Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Anhedonia, Ketika Sulit Merasakan Kesenangan

Myles Bannister

Jika pernah merasa kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya menyenangkan, mungkin ada kemungkinan itu merupakan tanda anhedonia. Kondisi ini dapat menjadi gejala gangguan depresi mayor atau gangguan mental lainnya. Simak lebih lanjut tentang gangguan psikologis ini dalam ulasan berikut.

Apa Itu Anhedonia?

Anhedonia adalah ketidakmampuan untuk merasakan kesenangan dan kenikmatan. Orang dengan kondisi ini bisa kehilangan minat terhadap hal-hal yang sebelumnya membawa kesenangan.

Kehilangan minat bisa menjadi hal yang wajar, namun pada anhedonia, kondisinya bisa sangat parah, membuat seseorang tidak lagi tertarik pada hal-hal yang sebelumnya membawa kesenangan.

Anhedonia secara umum dibagi menjadi dua jenis utama, yaitu:

  • Anhedonia sosial: seseorang tidak ingin menghabiskan waktu dengan orang lain.
  • Anhedonia fisik: seseorang tidak menikmati sensasi fisik seperti makanan favorit yang berubah rasa menjadi hambar, pelukan yang tidak memberikan rasa nyaman, dan kehilangan daya tarik terhadap seks.

Gejala Anhedonia

Gejala yang muncul bisa berbeda-beda pada setiap orang. Namun, secara umum, gejalanya meliputi:

  • Menarik diri dari kehidupan sosial.
  • Menarik diri dari hubungan yang sebelumnya terjalin.
  • Perasaan negatif terhadap diri sendiri dan orang lain.
  • Ekspresi verbal dan non-verbal yang lebih sedikit karena berkurangnya kemampuan emosional.
  • Kesulitan menyesuaikan diri dalam situasi sosial.
  • Keindahan yang hilang dan ketertarikan pada keintiman fisik.
  • Cenderung menunjukkan emosi palsu, seperti berpura-pura bahagia dalam sebuah hubungan.
  • Gangguan fisik yang persisten atau sering sakit.

Kondisi ini akan berdampak pada hubungan dengan orang lain, termasuk teman dan keluarga.

Seorang penderita anhedonia tidak lagi memiliki motivasi untuk bersosialisasi atau menghabiskan waktu bersama orang lain. Mereka juga kehilangan minat untuk berpartisipasi dalam berbagai acara karena merasa hal tersebut tidak bermanfaat.

Orang yang mengalami kondisi ini juga dapat mengalami kecemasan sosial sehingga kesulitan bertemu dengan orang lain, terutama orang baru yang dikenalnya.

Selain itu, kondisi ini juga membuat seseorang tidak dapat mengekspresikan cinta atau bahagia saat menghabiskan waktu bersama orang lain. Hal ini memengaruhi hubungan percintaan.

Penyebab Anhedonia

Anhedonia bisa menjadi gejala depresi dan skizofrenia. Namun, tidak semua orang yang mengalami depresi juga mengalami gejala ini.

Selain itu, kondisi ini juga bisa terjadi pada seseorang dengan penyakit kronis seperti penyakit Parkinson.

Menurut Healthline, anhedonia juga bisa terjadi akibat penyalahgunaan zat, seperti penggunaan obat-obatan terlarang.

Para ilmuwan juga menduga bahwa perubahan aktivitas otak adalah penyebab anhedonia. Orang dengan kondisi ini mengalami masalah pada otak dalam hal produksi dan respons dopamin, senyawa kimia yang terkait dengan rasa senang.

Anhedonia berbeda dengan gangguan kecemasan sosial. Orang dengan kecemasan sosial menarik diri dari lingkungan karena rasa takut, sedangkan pada orang dengan anhedonia, mereka menghindari interaksi sosial karena merasa tidak ada manfaatnya untuk bergabung.

Faktor Risiko

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami anhedonia meliputi:

  • Terdiagnosis depresi atau skizofrenia.
  • Mengalami PTSD (post-traumatic stress disorder) akibat peristiwa traumatis atau stres.
  • Mengidap penyakit kronis yang memengaruhi kualitas hidup.
  • Gangguan makan.

Diagnosis Anhedonia

Sebelum melakukan diagnosis, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan sebagai berikut:

1. Wawancara Medis

Dokter akan melakukan wawancara dengan pasien untuk mengetahui gejala yang dialami dan suasana hati secara umum. Pasien juga dapat menyebutkan peristiwa atau situasi yang membuatnya kehilangan kesenangan.

Wawancara ini dilakukan sebelum menentukan diagnosis.

2. Pemeriksaan Fisik

Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik untuk memastikan tidak ada masalah fisik.

3. Pemeriksaan Penunjang

Ada kemungkinan dokter akan melakukan tes darah untuk mencari tahu apakah ada defisiensi vitamin atau masalah tiroid yang berhubungan dengan kondisi suasana hati.

Pengobatan Anhedonia

Pengobatan anhedonia bisa menjadi tantangan. Namun, tindakan yang dipilih harus disesuaikan dengan penyebab kondisi tersebut.

Konsultasikan dengan profesional medis untuk mengetahui apakah ada kondisi medis yang menyebabkan anhedonia.

Jika ada kondisi medis yang mendasari, dokter akan merekomendasikan pengobatan sesuai.

Jika tidak ada kondisi medis yang mendasari, dokter akan merekomendasikan berkonsultasi dengan psikiater, psikolog, atau profesional kesehatan mental lainnya.

Setelah mengetahui kondisi mental yang mendasari anhedonia, dokter akan merekomendasikan pengobatan sesuai kondisi tersebut.

Jika anhedonia disebabkan oleh depresi, pengobatan yang mungkin dilakukan antara lain:

1. Obat-obatan

Dokter dapat meresepkan antidepresan atau obat-obatan lainnya. Gunakan sesuai dosis yang disarankan untuk menjaga efektivitas pengobatan dan mengurangi risiko efek samping.

2. Terapi

Pengobatan biasanya melibatkan penggunaan obat-obatan dan terapi. Terapi yang dapat membantu mengatasi anhedonia karena depresi antara lain:

Terapi Elektrokonvulsif

Terapi elektrokonvulsif atau elektrokonvulsi (ECT) menggunakan aliran listrik untuk mengatasi gangguan kejiwaan. Terapi ini dianggap efektif untuk mengatasi depresi.

Stimulasi Magnetik Transkranial

Stimulasi magnetik transkranial menggunakan medan magnet untuk merangsang sel-sel saraf. Terapi ini biasanya diberikan pada pasien depresi yang tidak merespons obat-obatan.

Stimulasi Saraf Vagus

Stimulasi saraf vagus dilakukan dengan menanamkan alat mirip alat pacu jantung di dada untuk merangsang saraf vagus. Terapi ini membantu mengobati depresi yang tidak merespons pengobatan lainnya.

Itulah penjelasan tentang anhedonia, mulai dari gejala hingga pengobatan yang dapat dilakukan. Jika mengalami gejala yang mengarah pada kondisi ini, segeralah berkonsultasi dengan tenaga medis.

About The Author

Blefaritis: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Benjolan di Dalam Mulut, Waspada Penyakit Ini