Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Alergi Nasi: Gejala, Penyebab, Penanganan, dll

Myles Bannister

Nasi adalah sumber energi yang mengandung karbohidrat kompleks. Alergi terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap protein yang terdapat dalam suatu alergen. 100 gram beras mengandung 2,7 gram protein. Alergi nasi adalah respons abnormal sistem kekebalan tubuh terhadap protein yang terdapat dalam nasi. Alergi nasi putih juga jarang terjadi, tetapi dapat menyebabkan sistem kekebalan tubuh menganggap makanan berbasis nasi sebagai alergen.

Gejala Alergi Nasi pada Orang Dewasa

Biasanya alergi nasi putih lebih sering muncul pada bayi, tetapi juga dapat terjadi pada orang dewasa. Beberapa gejala yang mungkin terjadi meliputi:

  • Asma dan masalah pernapasan.
  • Dermatitis atopik atau eksim, ditandai dengan ruam merah dan gatal pada kulit.
  • Dermatitis atopik yang mempengaruhi mata seperti kornea yang tidak normal dan kelopak mata yang meradang.
  • Kesulitan bernapas saat berolahraga.
  • Dermatitis kontak, ditandai dengan gatal, bisul, atau ruam pada area yang bersentuhan dengan alergen.
  • Food protein-induced enterocolitis syndrome (FPIES), yang dapat menyebabkan diare, muntah, dan dehidrasi.
  • Kram dan sakit perut.
  • Rhinitis (bersin, hidung meler, mata berair).
  • Rhinokonjungtivitis (rhinitis disertai mata merah dan gatal).

Sebuah studi meneliti gejala yang muncul pada individu non-Asia yang hipersensitif terhadap nasi. Salah satu subjek studi tersebut adalah seorang pria Jerman berusia 33 tahun.

Gejala yang dialaminya meliputi gatal-gatal, pruritus, angioedema, dan bengkak pada bibir, kelopak mata, dan lidah. Selain itu, ia juga mengalami kesulitan menelan dan sesak napas. Gejala-gejala ini muncul sekitar 15-20 menit setelah mengonsumsi makanan yang mengandung nasi.

Studi lain meneliti reaksi alergi terhadap nasi pada 24 pasien (usia 3-72 tahun). Enam dari 24 pasien tersebut mengalami ruam pada bibir, wajah, dan tubuh setelah mengonsumsi bubur atau kue beras.

Gejala Alergi Nasi pada Anak-Anak

Food protein-induced enterocolitis syndrome (FPIES) ditandai dengan muntah, diare, dan dehidrasi, dan lebih sering terjadi pada anak-anak. Gejala juga dapat muncul setelah bayi mulai mengonsumsi makanan padat lainnya seperti gandum dan barley, biasanya setelah usia 4 bulan.

Gejala FPIES terutama terkait dengan sistem pencernaan. Beberapa ciri-ciri alergi nasi pada anak meliputi:

  • Muntah berulang.
  • Diare (kadang-kadang mengandung darah).
  • Penurunan berat badan.
  • Dehidrasi.
  • Kelesuan.
  • Gangguan pertumbuhan.

Pada dasarnya, gejala alergi makanan (termasuk alergi nasi) memiliki gejala yang sama yang harus diwaspadai.

Gejala yang lebih parah dapat meliputi pembengkakan bibir, lidah, dan tenggorokan yang menghambat pernapasan, kesulitan menelan, sesak napas atau mengi, kulit yang memerah, penurunan tekanan darah, kehilangan kesadaran, nyeri dada, atau denyut nadi yang lemah.

Reaksi alergi yang parah dapat menyebabkan anafilaksis, kondisi yang berpotensi mengancam jiwa.

Penyebab Alergi Nasi

Penyebab alergi nasi putih adalah nasi itu sendiri atau makanan yang menggunakan bahan yang mengandung beras.

Protein pada nasi dengan massa molekul 14-16, 26, 33, dan 56 kDa terbukti menjadi alergen. Mayoritas komponen alergi adalah albumin (sebuah famili protein) dengan berat molekul antara 14 dan 16 kDa.

