Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Waspada! Ini 12 Efek Samping Obat Perangsang

Myles Bannister

Obat perangsang dapat menyebabkan efek samping jika dikonsumsi tanpa berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter. Berikut beberapa efek samping obat perangsang yang perlu Anda ketahui!

Efek Samping Obat Perangsang

Terdapat beberapa penyebab rendahnya gairah seksual pada seseorang, seperti stres, kehamilan, masalah seksual (disfungsi ereksi atau vagina kering), penggunaan alat kontrasepsi dan obat-obatan tertentu, serta faktor lainnya.

Jika rendahnya gairah seksual disebabkan oleh masalah medis, penggunaan obat perangsang mungkin menjadi solusinya. Beberapa obat yang umum digunakan adalah Viagra (Sildenafil), Fibrasenin, dan Bremelanotide.

Namun, penggunaan obat perangsang tanpa berkonsultasi terlebih dahulu kepada dokter dapat berdampak negatif pada tubuh.

Berikut ini adalah beberapa efek samping penggunaan obat perangsang secara sembarangan:

1. Tekanan Darah Rendah

Salah satu obat perangsang yang populer adalah Viagra. Obat ini dapat meningkatkan aliran darah ke penis untuk mempertahankan ereksi.

Meskipun obat ini efektif, efek sampingnya termasuk penurunan tekanan darah (hipotensi), terutama setelah 1-2 jam setelah mengonsumsi obat.

Untuk itu, konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu jika Anda memiliki tekanan darah rendah sebelum menggunakan obat perangsang ini.

2. Tekanan Darah Tinggi

Selain menurunkan tekanan darah, obat perangsang juga dapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi).

Perhatikan penggunaan obat golongan inhibitor PDE5 (obat yang memicu ereksi pada penis) dengan alpha-blocker (obat untuk hipertensi) atau obat yang mengandung nitrate.

3. Masalah Jantung

Seksualitas yang sehat dapat membantu kesehatan jantung. Namun, jika Anda memiliki penyakit kardiovaskular, sebaiknya hindari penggunaan obat perangsang seperti Viagra.

Jangan menggunakan Viagra jika Anda mengalami masalah kesehatan jantung atau stroke.

4. Ereksi Berkepanjangan

Obat perangsang seperti Viagra dapat efektif dalam meningkatkan gairah seksual. Namun, pada beberapa orang, obat perangsang dapat menyebabkan ereksi berkepanjangan yang menyakitkan.

Jika ereksi bertahan lebih dari 4 jam, segera konsultasikan ke dokter.

5. Masalah Penglihatan

Sildenafil adalah obat perangsang yang umum digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi dan hipertensi arteri pulmonal (PAH).

Obat ini dapat mempengaruhi penglihatan, dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan mendadak pada salah satu atau kedua mata.

6. Masalah Pendengaran

Obat perangsang juga dapat mempengaruhi pendengaran. Dampaknya, Anda dapat mengalami kehilangan pendengaran mendadak dan telinga berdengung (tinnitus).

Obat perangsang ini sebaiknya dihindari jika Anda memiliki riwayat neuropati nonarteritic anterior ischemic optic neuropathy (NAION).

7. Sakit kepala

Sakit kepala adalah efek samping umum yang terjadi ketika menggunakan obat disfungsi ereksi. Ini disebabkan perubahan mendadak dalam aliran darah akibat peningkatan oksida nitrat.

Meskipun Anda telah berganti merek obat, sakit kepala masih mungkin terjadi. Konsultasikan dengan dokter untuk cara meredakan gejala.

8. Pusing

Obat perangsang yang digunakan untuk mengatasi disfungsi ereksi dapat menyebabkan pusing pada beberapa orang.

Peningkatan oksida nitrat juga dapat menyebabkan kondisi ini.

Dalam kasus yang jarang terjadi, pusing akibat penggunaan obat dapat menyebabkan pingsan.

Jadi, segera laporkan kepada dokter jika Anda merasa pusing setelah menggunakan obat.

9. Perubahan Warna Gusi dan Kulit

Pada wanita, obat perangsang yang umum digunakan adalah Bremelanotide. Obat ini dapat mengatasi gairah seksual rendah pada wanita sebelum menopause atau yang tidak mengalami gangguan gairah seksual rendah sebelumnya.

Obat ini dapat menggelapkan warna gusi atau kulit, terutama wajah dan payudara. Efek samping ini lebih mungkin terjadi pada orang dengan warna kulit lebih gelap.

Perubahan warna kulit dapat bersifat permanen, bahkan setelah menghentikan penggunaan Bremelanotide.

Jadi, konsultasikan dengan dokter sebelum menggunakan obat ini.

10. Masalah Pencernaan

Sebanyak 80% Viagra bisa tertinggal di feses atau tinja, sedangkan sisanya dikeluarkan melalui urine.

Obat perangsang ini dapat menyebabkan gangguan pencernaan, seperti sakit perut, mual, dan muntah.

Beberapa obat disfungsi ereksi juga dapat menyebabkan diare. Jika ini terjadi, ubah pola makan menjadi lebih sehat dan minumlah air yang cukup.

Jika masalah pencernaan tetap terjadi, konsultasikan ke dokter.

11. Nyeri pada Tubuh

Penggunaan obat perangsang dapat menyebabkan nyeri otot, nyeri punggung bawah, dan nyeri di seluruh tubuh pada orang dengan disfungsi ereksi.

Jika obat perangsang menyebabkan efek samping tersebut, Anda dapat menggunakan obat pereda nyeri yang dijual bebas (over-the-counter/OTC).

12. Flushes

Flushes adalah kemerahan sementara pada kulit. Kondisi ini dapat berupa noda ringan atau ruam yang parah.

Flushes umumnya muncul di wajah dan dapat menyebar ke bagian tubuh lainnya. Kondisi ini dapat memburuk jika Anda mengonsumsi makanan pedas atau panas, minum alkohol, atau berada di lingkungan yang hangat.

Selain efek samping di atas, ada juga sejumlah efek samping lainnya, seperti:

  • Hidung berair atau hidung tersumbat.
  • Pilek.
  • Mimisan.
  • Pingsan.
  • Sulit tidur.
  • Demam.
  • Sakit tenggorokan.
  • Kelelahan.
  • Berkeringat.
  • Batuk-batuk.

Agar Aman, Konsultasikan dengan Dokter Sebelum Menggunakan Obat Perangsang

Sebelum menggunakan obat perangsang untuk meningkatkan gairah seksual, sebaiknya konsultasikan dengan dokter terlebih dahulu. Diskusikan kondisi kesehatan seksual Anda, dosis obat perangsang yang tepat, dan kemungkinan adanya alergi.

Anda bisa berkonsultasi dengan dokter seperti seksolog, andrologi, atau urolog.

Langkah ini penting untuk meminimalkan atau mencegah efek samping yang tidak diinginkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

Jadi, waspadalah terhadap efek samping penggunaan obat perangsang. Semoga informasi ini bermanfaat untuk Anda!

About The Author

Penderita Diabetes Ingin Makan Bubur, Bolehkah?

Oliguria: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Pencegahan, dll