Panggilan atau teks +62-0-274-37-0579

Hubungan Parasosial: Ketika Penggemar Kagum pada Idolanya

Myles Bannister

Hubungan parasosial adalah hubungan satu arah antara pengguna media dan individu yang ditampilkan dalam media. Pengguna media dapat membentuk hubungan parasosial dengan selebriti, influencer media sosial, karakter animasi, dan tokoh yang ada dalam media. Apakah ini hal yang normal? Simak penjelasannya di bawah ini.

Apa Itu Parasosial?

Konsep hubungan parasosial diperkenalkan oleh Donald Horton dan R. Richard Wohl pada tahun 1956 dalam artikel mereka berjudul ‘Mass Communication and Para-Social Interaction: Observations on Intimacy at a Distance’ yang diterbitkan di jurnal Psychiatry.

Horton dan Wohl menggambarkan interaksi parasosial dan relasi parasosial sebagai karakteristik utama dari kondisi ini.

Interaksi parasosial merupakan hubungan satu arah antara penonton televisi dan figur yang ditampilkan di media. Hubungan ini bersifat satu arah, non-dialektikal, terkontrol, dan tidak dapat berkembang.

Sementara itu, relasi parasosial adalah ilusi mengenai hubungan langsung antara seseorang dengan figur yang disajikan di media. Dalam relasi parasosial, penggemar merasa dekat dengan idolanya seperti teman, meskipun kedekatan ini hanya ada pada pihak penggemar.

Hubungan parasosial terbentuk melalui interaksi parasosial antara penonton dan selebriti yang ditampilkan di media massa. Penonton merasa terlibat dalam hubungan timbal balik ketika berinteraksi dengan selebriti melalui media massa.

Interaksi parasosial yang berkelanjutan ini akan mengarah pada terbentuknya relasi parasosial antara penggemar dan tokoh idolanya.

Parasosial dan Hubungan Interpersonal

Meskipun fenomena ini mungkin terlihat tidak biasa pada awalnya, perlu diingat bahwa hampir semua orang saat ini mengonsumsi media. Oleh karena itu, ini adalah reaksi yang normal dan sehat secara psikologis, terutama ketika seseorang bertemu dengan orang melalui perangkat elektronik.

Manusia pada dasarnya diatur untuk membentuk hubungan sosial. Saat teknologi berkembang pesat, seseorang disajikan dengan figur idola melalui video dan audio, yang membuat otaknya merespons seolah-olah terlibat dalam situasi sosial kehidupan nyata orang tersebut.

Respon ini tidak berarti bahwa individu percaya bahwa interaksi tersebut nyata. Meskipun pengguna media menyadari bahwa itu adalah ilusi, persepsinya akan menyebabkan dia bereaksi terhadap situasi tersebut seolah-olah itu nyata.

Faktanya, penelitian telah menunjukkan bahwa perkembangan, pemeliharaan, dan pemutusan hubungan parasosial memiliki banyak kesamaan dengan hubungan interpersonal dalam kehidupan nyata.

Sebagai contoh, penelitian menemukan bahwa ketika pemirsa televisi melihat idolanya memiliki kepribadian yang menarik dan kompeten, relasi parasosial akan berkembang.

Yang menarik, ketertarikan fisik ternyata kurang penting untuk pengembangan relasi parasosial. Hal ini membuat para peneliti menyimpulkan bahwa pemirsa televisi lebih memilih mengembangkan hubungan dengan kepribadian yang dianggap sosial dan terkait dengan kemampuan mereka.

Meningkatkan Komitmen

Studi juga menunjukkan bahwa komitmen psikologis terhadap figur yang ditampilkan dalam media meningkatkan hubungan parasosial. Seseorang lebih berkomitmen pada relasi parasosial ketika:

  • Merasa puas melihat figur tersebut
  • Menginginkan untuk terus menonton figur tersebut
  • Tidak memiliki alternatif yang baik untuk figur tersebut

Penelitian juga telah menunjukkan bahwa pengguna media dapat mengalami perpisahan parasosial saat hubungan parasosial berakhir. Hal ini dapat terjadi karena beberapa alasan, seperti berakhirnya serial televisi atau penggantian karakter.

Sebagai contoh, sebuah studi meneliti reaksi pemirsa ketika sitkom TV populer berakhir. Para peneliti menemukan bahwa semakin intens relasi parasosial pemirsa dengan karakter, semakin besar penderitaan yang dialami pemirsa saat tayangan tersebut berakhir.

Pola kehilangan yang ditunjukkan oleh penggemar serupa dengan mereka yang mengalami kehilangan hubungan di kehidupan nyata, meskipun kadar emosinya kurang intens.

Tentu saja, sementara penelitian ini menunjukkan kesamaan antara hubungan parasosial dan interpersonal, ada perbedaan utama. Relasi parasosial selalu dimediasi dan sepihak, tanpa adanya kesempatan untuk memberi dan menerima.

Seseorang dapat terlibat dalam hubungan parasosial sebanyak yang diinginkan dan dapat mengakhiri hubungan tersebut tanpa konsekuensi. Namun, relasi parasosial yang saling menguntungkan sebenarnya dapat memperkuat ikatan dalam hubungan sosial di kehidupan nyata.

Referensi

  1. Anissela, Eling. 2021. Hubungan Antara Tingkat Kesepian Dengan Parasocial Relationship Pada Remaja Penggemar K-POP di Komunitas Army Purwokerto. http://repository.iainpurwokerto.ac.id/10926/2/ELING%20ANISSELA_HUBUNGAN%20ANTARA%20TINGKAT%20KESEPIAN%20DENGAN%20PARASOCIAL%20RELATIONSHIP%20PADA%20REMAJA%20PENGGEMAR%20K-POP%20DI%20KOMUNITAS%20ARMY%20PURWOKERTO.pdf. (Diakses pada 24 Januari 2022).
  2. Vinney, Cynthia. 2021. What Is a Parasocial Relationship?. https://www.verywellmind.com/what-is-a-parasocial-relationship-5210770. (Diakses pada 24 Januari 2022).
  3. Vinney, Cynthia. 2018. Parasocial Relationships: Definition, Examples, and Key Studies. https://www.thoughtco.com/parasocial-relationships-4174479. (Diakses pada 24 Januari 2022).

About The Author

7 Pilihan Jus Terbaik untuk Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

11 Jenis Sayuran Termahal di Dunia, Apa Khasiatnya bagi Kesehatan?