. Dalam prosedur ini, sperma diambil langsung dari testis.
Jika penyebabnya dianggap merupakan masalah yang dapat diwariskan dari orang tua ke anak, dokter mungkin merekomendasikan analisis genetik sperma sebelum prosedur fertilisasi in vitro atau injeksi sperma intracytoplasmic (injeksi satu sperma ke dalam satu sel telur).
Pencegahan Azoospermia
Tidak ada cara untuk mencegah masalah genetik yang menyebabkan azoospermia. Namun, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi risiko azoospermia yang bukan disebabkan oleh faktor genetik, antara lain:
- hindari aktivitas yang dapat melukai organ reproduksi pria,
- hindari paparan radiasi, terutama pada organ intim,
- hindari paparan suhu panas pada testis, dan
- ketahui risiko dan manfaat obat-obatan yang dapat membahayakan produksi sperma.
Itulah penjelasan lengkap tentang azoospermia pada pria. Semoga informasi ini bermanfaat!
Referensi
- Anonim. 2020. Azoospermia. https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/15441-azoospermia#symptoms-and-causes. (Diakses pada 1 Juli 2022).
- Gurevich, Rachel. 2021. Azoospermia: When Your Sperm Count Is Zero. https://www.verywellfamily.com/azoospermia-overview-4178823#toc-treatment. (Diakses pada 1 Juli 2022).
- Martin, David S. 2021. Semen Without Sperm: What Causes Azoospermia? https://www.webmd.com/infertility-and-reproduction/guide/azoospermia-causes-treatment. (Diakses pada 1 Juli 2022).
- Marcin, Ashley. 2019. What Is Azoospermia? https://www.healthline.com/health/infertility/azoospermia. (Diakses pada 1 Juli 2022).