Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Anemia pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Myles Bannister

Anemia pada bayi baru lahir terjadi karena penghancuran sel darah merah berlebihan, kehilangan darah, atau gangguan pembentukan sel darah merah. Ketahui gejala, penyebab, dan cara mengatasi anemia pada bayi di bawah ini.

Apa itu Anemia pada Bayi?

Anemia pada bayi adalah kondisi di mana bayi memiliki jumlah sel darah merah yang kurang dari kondisi normal dalam darah. Bayi baru lahir dikatakan mengalami anemia jika kadar hemoglobin (sel darah merah) kurang dari 13.5 g per dL. Hemoglobin berfungsi untuk mengalirkan oksigen ke sel-sel tubuh lainnya untuk bertahan hidup.

Anemia pada bayi dapat terjadi akibat beberapa faktor seperti kelahiran prematur, kerusakan sel darah merah, masalah produksi sel darah merah, kekurangan zat besi, atau kehilangan banyak sel darah merah saat proses kelahiran. Anemia akan membuat bayi menjadi pucat, rewel, lemah, sesak napas, dan tekanan darah rendah.

Anak-anak di bawah usia 5 tahun juga mungkin mengalami anemia pada satu tahap. Penyebab paling umum adalah kekurangan zat besi karena tidak mendapatkan nutrisi seimbang dari pola makan sehari-hari. Sebagian besar kasus anemia pada anak bisa diatasi dengan perubahan pola makan namun beberapa kasus membutuhkan perawatan lebih serius seperti obat-obatan atau transfusi darah.

Gejala Anemia pada Bayi

Bayi dengan anemia ringan biasanya tidak menunjukkan gejala apa pun, namun perhatikan tanda-tanda anemia pada bayi sebagai berikut:

  • Kulit pucat
  • Pipi dan bibir pucat
  • Tangan dan kaki selalu dingin
  • Tidak napsu makan
  • Tidak berenergi
  • Napas cepat
  • Detak jantung lebih cepat
  • Lemah dan lelah

Pada anak yang lebih besar, gejala anemia lainnya meliputi:

  • Pusing.
  • Restless leg syndrome atau kaki tidak bisa diam.
  • Lebih sering tidur siang karena merasa cepat lelah dan tidak berenergi.
  • Lapisan kelopak mata dan kuku tampak pucat.
  • Sifat lekas marah.
  • Lidah sakit atau bengkak.
  • Pertumbuhan dan perkembangan anak terhambat.
  • Masalah perilaku.
  • Sering sakit atau mengalami infeksi.
  • Penyembuhan luka yang lebih lambat akibat jaringan tubuh yang buruk.

Anemia bisa menjadi tanda dari penyakit lain yang lebih serius. Bila bayi atau anak mengalami kerusakan sel darah merah ekstrim, maka akan mengalami gejala penyakit kuning.

Kapan Harus ke Dokter?

Segera konsultasi ke dokter apabila Anda melihat tanda-tanda anemia pada bayi Anda. Selain itu, penting untuk melakukan kontrol kesehatan bayi secara rutin mulai dari kontrol kenaikan berat badan, kadar bilirubin, imunisasi, cek pup bayi, cek kondisi fisik bayi untuk memeriksa kesehatan bayi secara keseluruhan. Dokter akan memberi tahu Anda langkah selanjutnya bila bayi mengalami anemia atau indikasi lainnya.

Penyebab Anemia pada Bayi

Anemia pada bayi baru lahir dapat terjadi akibat beberapa faktor, termasuk:

1. Anemia Prematuritas (Bayi Lahir Prematur)

Bayi prematur atau bayi yang lahir lebih awal sebelum waktunya memiliki jumlah sel darah merah yang lebih rendah karena kurangnya pembentukan sel darah merah di dalam rahim. Anemia pada bayi prematur biasanya tidak menunjukkan gejala dan akan hilang dengan sendirinya dalam waktu 1-2 bulan setelah sumsum tulang sudah bisa memproduksi sel darah merah baru dengan normal.

