Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Anodontia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Cara Mengatasi, dll

Myles Bannister

Anodontia adalah kelainan genetik pada bayi di mana tidak tumbuhnya sebagian gigi atau bahkan semuanya. Jika tidak mendapatkan perawatan, kondisi ini dapat mengakibatkan komplikasi pada gigi seperti kesulitan mengunyah. Selengkapnya simak penjelasannya mulai dari gejala, penyebab, hingga cara mengatasi di bawah ini!

Apa Itu Anodontia?

Anodontia adalah kondisi di mana bayi tidak pernah mengalami pertumbuhan gigi. Ini merupakan kondisi genetik langka yang biasanya terjadi pada gigi susu dan gigi sulung. Genetik adalah kondisi yang diturunkan dari orang tua ke anaknya.

Dalam istilah medis, penyakit anodontia juga memiliki nama lain sebagai congenitally missing teeth (CMT).

Meskipun prevalensi CMT tidak dapat kita ketahui, tetapi kondisi ini memengaruhi pria dan wanita dalam jumlah yang sama. Prevalensi hipodonsia adalah 2-8% dari populasi umum dan oligodontia adalah 0,09-0,3%.

Tanda dan Gejala Anodontia

Gejala utama dari CMT adalah ketika anak belum mengalami pertumbuhan gigi permanennya sebagian atau semuanya di usia 12 tahun. Tanda dan gejalanya dapat bervariasi pada setiap orang.

Gejala lain dari penyakit anodontia, berikut di antaranya:

  • Tidak tumbuh gigi susu ketika bayi mencapai usia 12-13 bulan.
  • Alopecia (kerontokan atau kebotakan rambut).
  • Kurangnya kelenjar keringat di tubuh.
  • Sumbing pada bibir atau langit-langit mulut.
  • Kuku yang hilang.

Biasanya, gejala terlihat karena CMT sering kali terkait dengan displasia ektodermal (DE). Ini adalah sekelompok gangguan yang memengaruhi lapisan luar jaringan embrio pembentuk kulit, rambut, kuku, gigi, dan kelenjar keringat.

Jenis Anodontia

Anodontia adalah penyakit yang dapat memberikan pengaruh negatif baik pada gigi susu maupun gigi sulung. Dalam beberapa kasus, anak dengan kondisi ini mungkin mengalami CMT parsial yang berarti bahwa anak memiliki beberapa gigi.

CMT parsial terbagi menjadi dua jenis tergantung pada jumlah gigi yang tumbuh, ini termasuk:

  • Hipodontia. Kondisi Ini mengacu pada suatu kondisi ketika satu hingga enam gigi permanen hilang.
  • Oligodontia. Ini merupakan suatu kondisi di mana tidak semua kecuali lebih dari enam gigi permanen hilang.

Penyebab Anodontia

Penyebab pasti dari kelainan pada gigi ini masih belum diketahui. Namun, faktanya bahwa CMT terkait dengan displasia ektodermal. Ada beberapa gen yang mungkin memicu CMT, termasuk EDA, EDAR, dan EDARADD.

Anodontia secara genetik dalam pola resesif autosomal, yang berarti kedua salinan gen di setiap sel mengalami mutasi. Orang tua dari individu dengan kondisi resesif autosomal masing-masing membawa satu salinan gen yang bermutasi, tetapi biasanya tidak menunjukkan tanda dan gejala dari kondisi tersebut.

Kemungkinan mengalami CMT ini sama baik anak perempuan maupun anak laki-laki. Orang tua dalam keluarga yang memiliki riwayat CMT, tinggi kemungkinannya membawa gen abnormal yang sama.

Menurut pengamatan Dental Research Journal terhadap banyak penelitian tentang kelainan gigi mengungkapkan bahwa CMT lebih sering terjadi pada wanita daripada pria.

Diagnosis Anodontia

Dokter biasanya mendiagnosis penyakit ini jika bayi atau anak tidak mulai mengalami pertumbuhan gigi pada saat berusia 13 bulan. Atau mungkin dokter dapat mendiagnosis jika anak tidak mengalami pertumbuhan gigi permanen pada usia 10 tahun.

Jika salah satu dari gejala tersebut terjadi, dokter gigi mungkin akan menggunakan sinar-X untuk memeriksa gigi di gusi yang belum tumbuh. Dalam beberapa kasus, gigi anak tumbuh sedikit lebih lambat dari biasanya. Jika hasil rontgen tidak menunjukkan adanya pertumbuhan gigi, kemungkinan besar anak mengalami CMT.

Cara Mengatasi Anodontia

Belum ada perawatan atau pengobatan untuk merangsang pertumbuhan gigi pada anak yang tidak pernah mengalami pertumbuhan gigi. Jika hanya beberapa gigi yang hilang, mungkin tidak memerlukan perawatan.

Namun, ada beberapa pilihan cara untuk menambahkan gigi palsu guna memperbaiki penampilan dan memudahkan untuk makan atau berbicara.

Berikut ini beberapa cara mengatasi anodontia:

  • Gigi palsu. Ini sebagai pengganti yang dapat Anda lepas untuk gigi yang tanggal atau copot. Gigi tiruan ini biasanya merupakan perawatan yang paling efektif untuk CMT.
  • Implan gigi. Prosedur implan dengan cara menambahkan akar buatan di rahang untuk menahan gigi pengganti di tempatnya. Penggunaan implan gigi akan terlihat dan terasa mirip dengan gigi aslinya.
  • Dental bridge (jembatan gigi). Jembatan gigi adalah pengganti yang tetap (tidak dapat terlepas) yang mengikat gigi tiruan ke gigi di sekitarnya untuk mengisi ruang atau gigi ompong. Dental bridge paling efektif untuk anak yang hanya mengalami kehilangan beberapa gigi.
  • Perawatan mulut. Meskipun kehilangan beberapa gigi, perawatan mulut tetap penting bagi anak-anak. Sebaiknya gunakan obat kumur (yang cocok bagi anak) untuk membunuh bakteri dan menjaga gusi tetap sehat. Selain itu, sikat lidah menggunakan scraper agar mulut tetap segar.

Komplikasi Anodontia

Jika membiarkannya atau tidak mendapatkan perawatan, penyakit ini dapat menyebabkan komplikasi. Berikut adalah daftar komplikasi dan masalah yang mungkin terjadi:

  • Penampilan gigi yang berubah.
  • Disfungsi dalam mengunyah.

Apakah Ada Cara Mencegah Anodontia?

Mengingat ini adalah kondisi genetik atau bawaan yang langka, tidak ada cara yang dapat membantu mencegah kelainan pada gigi anak. Meski begitu, orang tua dapat mengambil langkah-langkah perawatan guna mencegah timbulnya komplikasi pada anak.

Referensi

  1. Anonim. 2019. Tooth Agenesis. https://rarediseases.org/rare-diseases/anodontia/ (Diakses pada 12 Agustus 2021)
  2. Anonim. 2019. Dental Terms. https://victoriadentalcentre.com/patient-education/dental-terms/anodontia (Diakses pada 12 Agustus 2021)
  3. Dentally. 2019. Anodontia – Dental Causes, Diagnosis, And Treatment. https://dentally.in/anodontia-dental-causes-diagnosis-and-treatment/ (Diakses pada 12 Agustus 2021)
  4. Higuera, Valencia. 2017. Anodontia. https://www.healthline.com/health/anodontia (Diakses pada 12 Agustus 2021)

About The Author

Sudden Death Syndrome: Penyebab, Tanda, Risiko, Penanganan

Pleurodesis: Fungsi, Prosedur, Pemulihan, dan Komplikasi