Reaksi Silang dengan Cereal Grains

Protein beras yang berukuran 16-kilodalton telah dilaporkan sebagai alergen utama dan bertanggung jawab atas reaksi silang dengan cereal grains lain dalam famili Poaceae. Artinya, jika seseorang memiliki alergi terhadap beras, sistem kekebalan tubuhnya juga dapat merespons biji-bijian seperti:

Alergi Vs Intoleransi Nasi

Perlu diketahui bahwa reaksi alergi melibatkan sistem kekebalan tubuh, sedangkan intoleransi terkait dengan sistem pencernaan.

Alergi makanan, termasuk alergi nasi, berpotensi mengancam jiwa dibandingkan dengan intoleransi makanan. Meskipun begitu, beberapa gejala alergi dan intoleransi dapat terlihat sama seperti mual, sakit perut, kram, perut kembung, mulas, muntah, dan diare. Beberapa orang mungkin juga mengalami sakit kepala, mudah marah, dan ketidaknyamanan.

Pada beberapa kasus, individu mungkin tidak alergi atau intoleran terhadap beras, tetapi alergi atau intoleran terhadap bahan lain yang digunakan dalam proses pembuatan makanan. Sebagai contoh, rye dan barley dapat menyebabkan sensitivitas gluten dan penyakit celiac pada individu yang sensitif, yang kemudian dapat menyebabkan gejala alergi atau intoleransi.

Jika Anda mengetahui bahwa Anda tidak toleran terhadap gluten, penting untuk memilih produk beras dan gandum yang telah disertifikasi bebas gluten.

Beras Mentah Lebih Berbahaya

Pada umumnya, nasi mentah lebih memicu reaksi alergi daripada nasi matang. Namun, beberapa protein pada nasi (seperti lipid transfer protein) tahan terhadap panas dan tidak terurai oleh proses memasak, sehingga tetap bisa memicu reaksi alergi pada individu yang sensitif.

Walaupun nasi mentah tidak dapat dikonsumsi, beberapa penderita anemia dengan PICA syndrome (kebiasaan makan bahan yang tidak layak dikonsumsi) sering kali mengidamkan nasi mentah ini.

Beberapa budaya menggunakan nasi mentah yang digiling dan ditambahkan ke dalam makanan. Jika Anda memiliki alergi terhadap beras, pastikan makanan Anda bebas dari beras atau tepung beras.

Individu yang hipersensitif terhadap nasi juga dapat mengalami reaksi alergi hanya dengan mencium atau menghirup uap nasi. Namun, informasi mengenai apakah intensitas respons alergi bervariasi bergantung pada jenis beras masih terbatas.

Untuk menghindari reaksi alergi, langkah teraman adalah menghindari semua jenis beras, baik itu beras merah atau putih, terutama jika Anda mengetahui tubuh Anda alergi terhadap beras.

Penanganan Alergi Nasi

Penanganan alergi nasi bisa menjadi tantangan tersendiri. Langkah pertama yang dapat dilakukan adalah menghindari makanan yang menyebabkan alergi. Dengan demikian, menghilangkan nasi dan makanan yang mengandung nasi dalam daftar menu dapat membantu mengurangi gejala.

Saat terjadi alergi nasi, sistem kekebalan tubuh menghasilkan antibodi (immunoglobulin E atau IgE) untuk melawan alergen tersebut. Untuk mendiagnosis alergi terhadap beras, tes darah dapat dilakukan. Jika terdeteksi antibodi IgE dalam darah, hal ini menegaskan adanya alergi.

Metode lain untuk mendiagnosis alergi nasi adalah tes tusukan kulit (skin-prick test). Jika seseorang memiliki alergi terhadap beras, reaksi ringan seperti benjolan di kulit akan muncul setelah tes ini dilakukan. Tes ini hanya boleh dilakukan oleh tenaga medis profesional.

Sementara itu, alergi nasi pada bayi dan anak-anak dapat berisiko mengancam jiwa. Jika Anda mencurigai bahwa anak Anda mengalami alergi, konsultasikan dengan dokter segera.

Referensi

  1. Anonim. 2017. Symptoms Of Rice Allergy In Children And Adults. https://curejoy.com/content/symptoms-of-rice-allergy/. (Diakses pada 27 Agustus 2021).
  2. Braverman, Jody. Oat & Rice Allergies. https://www.livestrong.com/article/543689-oat-rice-allergies/. (Diakses pada 27 Agustus 2021).

About The Author

Wajib Tahu, Inilah Posisi Tidur Bayi yang Benar dan Aman

Manfaat Teh Melati, Turunkan Berat Badan Hingga Cegah Kanker