2. Tubuh Bayi Tidak Memproduksi Sel Darah Merah yang Cukup

Anemia fisiologis adalah jenis anemia pada bayi akibat tubuh bayi belum bisa memproduksi sel darah merah dalam jumlah yang mencukupi di beberapa bulan pertama kehidupannya. Tubuh bayi tumbuh dengan cepat namun tidak diimbangi dengan produksi sel darah merah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh organ.

3. Bayi Kehilangan Banyak Darah

Bayi dengan kondisi tertentu harus melakukan tes darah berkali-kali untuk kebutuhan penelitian. Kondisi ini bisa membuat bayi kehilangan sel darah merah karena organ bayi belum bekerja secara maksimal untuk menggantikan sel darah merah yang hilang.

4. Tubuh Memecah Sel Darah Merah Lebih Cepat

Masalah ketidakcocokan Rh/ABO akan membuat tubuh terlalu cepat memecah sel darah merah, bisa menyebabkan bayi mengidap penyakit kuning (hiperbilirubinemia). Kondisi ini terjadi akibat golongan darah ibu dan bayi yang tidak cocok.

5. Faktor Genetik

Dalam beberapa kasus, bayi mengalami anemia karena kelainan genetik atau faktor bawaan lahir. Bayi mungkin mengalami infeksi tertentu dengan gejala anemia.

6. Penghancuran Sel Darah Merah

Penghancuran sel darah merah terjadi pada beberapa kondisi, termasuk:

  • Penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, di mana sejumlah besar sel darah merah dihancurkan oleh antibodi yang diproduksi oleh ibu selama janin berada dalam kandungan.
  • Bayi yang menderita kelainan bentuk sel darah merah, seperti sferositosis.
  • Kelainan hemoglobin, seperti penyakit sel sabit atau talasemia.
  • Infeksi selama bayi berada dalam kandungan, misalnya toksoplasmosis, campak Jerman, penyakit sitomegalovirus, herpes simpleks, atau sifilis.
  • Jika sel darah dihancurkan, hemoglobin diubah menjadi bilirubin. Kadar bilirubin yang tinggi di dalam darah (hiperbilirubinemia) menyebabkan penyakit kuning dan pada kasus yang berat, bisa menyebabkan kerusakan otak.

7. Kekurangan Zat Besi (Anemia Defisiensi Besi)

Bayi usia 3-6 bulan yang minum susu formula atau susu sapi murni yang tidak diperkaya zat besi atau anak usia lebih besar yang tidak mendapatkan asupan zat besi dari makanan sehari-hari dapat mengalami kekurangan zat besi dan memicu anemia.

Faktor Risiko Anemia pada Bayi

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko anemia pada anak-anak meliputi:

  • Bayi lahir prematur.
  • Anak lahir dari keluarga dengan riwayat anemia.
  • Bayi minum susu sapi lebih awal dari yang direkomendasikan.
  • Anak kurang gizi dan nutrisi, terutama zat besi atau beberapa vitamin atau mineral.
  • Mengalami infeksi atau penyakit jangka panjang seperti penyakit ginjal atau penyakit hati.
  • Anak mengalami kecelakaan atau pendarahan yang membuatnya kehilangan banyak darah.
  • Balita usia 1-5 tahun yang minum susu sapi, susu kambing, atau susu kedelai lebih dari 710 mililiter sehari.
  • Anak yang minum ASI namun tidak diberikan makanan pendamping ASI (MPASI) yang mengandung zat besi setelah usia 6 bulan.
  • Anak dengan obesitas.

Diagnosis Anemia pada Bayi

Dokter akan menganalisis gejala anemia pada anak dan memastikannya melalui beberapa pemeriksaan, termasuk:

  • Hitung Darah Lengkap atau Complete Blood Count (CBC), untuk memeriksa kadar sel darah merah dan sel darah putih, trombosit, dan retikulosit.
  • Skrining Hemoglobin dan Hematokrit, untuk mengukur jumlah hemoglobin dalam darah.
  • Peripheral Smear (Apusan Tepi), untuk mengambil sampel darah kecil yang kemudian diperiksa di laboratorium.

Dalam beberapa kasus, pemeriksaan lain seperti aspirasi sumsum tulang, biopsi, atau tes lainnya mungkin dibutuhkan. Anemia juga dapat didiagnosis melalui USG prenatal dengan tanda-tanda anemia pada janin.

Jenis Anemia pada Bayi

Ada beberapa jenis anemia berdasarkan penyebabnya, termasuk:

  • Anemia Defisiensi Zat Besi, anemia akibat kekurangan zat besi yang diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
  • Anemia Megaloblastik, kekurangan asam folat atau vitamin B12 yang penting dalam produksi sel darah merah.
  • Anemia Hemolitik, sel darah merah mudah hancur akibat infeksi atau penyakit tertentu.
  • Anemia Sel Sabit, kondisi bawaan di mana sel darah merah diproduksi secara abnormal.
  • Anemia Cooley (Talasemia), jenis anemia lain akibat sel darah merah abnormal.
  • Anemia Aplastik, anemia akibat masalah pada sumsum tulang dalam memproduksi sel darah merah.

Cara Mengobati Anemia pada Bayi

Cara mengatasi anemia tergantung pada jenis, penyebab, tingkat keparahan, usia, dan kondisi kesehatan keseluruhan bayi Anda. Beberapa jenis perawatan anemia secara umum meliputi:

  • Memberikan suplemen zat besi.
  • Memberikan tetes atau pil vitamin dan mineral.
  • Memberikan obat-obatan sesuai dengan kondisi.
  • Melakukan transfusi sel induk.
  • Melakukan transfusi darah.
  • Mengubah pola makan anak.
  • Melakukan operasi untuk mengangkat limpa.

Penyedia layanan kesehatan akan memberikan saran pengobatan terbaik sesuai dengan kebutuhan anak Anda. Orang tua juga harus bekerja sama dengan dokter dalam mengobati penyakit anak hingga sembuh total.

Komplikasi yang Bisa Terjadi

Anemia pada bayi dapat menimbulkan komplikasi yang serius. Bayi yang kehilangan banyak hemoglobin selama proses kelahiran akan lahir dengan wajah pucat, syok, detak jantung tidak teratur, sesak napas, dan tekanan darah rendah. Jika kerusakan sel darah merah terjadi dengan cepat, bayi memiliki risiko mengalami penyakit kuning. Bayi mungkin memerlukan perawatan rumah sakit selama beberapa hari untuk penanganan terbaik dan efektif.

Cara Mencegah Anemia pada Bayi

Anemia bawaan pada bayi tidak dapat dicegah, namun beberapa jenis anemia lain dapat dicegah dengan cara berikut:

  • Memberikan ASI kepada bayi. ASI akan memberikan zat besi yang cukup bagi bayi.
  • Jika menggunakan susu formula, pilih susu formula yang diperkaya zat besi.
  • Jangan memberikan susu sapi murni kepada bayi sebelum usia 1 tahun. Susu sapi murni tidak mengandung zat besi yang cukup.
  • Menyajikan makanan kaya zat besi seperti kuning telur, tomat, dan kentang pada anak Anda. Pelajari jenis makanan kaya zat besi lebih lanjut.

Itulah informasi tentang penyebab, gejala, dan cara mengatasi anemia pada bayi. Segera hubungi dokter jika Anda mencurigai adanya anemia atau tanda-tanda mengkhawatirkan lainnya pada bayi Anda. Semoga informasi ini bermanfaat.

Referensi

  1. Anonim. 2020. What is anemia in children?. https://www.cedars-sinai.org/health-library/diseases-and-conditions—pediatrics/a/anemia-in-children.html. (Diakses pada 5 Januari 2020).

    About The Author

Pendengaran Anda Kurang Tajam? Konsumsi Vitamin Ini

Cara Mencegah Meningitis